Naruto and all characters belong to Masashi Kishimoto...
Smartphone miliknya begetar. Hinata lekas menjawab panggilan telpon saat mendapati dokter panti jompo tempat neneknya dirawat menghubungi.
"Hinata nenekmu sedang tidak dalam kondisi yang baik. Dua hari terakhir kondisinya terus memburuk.."
Ucapan Dokter Orochimaru dari sambungan telpon membuat sekujur tubuh Hinata menegang. Hinata tahu kondisi Kaguya memang tidak bisa dikatakan baik, tetapi belakangan ini kondisi kesehatan Kaguya semakin parah saja.
"Aku akan ke sana sekarang."
"Ya Hinata tolong segera datang."
Menanggapi telepon mendesak dari dokter Orochimaru, Hinata lekas memacu laju kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Hinata ngebut di jalan raya yang cukup lengang dari kantornya menuju panti jompo yang terletak di ujung kota.
Sampai di tempat tujuannya Hinata lekas memarkirkan mobilnya di area parkiran yang luas dan teduh itu. Panti jompo tempat neneknya dirawat itu tenang dan sangat bersih. Para profesional yang bekerja di panti ini sangat peduli dengan para penghuninya, maka dari itu semua yang ada di panti ini nampak begitu teratur.
Kaguya mendapat uang pensiun seumur hidup dari perusahaan elektronik tempatnya bekerja dulu. Dengan uang tersebut, Kaguya bisa dirawat di panti jompo terbaik di kota ini. Meskipun panti ini punya banyak fasilitas yang menunjang kenyamanan, tempat ini tetap bersuasana tua. Udara keputusasaan dan kehancuran menguar dari koridornya.
Ketika tiba di siang hari yang dingin, suram, dan hujan itu Hinata diberitahu bahwa neneknya sudah dalam kondisi kritis. Hinata memasuki kamar pribadi neneknya dan mendekati ranjang tempat neneknya berbaring. Kondisi Kaguya jelas lebih buruk dibandingkan akhir pekan lalu saat Hinata menjenguknya.
Mata Kaguya bekilau bagaikan kembang api. Kembang api yang terbakar indah namun berbahaya.
"Kau tidak boleh datang kemari," Kaguya membentak dengan suara serak, napas wanita berusia senja itu putus-putus. "Aku tidak mau melihatmu. Semua gara-gara kau!"
"Apa?" Hinata bertanya. Rasa khawatir dan terkejut nampak sekali di ekspresi Hinata. "Apa maksud nenek?"
"Aku tidak mau kau ada di sini."
Hinata tidak munafik. Dia merasa malu akibat penolakan mentah-mentah itu. Hinata menoleh ke arah dokter Orochimaru dan dua orang perawat yang menemaninya. Dokter Orochimaru mengangkat bahu tidak mengerti pun dengan para perawatnya.
"Kenapa nenek tidak mau bertemu dengan aku? Aku datang jauh-jauh dari kantor kejaksaan dan mengebut di jalanan untuk menemui nenek."
"Karena dirimu dia meninggal, kau tahu. Kalau bukan kerena kau...." Kaguya mengerang kesakitan, tangannya yang lemah mencengkeram seprai putih yang lembut itu dengan jari-jarinya yang kurus bagai ranting pohon di musim gugur.
"Ibu? Maksud Nenek aku bertanggung jawab atas kematian Ibu?"
Mata Kaguya menatap tajam ke arah Hinata. "Ya," Desisan suara Kaguya yang menahan sakit itu membuat Hinata takut. "Kau bertanggung jawab atas kematian Hikari, putriku."
"Tapi nek, waktu itu aku masih bayi. Aku masih sangat kecil," Hinata membantah. Tidak terima atas tuduhan neneknya. "Bagaimana bisa aku-
"Tanya mereka."
"Siapa nek? Siapa yang harus aku tanya?"
"Orang yang membunuh Hikari. Uzumaki, Uchiha, Sabaku. Tapi kaulah... kau, kau..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Veil
FanfictionEmpat pria dari klan yang berkuasa berusaha keras untuk menghalang-halangi Hinata dalam mengungkapkan kasus pembunuhan Ibunya. Namun hanya satu di antara empat orang pria itu yang akan berhasil membuat Hinata menyerah.