Henny melirik rekan kerja yang duduk di sebelahnya... sebelahnya lagi.
Iya, Henny melirik Meira.
Sejak datang, wajah Meira terlihat kusut sekali. Entah apa yang terjadi dengannya, padahal hari masih pagi. Karena hari Senin? Entahlah. Yang jelas, begitu datang, Meira hanya menaruh tasnya, membalas sapaan Henny sekenanya, dan berlalu begitu saja ke pantry. Kemudian, ia kembali dengan secangkir milo di tangan.
Padahal, di Jumat sore kemarin, ketika Henny dan Meira pulang kantor, ekspresi Meira terlihat senang. Ditanya kenapa, jawabannya 'mau bertemu dengan teman'.
Dan itu terjadi hampir di setiap sore.
Wajar dong kalau Henny menganggap 'teman' yang dimaksud Meira ini, teman spesial?
Meira terus mengetik dengan wajah yang kusut – biarpun tadi dijeda dengan panggilan masuk dari keponakan kesayangannya itu. Keponakan kesayangan Meira yang menggemparkan satu kantor, karena dikira sebagai pacar Meira.
Sekilas, Henny melirik Meitan. Meira juga menanggapi Meitan dengan sekenanya, tidak seperti biasanya. Tapi, sepertinya Meitan tidak sadar dengan tingkah laku Meira.
Maka, ketika Meitan pergi karena dipanggil Pak Qian, Henny menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Meira.
"Mei, lo kenapa?" tanya Henny, sembari duduk di kursi Meitan.
"Kenapa apanya Ci?" tanya Meira balik, menoleh pada Henny.
"Muka lo kusut dari pagi, tau. Gatel pengen gue setrika," ujar Henny, gemas.
"Oh," mata Meira kembali mengarah pada monitor. "Gapapa kok Ci,".
"Kalo gapapa kenapa kusut begitu? Gegara si Bocah?" tanya Henny lagi.
"Ih, kok dia sih?!" sungut Meira. Sekarang, ekspresinya berubah menjadi manyun.
"Ya terus kenapa dong?" Henny melirik pintu ruangan Pak Qian.
Meira menghela napas. Ia memang tidak menceritakan Xiaojun pada siapa pun, kecuali Hendery. Bahkan, pada Lucas pun, ia tidak cerita. Padahal, Meira dan Lucas ini terkenal dekat di kantor.
"Ci, tadi pagi gue ketemu Koh Sicheng, dan dia nanya hal yang sama," Meira mencoba mengalihkan topik. "Dia beneran naksir gue kali ya,".
"Ngaco lo. Sicheng bucin begitu sama tunangannya," balas Henny. "Gausah ngalihin topik,".
"Cih, gue ketauan,".
Terlihat Meitan sudah keluar dari ruangan Pak Qian. "Bodo ya Mei. Lunch nanti lo kudu makan sama gue. Gue seret!".
"Ih, Ci Henny pemaksaan!" balas Meira.
"Jangan kabur!" pesan Henny, kemudian kembali ke kursinya.
"Hai, kalian ngobrol apa?" tanya Meitan, begitu kembali.
"Ci Henny maksa supaya gue makan siang sama dia," jawab Meira, seadanya.
"Eh? Ikut dong!" ucap Meitan, ceria.
"Lo kayaknya lagi seneng Tan?" tanya Henny.
"Iyaa hehehe. Sabtu sama minggu kemarin, gue seharian sama Mr. X!".
"Wah, ngapain aja ituu," goda Henny.
"Jalan – jalan ajaa. Dia kan sibuk, ada waktu gini ya gue seneng!" jawab Meitan. "Trus, kita mau makan di mana?".
"Kantin kantor aja lah, males keluar," jawab Meira, cepat.
"Elo Mei, mematikan hasrat gue pengen makan diluar aja," gerutu Henny. "Kantin lantai atas tapi ya,".
KAMU SEDANG MEMBACA
Stasiun | Xiaojun
Fanfictionkarena stasiun adalah tempat untuk bertemu, dan tempat untuk berpisah . . . . . - au - random update - non baku 20201013 #1 on stasiun 20220611 #1 on stasiun