Bagian 6

11 3 0
                                    

Mulai panik dengan buku tulisannya yang ditemukan Albert, Remi menggigit bibirnya dengan penyesalan, mengira semua karya tulisannya telah disusun rapi dan tidak akan terlihat sama sekali. Meski Remi cukup sering berbaur di berbagai sosial media dan ajang pameran sembari mempromosikan karyanya, mukanya tidak pernah diungkapkan. Bahkan, nama yang dipakai juga merupakan nama samaran. Di sosial media, Remi hanya mempublikasi berbagai quote, rilis buku, puisi singkat, dan sejenisnya. Saat menjalani beberapa event juga, Remi hanya mengenakan masker bermotif sehingga tidak semua orang tahu wujud muka Remi yang sebenarnya, kecuali keluarga dan sahabatnya. Untungnya, Albert tidak menyadari sama sekali jika buku yang diamatinya adalah karyanya. Remi menghela nafas dengan lega―meski ada rasa bangga dalam dirinya―tidak berkeinginan untuk memberikan identitas aslinya.

Remi memutuskan untuk bertindak sebagai fans bagi dirinya sendiri. "Serius? Aku juga fans-nya. Gak ada satu buku yang kulewatkan."

"Ya... Siapa yang gak suka karyanya, sih? Rylie. P termasuk salah satu pengarang baru yang populer. Dia juga banyak menginspirasi banyak orang, termasuk aku." 

Pernyataan tersebut tidak terduga bagi Remi. Selama ini, dia sering merasa bahwa penulisan dalam bukunya masih kurang, perlu diasah lebih lanjut untuk memperbaiki kekurangannya. Bahkan, dia tetap harus menulis tanpa berhenti, mengingat tujuannya adalah untuk memberikan harapan bagi orang lain. Dia memang memiliki cukup banyak pengikut, tetapi tidak sebanyak dengan veteran penulis lainnya. Oleh karena itu, tidak semua orang begitu mengenal nama samarannya karena publikasinya belum tersebar lebih luas. Namun, saat mengetahui ada teman SMA yang memiliki ketertarikan bukunya, Remi merasa bahwa hasil keringat dari kerja kerasnya sungguh terbayarkan, dan menyadari bahwa dia semakin mendekati mencapai mimpi terbesarnya dari tingkat saat ini. Begitu juga dengan adrenalin jiwa menulisnya, dia merasa terbakar semangat untuk melanjutkan ketikannya nanti.

"Aku juga setuju. Apakah cuma itu aja alasanmu?" Remi menanyakan balik kepada Albert untuk mengetahui lebih jauh tentang tanggapan atau ketertarikan pada bukunya.

Albert lengang sejenak sebelum mulai menjelaskannya, "Mungkin, karyanya... memberikanku ketenangan sedikit. Selain merasa dimengerti, aku merasa karyanya kadang memberikanku alasan untuk tetap bertahan." Ada nada haru yang tersimpan dari perkataan Albert yang dilontarkan.

Mendengar ujarannya, air mata sempat terlinang sedikit. Hari ini tidak hanya pertemuan saja yang berjalan lancar, melainkan mengetahui bukunya juga  berperan untuk menyelamatkannya sebelum mereka bertemu. Jawaban itu membuat Remi menyadari bahwa dia telah menginspirasi dan memberikan harapan kepada orang lain, termasuk Albert. 

Ada saatnya dia pernah merasa stres dan gelisah selama penerbitan dan pembuatan karyanya seakan-akan dia harus tetap berjuang untuk diri sendiri dan orang lain. Selama dalam penulisannya, dia tidak hanya mengalami kejadian menyiksakan yang dapat diungkapkan, tetapi memetik setiap pandangan yang ada di dalam kejadian tersebut, kemudian dijadikan sebagai karya. Namun, tidak semua orang mengakui karyanya karena tema dan genre yang diungkapkan cukup jarang diminati oleh orang sekitarnya. Keras pada dirinya sendiri, dia tetap melangkah maju untuk menulis dan menghadapi tantangan untuk terus mengembangkan penulisannya demi menciptakan karya yang bermakna dan diterima oleh masyarakat. Menulis memang hobinya, tetapi ada penderitaan tersendiri yang perlu ditanggung, yaitu tekad kuat itu. 

Ketika Remi melihat ke belakang tentang perjuangannya, Remi merasa sedikit terharu karena darah, keringat, dan air mata yang telah dikeluarkan tidak pernah akan sia-sia. Berkat ungkapan Albert, Remi mencoba untuk terbiasa mengapresiasi dirinya sendiri. "Iya... Rylie. P memang hebat, sih. Karyanya bisa dijadikan sebagai rekomendasi."

Mengangguk dengan setuju, Albert sempat melihat karya lainnya. "Ini... keluaran baru ya?" 

Lepas dari pikiran Remi barusan, dia melihat apa yang dimaksud oleh Albert. Buku yang dikirim oleh kurir tadi siang dipegang oleh Albert saat ini. Mukanya terlihat tercengang, sedangkan Remi sebaliknya.

Dua Hari [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang