2. TC

7 3 6
                                    

“Dia adalah luka sekaligus obat”
— Kela

Semoga suka :)
Jangan lupa tinggalkan jejak dibawah

Happy Reading




Kela terdiam sejenak, memadang secarik kertas putih ditangannya. Satu tetes air mata berhasil mengenai pipinya. Kakinya terasa berat untuk melangkah, seperti tidak ada harapan untuk melangkahkan kaki kembali. Cesya berajak dari duduknya menatap bingung Kela dengan secarik kertas ditangannya. Begitu juga dengan Risa. Segera Cesya menyahut, membuka kertas ini, tatapan haru wajah sumringah menyatu di ekspresinya.

"Positif Kel!" seru Cesya.

"Bentar lagi kita jadi Aunty!" Seru Risa gembira mendengar kabar bahagia ini di sang sahabat.

Segera Cesya dan Risa memeluk Kela dengan bahagia tanpa henti-hentinya. Berbeda dengan wanita itu, dirinya tak sedikitpun membalas pelukan sang sahabat. Cesya dan Risa melepas pelukan mereka, mengapa sang sahabat tidak bahagia mendengar kabar bahagia ini pada dirinya? Sedangkan Risa mengkode mata kepada Cesya untuk membuka suara pada Kela.

"Kenapa Kel? Kok gak bahagia gitu dengan berita ini?" Cesya menaikkan satu alisnya, menatap bingung sahabatnya.

Raut wajah Kela berubah menjadi sendu. Seperti ada kesedihan yang disembunyikan sang sahabat terhadap dirinya.

"Ceritanya jangan disini, mending di rumah gue aja." ujar Risa memberi ide, diangguki Cesya.

🐸🐸🐸🐸🐸

Saat itu juga kedua pipi Kela sudah basah serta hidungnya memerah. Lucu, tapi bukan waktu yang tepat untuk Cesya dan Risa tertawa.

"Cerita sama kita. Jangan dipendam sendiri. Gue tahu ada sesuatu yang lo sembunyikan dari gue dan Cesya." ucap Risa membujuk sang sahabat agar terbuka terhadapnya.

Sahabat macam apa jika satunya dalam kesedihan kita meninggalkannya? Seburuk-buruknya kita sebagai sahabat, yang pernah tinggalin mereka ketika bersedih, sebenarnya mereka ingin bercerita, memerlukan tempat sandaran, namun mereka malu untuk cerita ke kita.

"Kalau lo nggak mau cerita ke gue dan Risa, kita akhiri ini aja, persahabatan kita dari kecil. Gue nggak suka punya sahabat yang nggak terbuka sama gue. Gue benci sama sikap kayak gituan." ucap Cesya mendesah kasar, menunggu Kela tak kunjung berbicara segera.

Niatnya ingin pergi ditahan oleh Kela seraya gelengan kepala pelan dari wanita itu. "Kalian berdua sahabat gue yang ku punya selama ini. Lo nggak boleh tinggalin gue begitu aja." suara parau Kela, menggelengkan kepala pelan, men-tidak bolehkan Cesya dan Risa pergi dari sisinya. Membuat Cesya beranjak duduk kembali.

Disamping wanita ini, Kela terisak dalam tangisnya. Bendungan air mata tak bisa ia tahan, hingga air matanya mengalir begitu saja ke pipi gembul-nya.

"Sekarang lo cerita pelan-pelan sama kita tentang masa lo." titah Cesya membuat cewek ini membuang nafas pelan.

Sudut bibirnya terangkat sedikit, menceritakan sedikit demi sedikit masalahnya. "Mas Ikhsan ..."

"Dia ..."

"N-nggak menginginkan b-bayi ini." tangis pecah Kela kembali terisak.

Belum seberapa cerita, wanita ini serapuh itu rupanya. "Udah jangan dilanjutin ceritanya kalau lo nggak kuat." Cesya mendekat lagi, memeluk erat Kela.

Air mata Kela kembali terjatuh, beruntung sekali dirinya bisa mendapati sahabat seperti Cesya dan Risa. Bahunya bergetar hebat, menangis sejadi-jadinya di pelukan Cesya. Dengan hati-hati Cesya melepas pelukan itu, mengusap air mata yang membanjiri pipi gembul wanita ini.

