9

126 25 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Toshiro tidak takut lagi

Aku bersiul menikmati udara pagi yang sangat segar sekali tidak ada shift pagi untuk hari ini.

Di tengah jalan aku mendengar canda tawa dan saat kulihat membuat sudut bibirku terangkat.

"Niisan kau sudah bahagia ya." Ucapku.

(pemandangan yang dilihat toshiro)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(pemandangan yang dilihat toshiro)

"Yah kupikir apabila aku benar-benar tiada nanti tidak ada yang perlu aku cemaskan." Ucapku sambil tersenyum.

Aku mengambil kertas yang berada di kantong celanaku dan merematkannya hingga tidak berbentuk lalu melemparkannya sembarangan arah.

Aku pergi ke taman bermain menikmati waktu sendirian tidak peduli dengan rasa sesak di dadaku.

"Dokter bilang luka fatal di dadaku karena kecelakaan nyatanya itu sebab youkai." Ucapku.

"Kematianku semakin dekat ya." Ucapku menatap langit.

"Apa maksudmu hiro?!" Kesal Seseorang.

Aku menengok kearah depan disana ada takashi menatapku kesal tapi aku hanya tersenyum saja akan kehadiran takashi.

"Hidupku tidak akan lama lagi niisan." Ucapku.

"Kau lakukan pengobatan hiro!" Kesal Takashi.

"Aku cuma memastikan kebahagiaan niisan saja." Ucapku.

"Tugasku sebentar lagi selesai." Ucapku.

"Harusnya aku yang mengatakan itu semua bukan kau!" Kesal Takashi.

"Aku tidak sakit niisan hanya bahagia saja akhirnya niisan bisa tersenyum selain denganku." Ucapku.

"Jangan mengatakan seperti kau akan pergi selamanya hiro." Ucap Takashi.

"Hehehe gomen." Tawaku.

"Tidak ada maaf untukmu." Ucap Takashi.

"Bagaimana sekolahmu niisan?" Tanyaku.

"Seperti biasa mempelajari pelajaran yang sebagian orang katakan membuat otak pusing." Ucap Takashi.

"Memang niisan tidak pusing?" Tanyaku.

"Tidak menurutku itu malah biasa saja." Ucap Takashi.

"Orang pintar memang beda ya." Ucapku.

"Pekerjaanmu bagaimana?" Tanya Takashi.

"Membosankan cafe tidak terlalu ramai mungkin karena akhir bulan." Ucapku.

"Rata-rata pengunjung disana orang-orang kantoran ya?" Tanya Takashi.

"Begitulah jadi hidup di jepang harus hemat tidak selamanya bisa ke cafe." Ucapku.

"Kau tidak ingin menikah hiro?" Tanya Takashi.

"Eh?!" Kagetku.

"Kau sudah bekerja dan kulihat sudah mampu menghidupi diri sendiri." Ucap Takashi.

"Tapi aku tidak bisa niisan." Ucapku.

"Kenapa?" Tanya Takashi.

"Niisan belum menikah dan aku tidak mau melangkahi kakakku sendiri." Ucapku.

"Niisan masih lama hiro hanya kau yang bisa menikah untuk saat ini dan meneruskan nama keluarga." Ucap Takashi.

"Banyak wanita yang memintaku menjadi suami dia." Ucapku.

"Pilih salah satu dan nikahi dia." Ucap Takashi.

"Masalahnya begini lho niisan." Ucapku.

"Masalah?" Bingung Takashi.

"Mereka lebih tua dariku bahkan ada janda muda beranak satu bahkan janda beranak tiga dan anak gadis juga tapi lebih tua dariku." Keluhku.

"Pfhahaha." Tawa Takashi.

"Tidak lucu!" Kesalku.

"Kau menyayangi anak kecil wajar para janda terpikat padamu." Ucap Takashi.

"Janda kaya raya ok aja niisan lumayan dapat hartanya." Ucapku.

"Hei tidak boleh begitu!" Protes Takashi.

"Bercanda niisan." Ucapku.

"Iya deh." Ucap Takashi.

"Aku mau istirahat." Ucapku.

Takashi berjongkok di depanku dan aku langsung naik ke punggung takashi terlalu lelah berjalan kaki bahkan aku hanya diam saja.

"Menikah dengan janda itu dapat pahala ya?" Tanyaku.

"Kenapa tiba-tiba kau berpikir akan menikah dengan janda?" Tanya Takashi.

"Kau tahu pelanggan yang berstatus janda sering curhat denganku." Ucapku.

"Soal hubungan mereka yang kandas karena tidak kecocokan?" Tanya Takashi.

"Begitulah dan imbasnya kena anak-anak mereka." Ucapku.

"Anak hadir karena orang tua juga jadi apabila mereka disalahkan saat perceraian orang tuanya kurasa itu tidak adil." Ucap Takashi.

"Itu egois namanya mereka mau nikmatnya eh pas anak lahir malah saling salahin satu sama lain." Ucapku.

"Yah begitulah manusia." Ucap Takashi.

"Niisan jangan begitu ya." Ucapku.

"Tidak akan kok." Ucap Takashi.

"Mengantuk." Ucapku.

"Tidur saja." Ucap Takashi.

Aku memeluk leher takashi dengan erat dan menenggelamkan kepalaku di ceruk leher takashi menikmati perasaan nyaman dalam gendongan takashi.

Takashi melihat kearahku dan tersenyum menatap wajahku yang tertidur lelap melupakan segala kelelahan akibat pekerjaan hari ini.

"Kau terlalu lelah bekerja hiro." Ucap Takashi.

"Terkadang kupikir aku tidak berguna sebagai seorang kakak." Ucap Takashi.

Perjalanan hanya diisi keheningan karena aku tertidur dengan lelap dalam gendongan takashi.

🍁 Apabila dia tiada nanti

Nt Twins

~ 19 Oktober 2022 ~

✔️ Natsume Takashi Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang