Hendery membaca chat singkat dari Papanya dengan kening berkerut.
Isi chat Papanya adalah memberi tahu bahwa akan ada pegawai magang baru di kantor mereka, beserta Hendery yang harus bersikap baik pada pegawai magang baru tersebut. Merasa ada yang janggal, Hendery menelepon Papanya, dikarenakan di waktu sekarang bukan sedang musim penerimaan pegawai magang.
Jawaban yang ia dapat adalah, pegawai magang baru tersebut merupakan anak dari salah satu teman Papanya, yang juga memiliki perusahaan sendiri. Namun, ayah dari anak tersebut memilih untuk mengirim anaknya untuk magang di kantor Keluarga Wong selama enam bulan, untuk belajar mengenai dunia kerja.
"Tantee, masa gue yang disuruh ngurus sihh," keluh Hendery, via telepon.
"Ya bagus dong, tandanya lo udah dipercaya. Gimana sih lo," balas Meira di ujung sana. Terdengar suara Meira yang sedang mengetik.
"Iya sih, tapi gue disuruh temenan sama anaknya,".
"Ya buat kepentingan bisnis juga Der. Lo gimana sih, masa gitu aja ga ngerti. Sini, gue aja yang gantiin posisi lo,".
Hendery mencibir. "Emang Tante mau? Kan lo sendiri yang milih buat pergi,".
Terdengar tawa Meira di ujung sana. "Ogah. Sama aja nggak menghargai usaha gue buat nggak terlibat di bisnis keluarga,".
"Tuh kan...".
Meira tertawa lagi. "Anaknya dateng jam berapa?".
"Dibilangnya sih abis makan siang, jam 1. Hari ini cuma pengenalan aja. Lo nggak ada tugas keluar kantor?".
"Nggak. Gue akhir – akhir ini lagi di kantor terus, belum terlibat proyek baru. Tapi, kayaknya bentar lagi bakal ada proyek baru, deh. Gue denger pembicaraan Pak Qian sama atasan lain soalnya,".
"Kebiasaan lo, suka nguping. Pantes dijaga banget sama bos lo supaya nggak ke mana – mana," sindir Hendery.
"Gue nggak nguping! Nggak sengaja!".
"Halah," Hendery melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas. "Udah ah Tante. Lo jangan lupa makan siang. Kayaknya sibuk banget ngetiknya,".
"Yeah. Happy Monday," sahut Meira, malas.
Hendery tertawa singkat sebelum menutup telepon, teringat keluhan Meira ketika Sabtu kemarin mereka bertemu. Termasuk mengenai bocah bernama Yangyang, yang menelepon Meira di pagi hari.
"Nah, gue makan siang apa, ya..." gumam Hendery. Ia membuka aplikasi pemesanan makanan online karena hari ini tidak ikut Papanya keluar kantor.
***
Terdengar ketukan dari pintu ruangan Hen – ruangan Papa Hendery.
"Masuk," sahut Hendery, singkat.
Sekretaris masuk, diiringi seorang (anak) laki – laki. Oh, anak baru lulus? Pikir Hendery.
"Pak, ini pegawai magang yang masuk hari ini. Mr. Wong menyuruh saya hanya mengantarkan anak ini ke ruangan beliau, karena sisanya nanti diurus oleh Bapak,".
Hendery mengangguk. "Baik, terima kasih. Mr. Wong sudah memberi tahu saya,".
Setelah sekretaris pergi, Hendery mempersilahkan (anak) laki – laki tadi untuk duduk di sofa yang ada di ruangan Papanya.
"Halo, selamat siang," sapa Hendery. "Saya Hendery, anak dari Mr. Wong. Status saya sama seperti anda, sedang magang di sini juga. Mohon maaf, dengan siapa saya berbicara?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Stasiun | Xiaojun
Fanfictionkarena stasiun adalah tempat untuk bertemu, dan tempat untuk berpisah . . . . . - au - random update - non baku 20201013 #1 on stasiun 20220611 #1 on stasiun