10. Us, Again

1.5K 122 10
                                    

Seokmin akhirnya menginjakkan kakinya di tanah LA setelah mengudara hampir 12 jam. Yang pertama ia lakukan; mengecek ponselnya.

Ia tidak tahu di mana Jisoo berada. Petunjuk keberadaannya muncul dalam wujud sebuah unggahan oleh Aaron. Seokmin tidak tahu harus merasa senang atau geram karenanya:


Ia langsung meremas ponselnya dan menghadang sebuah taksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia langsung meremas ponselnya dan menghadang sebuah taksi.

Dengan bahasa Inggris sejadinya, Seokmin menyusul kekasihnya setelah hampir dua bulan ditinggalkan.

Seokmin harus buru-buru. Atau Jisoo akan benar-benar pergi meninggalkannya.


Ia tidak akan rela.


-----


"Bagaimana Soo, asyik juga kan tempatnya?"

Pertanyaan Aaron membuyarkan lamunan Jisoo. Mereka tiba-tiba sudah berada di depan pintu studio.

"I-iya. Kita bisa bikin keramik sendiri," jawab Jisoo, gelagapan. Ia tak ingin Aaron tahu; sedari tadi, ia sebetulnya ada dan tiada di sana.

Tidak... kalau ditelaah lebih lanjut, pikiran Jisoo sebenarnya sudah di mana-mana sejak beberapa hari yang lalu. Ia tak dapat memfokuskan dirinya pada Aaron. 

Tidak, saat ada pria lain berhidung bangir yang  membayang-bayangi tiap pergerakan Aaron.


Buruknya, Jisoo lebih melihat pria itu daripada Aaron.


Mantan kakak kelasnya itu jelas tak boleh tahu.

Jisoo tidak bodoh. Ia langsung memahami tujuan kakak kelasnya—begitu ia mengajaknya bepergian. Ia belum siap. Namun, di saat bersamaan, ingin menguji dirinya sendiri dan perasaannya.

Ia rasanya, sudah terlalu lama terjebak di pusaran yang sama. Ia mulai jenuh dan lelah. Berharap, Aaron bisa mendistraksinya. Ia baru sadar; ia sangat jahat. Memanfaatkan perasaan Aaron.

Ia kembali ke realita begitu Aaron memasangkan sabuk pengaman Jisoo. Mengejutkannya dengan kedekatan wajah mereka.

Namun, Aaron—si pria ulung itu—hanya tersenyum. Seakan ia tidak baru saja melakukan apa-apa, Aaron kembali mengarahkan pandangannya ke depan dan mengemudi.

Alunan musik berbahasa Korea mengisi kesunyian mereka. Lagu-lagu itu adalah favorit Jisoo dulu.

Aaron membuka percakapan, "Aku ingat, dulu kamu seneng banget pelajaran seni kan?" 

Sekelebat, memusatkan atensinya pada Jisoo. "Aku bahkan kayaknya ingat, pernah jemput kamu pas kamu lagi ada belang kuningnya di hidung." Ia terpingkal

Aaron tidak salah.

OUR DAYSTAGRAM | SVT GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang