Setelah menikmati ramyeon bersama Renjana dan Reyna. Haikal memilih pulang dan Renjana berbaik hati mengantarkannya.
Rumah tampak begitu sepi, halaman depannya begitu rusuh dengan tanaman yang tak pernah di urus. Mungkin rumah Haikal cocok di jadikan tempat syuting film horor, bahkan cuaca nya juga mendukung.
Haikal sudah sampai dengan aman dan nyaman, namun Renjana berdalih tak ingin pulang. Katanya takut kehujanan, Haikal hanya menggeleng tak habis pikir. Ini seperti orang yang berhenti di pinggir jalan lalu berteduh untuk mengindari hujan padahal ia menaiki mobil.
Sudahlah, sekarang mereka berada di kamar Haikal.
"Kata kak Reyna melukis adalah salah satu cara meluapkan emosi, setiap goresan cat yang mengenai kanvas ini begitu berarti," monolog Haikal.
"Lukisan kamu bagus! Mau mencoba jadi pelukis Kal?" Tawar Renjana sembari melihat-lihat karya karya yang terpajang jelas di dinding kamar Haikal.
"Gak dulu, masih belum jago."
"Yaudah gak maksa." Renjana kembali fokus mengedarkan padangannya. Sampai laki laki itu terkecoh pada lukisan yang di beri pigura kayu.
Renjana bangkit dari duduknya kemudian mendekat tuk mengambil pigura lukisan itu. Haikal yang menyadari lukisan apa yang Renjana ambil hanya menampilkan senyum masamnya.
"Ini bukan Restika sama kamu kan?" Tanya Renjana yang untungnya di balasi anggukan oleh Haikal.
Dalam lukisan itu terdapat perempuan dan laki laki yang berada di satu selimut yang sama tengah menonton sebuah tayangan pada laptop. Yang menjadi point dari lukisan ini adalah jendela tak jauh dari sana yang menampakkan rintik hujan dan langit yang begitu gelap.
"...siapa?" Tanya Renjana waswas, ia takut bila pertanyaannya menyinggung Haikal.
"Reiski Andrinia. Teman perempuan kedua yang aku tinggalkan juga, waktu pertama kali aku ngasih tahu ke Rei kalau aku mengidap omrophobia dia kaget. Tapi gak lama dia cuek gitu aja, seolah menganggap cuma angin lalu.
"Tapi setelah itu setiap hujan turun Rei selalu datang ke rumah, ngajak nonton film atau main game di ruang musiknya bang Mahes yang kedap suara. Awalnya aku kira Rei cuma gabut aja gitu, eh akhirnya aku sadar..."
"Ternyata itu bentuk kepedulian dia sama phobia aku, cewek dengan gengsi setinggi langit itu melakukannya dengan tindakam bukan ucapan, sulit di mengerti semoga harinya menjadi baik," jelas Haikal panjang lebar.
Renjana hanya mangut-mangut di buatnya, namun satu pertanyaan yang keluar dari mulut laki laki itu mampu membuat luka Haikal kembali robek. "Gimana kabar dia sekarang?"
"Gak tahu..."
"...aku gak tahu..," racau Haikal.
Sontak Renjana menepuk pundak sahabatnya itu, "jangan di paksa kalau belum siap, oke?" Haikal membalasinya dengan gelengan kencang.
"Gak! Udah saatnya aku harus terbuka sama kamu Ren..," lirih Haikal.
"Rei..."
"Dia koma akibat benturan keras yang mengenai kepalanya hingga bocor. Kabar anginnya Rei gegar otak berat dan..."
Sial! Setetes air mata sudah meluncur begitu saja dari pelupuk mata Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Not Strangers || Haeryu ✔️
FanfictionRinai hujan kala itu, mempertemukan kedua insan yang terikat benang merah. Dengan trauma mendalam sebagi tantangan, sanggup 'kah seorang Haikal kembali berjuang setelah mengabaikan gadis pelengkap hidupnya? ==== ATTENTION Note : satu chapter 2000-2...