Kukunya yang patah membuat Hinata menjerit. Di tangannya yang terawat, kukunya yang patah itu nampak dalam dan bergerigi. Hinata mendesah tertahan lalu dia mengambil pengasah kuku dari dasar pouch kosmetik yang ia bawa dari Hokkaido. Setelah kukunya selesai diperbaiki, Hinata memandang seksama ke pantulan dirinya di cermin meja rias.
Hinata bertekad untuk membuat kesan pertama yang menakjubkan. 'Mereka' mungkin akan terpana ketika Hinata memberitahu mereka siapa dirinya, namun Hinata ingin menciptakan efek yang lebih kuat.
Hinata ingin membuat mereka terperangah, terdiam, dan tidak berdaya. Hinata tidak sudi untuk menjadi pihak yang kalah, dari dalam hatinya Hinata bersumpah mereka tidak akan menemukan sedikit pun kekurangan pada putri Hyuga Hikari.
Hinata sudah memilih dengan cermat apa yang akan dipakai olehnya. Semuanya. Pakaian, perhiasan, sepatu, dan tas yang dipakainya hari ini bernilai tinggi.
Hinata tersenyum puas dengan penampilannya hari ini. Kemeja salur berwarna merah muda dengan rok berbahan satin berwana senada dengan kemejanya membuat Hinata tampil feminin. Kemudian tas tas dan sepatu yang berwarna broken white menambah kesan elegan kepada dirinya.
Tujuan pertama Hinata adalah membuat mereka terkesan kemudian membuat mereka terkejut dengan alasan kedatangannya ke Tokyo. Hinata membayangkan berita macam apa yang akan tranding beberapa minggu kedepan, saat Hinata menyelesaikan tugasnya.
Apakah Hinata akan mencetak sejarah dengan berani berselisih dengan tiga nama paling berkuasa di ibukota negeri ini?
Setelah memastikan dia sudah membawa kunci kamar nomor 125 yang terletak di lantai dasar motel milik keluarga Hasegawa, Hinata keluar, menutup pintu lalu menguncinya.
Mobil mitsubishi mirage yang Hinata sewa dari rental kenamaan sudah siap digunakan untuk memulai harinya. Hinata menarik napas dalam-dalam, dan memantapkan segenap hatinya untuk mulai menjalankan apa yang harus ia ungkap.
Sepanjang perjalanan menuju ke jantung kota Tokyo, Hinata harus mengemudi dengan lambat karena dia harus melewati area sekolah yang mempunyai batas maksimum kecepatan mengemudi. Hinata berpikir para orang tua yang menjemput anak-anaknya untuk dibawa ke tempat belajar alat musik, ke pusat perbelanjaan, atau mungkin ke rumah sakit bahkan langsung pulang ke rumah adalah penyebab utama jalanan padat. Lalu lintas yang merayap dan setiap sudut yang macet menunjukan betapa hingar bingarnya kota Tokyo. Hinata sebetulnya tidak kesal dengan lalu lintas yang tersendat-sendat seperti ini. Perempuan berambut panjang itu memanfaatkan waktu kemacetan ini untuk menduga-duga apa dan bagaimana kota Tokyo sesungguhnya.
Hinata mengamati sekolah menengah swasta yang ada di depan lampu merah pertigaan distrik Bunkyo. Di lapangan depan, regu sepak bola sekolah sedang berlatih. Anak-anak muda itu nampak bersemangat tidak menghiraukan sengatan panas matahari yang ada di atas kepala mereka. Kemudian di sisi lain lapangan, ada kelompok marching band yang tengah mempraktikan lagu daerah yang terkenal di Tokyo.
Hinata tersenyum. Anak-anak yang berusia belasan tahun itu terlihat polos. Sesaat Hinata menyesali misinya datang ke kota ini, apa yang akan terjadi nanti bila Hinata menantang tiga nama paling berpengaruh di kota ini? Apakah akan berdampak kepada aktivitas sekolah-sekolah ini?
Tetapi Hinata dengan cepat menghilangkan rasa bersalahnya ketika dia menekankan kembali alasan dia ada di Tokyo.
Tuduhan Nenek Kaguya menggema di kepalanya. Hinata meyakini dirinya sendiri untuk tidak boleh merasa menyesal.
Sampai di gedung pengadilan Tokyo, Hinata memarkirkan mobil sewaannya di area depan. Gedung pengadilan itu dibangun dengan beton dan baja yang disulap sedemikian rupa oleh para arsitek. Bentuknya persegi, mengkilap seperti kaca, dilihat sekilas saja sudah nampak nuansa moderennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Veil
FanfictionEmpat pria dari klan yang berkuasa berusaha keras untuk menghalang-halangi Hinata dalam mengungkapkan kasus pembunuhan Ibunya. Namun hanya satu di antara empat orang pria itu yang akan berhasil membuat Hinata menyerah.