"It's okey, lo kuat hadapin ini Kel. Kela yang gue tahu, gak serapuh ini. Dia bakal berusaha dapetin apa yang dia mau tanpa nangis kaya gini." ucap Cesya sambil mengulas senyum kepada Kela.

"Lo gak ingat apa? Suami Risa dulu kaya gimana?" Cesya kini berganti menatap Risa.

"Sekarang udah berubah. Bahkan sebentar lagi kita bakal jadi Aunty. Lo dan Risa bakal jadi Ibu. Kasihan anak lo, jangan sedih kayak gini. Gue jadi sedih lihat lo sedih juga Kel." ujar Cesya iba dengan cewek itu.

"Bicarain baik-baik sama suami lo, Kel. Gue yakin dia bahagia banget denger kabar kaya gini dari lo. Terlebih bayi yang lo kandung itu, darah dagingnya sendiri." tambah Risa.

Kela menghembuskan nafas pelan, seiring memejamkan mata sejenak, kontak bola matanya menatap lekat Cesya dan Risa.

Keputusan yang benar-benar Kela ambil ini sungguh berat dari lubuk hatinya. Keputusan yang disetujui semua orang atau tidak, Kela tidak peduli, keputusannya benar-benar ingin Ia jalankan sekarang. Melakukan aborsi terhadap janinnya.

"Kunci motor gue di mana?"

Selama ini Kela menyimpan motornya di antara rumah Cesya dan Risa secara bergilir. Sebab, Ia tak berani membawa motor mogenya di rumah karena sang suami. Sejak dulu keluarga Kela tidak mengizinkannya ikut sebuah komunitas geng motor, namun gadis keras kepala itu tetap nekat memasuki sebuah komunitas hingga berjumpa kembali dengan sang sahabat-nya, Cesya dan Risa di komunitas itu. Yang sama-sama berjanji tidak akan membocorkan satu sama lain kepada keluarga mereka karena ini.

Nyatanya pernikahan tanpa cinta begitu menyakitkan terlebih menikah dengan atasan sendiri. Terlahir dari keluarga mampu, tak membuat Kela manja, berbalik itu Keyla adalah gadis mandiri, pekerja keras dan tidak manja. Sikap itu sudah ia terapkan sejak kecil oleh sang ibu. Demi kesenangan diri dan membalas budi kepada sang ayah dan ibu, Kela senang hati bekerja di kantor perusahaan sang suami sebagai OB sejak lama sebelum menikah dengan suaminya.

Gaji rendah tak membuat Kela malu melakukan pekerjaan ini, sebab Kela juga mempunyai bisnis sendiri tanpa orang tahu kecuali sang sahabat.

"Lo mau ke mana?" perasaan Cesya mulai tak nyaman. Entah apa yang ingin dilakukan sang sahabat, hati Cesya sudah tak nyaman dari tadi, sejak Kela menanyakan kunci motor.

"Bukan urusan lo!" sentak Kela beranjak pergi menuju garasi rumah Risa.

"Stop Kel! Apa yang lo mau lakuin hah?! Bersihin pikiran lo! Jangan lakuin hal di luar nalar pikiran lo!" bentak Cesya menahan pergelangan tangan Kela tuk tak pergi.

Kela terus saja menangis, air matanya tak bisa berbohong untuk ini. "Aborsi jalan terbaik untuk ini, Sya." lirihnya berkata jujur.

"Nggak! Lo gak boleh ngelakuin itu!" bentak Cesya kembali.

"Dia nggak menginginkan janin ini ..." suara parau Kela.

"Kalau dia nggak nginginin bayi ini, gue nginginin dia lahir ke dunia Kel! Pikirin Kel, jangan ambil keputusan seperti ini!" frustasi Cesya harus bagaimana lagi mencegah Kela gadis keras kepala ini.

Keyla diam tak menjawab. Langkahnya kembali berjalan, mendorong tubuh Cesya hingga tersungkur ke lantai. Risa membantu Cesya berdiri, belum sempat Cesya mencegah Kela pergi, Kela sudah terlebih dahulu menyalakan motor dan menjalankannya.

"Kela! Kela! Jangan nekat!" teriak Cesya berusah menghentikan cewek itu. Namun sayang, usahanya gagal dan berhasil membawa cewek itu pergi darinya.

"Gue cegah dia, lo yang datang ke perusahaan suaminya, Sya." tukas Risa diangguki cepat cewek itu.

Bersambung...

Hasil pemikiran sendiri 100%

No plagiat!

The Change [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang