.
.
.
Yibo tersenyum puas setelah membuat Sean merasa kesakitan.
Sean telah kehilangan kesadarannya, yibo baru saja menyuntikkan cairan penidur untuk Sean.Yibo mengusap pilipis Sean, memandangi wajah cantik seorang mantan idol ini membuat hati nya kegirangan.
Berlawanan dengan isi hatinya, malahan wajah nya malah nampak begitu suram. Ini kali keduanya ia melihat Sean tertidur begitu lelap.
"Bukankah kecantikan ini hanyalah sebuah pajangan?. "
Yibo beranjak dari ranjang dan segera pergi meninggalkan Sean.
***
Cheng xiao yang telah menunggu cukup lama dikejutkan dengan adanya suara pintu terbuka, dengan spontan ia berlari kearah pintu,
Namun apa yang dilihatnya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
"Nona cheng xiao?, " ujar seorang dengan suara beratnya.
Mendengar suara yang tak begitu asing itu, cheng xiao membulatkan matanya sempurna.
Yang ditatap nya saat ini merupakan seorang pria dengan pakaian cukup ketat memandang heran kearah cheng xiao."Pakaian Anda..., " ucap seseorang yang nampak mencurigakan itu.
Sedari tadi cheng xiao memang tidak memakai sehelai kain pun, walau bertatapan dengan seorang pria tanpa memakai pakaian, cheng xiao sama sekali tidak menampakan rasa malu nya.malahan, ia dengan girang ingin sekali menjahili pria itu.
Cheng xiao nampak memperhatikan sekitar, merasa cukup aman, ia menarik lengan pria itu memasuki kamar wang yibo.
Dengan tidak tahu dirinya cheng xiao
Mendorong tubuh kokoh itu keatas ranjang, posisinya cheng xiao berada di atas tubuh pria itu."Nona cheng xiao!, " panggil pria itu.
Seketika cheng xiao tersadar, apa yang telah ia lakukan sangatlah memalukan.
Perlahan cheng xiao turun dari ranjang, pergi menjauh dari pandangan pria itu, "gila, " ujar nya dalam diam.
Beberapa menit setelahnya, cheng xiao keluar dalam keadaan telah memakai pakaian yang layak, ia berjalan perlahan menghampiri pria itu, "apa yang kau lakukan disini?, " tanya cheng xiao.
Pria itu terdiam sejenak, "hanya beberapa urusan yang harus saya selesaikan disini, " jawab nya.
"Cepatlah pergi sebelum yibo mengetahui sesuatu, " pinta cheng xiao.
Pria itu terdiam, setelahnya ia bangkit dari ranjang dan bergegas keluar dari ruangan, tentu setelah berpamitan dengan cheng xiao. Cheng xiao menghela nafas ringan.
Terdengar suara langkah kaki dari luar, cheng xiao sedikit gugup, badan nya bergetar hebat, "bagaimana jika mereka saling berpapasan?, " batin nya.
Kekhawatiran nya sirna seketika, ketika mendapati yibo yang sedang berdiri didepan pintu dengan ekspresi biasa saja, "tentu tidak, kan?, " batinnya lagi.
Cheng xiao segera menghampiri yibo, ia memeluk lengan sebelah kanan yibo, merasa seperti sedang diberi sebuah kode, dengan level kepekaan maximal nya, yibo mencium kening cheng xiao.
"Eumm.. Maafkan aku, yibo.aku tak dapat menemani mu malam ini, aku harus meneliti beberapa hal, " ujar nya.
Yibo hanya mengangguk, "terimakasih,sayang, " girang nya.
Cheng xiao bergegas pergi dari hadapan yibo, takut sesuatu yang tak diinginkan bisa saja terjadi.
Tanpa satu pun rasa curiga,bersamaan dengan tertutup nya pintu otomatis,yibo bergegas pergi kedalam kamar mandi.***
Di pagi hari yang terlihat cukup cerah namun suram bagi sean xiao,sean xiao terbangun dari tidur lelap nya, memandangi sekeliling yang hanya terdapat sebuah bubur di meja, perlahan sean xiao berjalan ke arah meja tersebut, tidak dimakannya, sean justru hanya memandangi bubur itu, mengabaikan suara perut yang telah bergerumuh sedari tadi,
Baginya memakan makanan pemberian orang yang telah menyakiti nya merupakan sebuah zina.Sean mengalihkan pandangan pada sebuah lemari kecil tepat disamping ranjang nya, memandangi nya cukup lama, ia berjalan kearah lemari itu dengan dibebani rantai di tangan dan kaki nya.
Diatas meja tersebut terdapat sebuah gelas kaca, sean mengambil nya, kemudian ia membuka laci yang ada pada lemari itu, didalam nya terdapat sebuah kertas identitas sean xiao.
Sean mendapat suatu ide aneh yang cukup nekat yang bisa saja membuatnya terbebas.
Sean membanting gelas hingga menjadi beberapa pecahan kaca,
Ia mengambil salah satu kaca yang menurutnya cukup tajam,tanpa pikir panjang, ia menggores lengan sebelah kiri nya dengan kaca itu, lalu dituliskan beberapa kalimat di lembaran kertas yang ia temukan.
Ia mengabaikan air mata yang telah menjadi aliran sungai kecil dipipi nya menahan rasa sakit di lengan nya,Lama, ia berhenti menggerakan jari jemari nya,"bodoh, "gumam Sean.
Sean baru terpikir dengan apa yang ia dapat setelah melakukan hal bodoh ini?.
Menurutnya, akan kah yibo memberikan satu rasa kasihan sedikit pun?.
Bukankah yang telah ia lakukan merupakan hal yang sia-sia?.
Sean menidurkan tubuh nya, memandangi langit-langit tanpa memikirkan satu hal pun, darah dari lengan nya terus mengalir begitu pula dengan air mata yang telah membanjiri pipi nya.
Suara pintu terbuka, Sean sudah tak sanggup lagi menggerakan kepala nya, ia tak tau siapa yang datang menghampirinya namun yang pasti Ia tau bahwa itu mungkin seorang yang akan menyakitinya lagi.
Suara yang memanggil nama nya perlahan mendekat, " kakak... Yubin?, "gumam Sean.
Sean sedikit menampakan senyumannya, ia cukup bersyukur melihat orang yang ia kenal berada di sisi nya, " selamatkan aku.. Kakak.. "Ujar nya lirih.
Pandangan nya mulai kabur, berselang lama, Sean sudah tak bisa melihat satu benda pun, pandangan nya sudah menjadi gelap gulita.
***
Sean terbangun tepat di posisi yang sama seperti saat ia pingsan, yang ternyata tak ada seorang pun yang membantu Sean, yubin yang dilihatnya tadi merupakan sebuah halusinasi belaka.
Sean meletakkan telapak tangan nya di muka, " kupikir aku telah menjadi gila, "ujar nya.
Sean melihat kearah lengan kiri nya, terdapat sebuah perban yang digulungkan tepat dimana ia menggores lengan nya tadi.
"Benarkah hanya sebuah halusinasi?. "
"Lantas, siapa?, " batin nya.
Tbc.