21 - malam

47 10 4
                                    

Pasca 'obrolan'nya dengan Meitan mengenai Xiaojun, Meira sangat berhati - hati sekali jika berbicara mengenai Xiaojun di area kantor. Pasalnya, ia takut jika Meitan mendengarnya, kemudian menjadi salah paham.

Bahkan, ia sampai mengganti nama kontak Xiaojun di ponselnya.

"Agak ekstrim juga kalo sampe ganti nama kontak," komentar Henny, ketika keduanya sama - sama mengambil minum ke pantry.

"Ci, dia duduk di sebelah gue. Ada kemungkinan besar dia bisa ngintip setiap chat yang masuk ke hp gue,".

"Kalo gitu, nggak sopan namanya. Ngintip - ngintip,".

"Iya sih, tapi nggak sopan mana sama gue yang chat sama tunangan orang?".

"Oh okee. Kalo itu sih, beda cerita. Beda level,".

Meira hanya bisa menghela napas mendengar balasan Henny.

"Ci, Meitan ada cerita sesuatu ke lo nggak?" tanya Meira.

"Dia?" Henny meneguk minumannya. "Nggak. Gue sama dia nggak sedeket itu,".

"Kirain dia cerita,".

Henny meneguk minumannya lagi. "Nggak tau sih kalo dia cerita ke anak seberang atau nggak,".

"Seberang?".

"Ruangan seberang maksudnya. Kan, ada beberapa temen dia di situ. Temen dia nggak cuma lo doang,".

"Kok Ci Henny tau?".

"Tau lah. Kadang kan gue suka bolak - balik ruangan sana kalo ada butuh sama orang sana. Yah sering gue liat dia ngobrol sama orang sana,".

"Ci Henny suudzon,".

"Gapapa suudzon, supaya bisa antisipasi,".

"Haaah," Meira menghela napas. "Mana kemarin si Bocah Gila nyuruh gue udahin ini semua,".

"Lo cerita sama dia?".

"Sort of. Nggak sengaja ketemu abis gue ngobrol sama Meitan. Kalo bahasa dia sih, gue abis dilabrak,".

"Wow, jodoh," Henny tertawa. "Bener juga ya. Itungannya kan, lo kayak dilabrak sih. Biarpun nggak ada kekerasan atau kata - kata kasar,".

"Gila. Ngalamin juga gue yang namanya dilabrak orang," Meira tertawa miris.

"Emang selama ini nggak pernah?".

"Nggak. Kan ada Dery,".

Henny berdecak. "Sepengaruh apa sih si Dery, sampai kayaknya pada nggak berani gitu sama lo,".

Meira hanya tertawa.

"Tapi serius, gue setuju sama si Bocah Gila," Henny mendadak jadi serius. "Dia juga sih,".

"Dia?".

"Xiaojun. Dia kan cowok yang udah tunangan. Harusnya tau diri," kata Henny, kesal. "Kalo udah tunangan, dan punya temen cewek, jaga jarak, dong. Bukan karena kalian baru ketemu lagi, terus dia mau mengisi waktu yang sempat kosong, kecuali...".

"Kecuali?".

Henny menggelengkan kepalanya. "Nggak, deh. Mending lo selesein ini semua aja,".

"Kecuali apa, Ci Henny?" tanya Meira, tegas.

Henny menghela napas. "Kecuali, kalau memang dia ada sesuatu sama lo,".


***


"Jangan ngelamun. Diliatin tuh," Renjun mencolek bahu Xiaojun saat ia sedang berada di dekat meja Xiaojun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stasiun | XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang