"Menurutmu, Sasuke, bagaimana penampilan anak Hikari?"
"Benar. Apakah wajah gadis itu mirip dengan Hikari?"
Sasuke dan Itachi bertukar tatapan saat pertanyaan dari kedua orang tua mereka dilontarkan begitu saja. Sasuke berdehem, dari tatapan matanya dia ingin kakaknya yang memberikan jawaban tetapi terlihat jelas Itachi enggan memberikan pertolongan untuk adiknya itu.
"Wajahnya mirip sekali dengan bibi Hikari. Hampir tidak ada perbedaan yang mencolok, dari warna bola matanya, warna rambutnya, bahkan bentuk tubuh mereka sangat mirip." Sasuke merasa tidak nyaman saat mengatakan hal tersebut, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain mengucapkannya.
"Minato bilang, putrinya jauh lebih cantik dari pada Hikari."
Mikoto duduk dengan perasaan tidak enak setelah mendengar penuturan suaminya. Pandangan dari bola matanya yang hitam menerawang jauh. Pembahasan tentang putri dari mendiang temannya membuat Hikari tidak dapat menikamti makan malamnya dengan baik. Lebih cantik dari Hikari? Bagi Mikoto, Hikari adalah bentuk kasih sayang sebanarnya dari dewi Aphrodite. Mendiang temannya itu sangat cantik. Seingat Mikoto, Hikari adalah gadis muda yang ceria dia ramah dan mudah bergaul. Wajahnya yang manis ditambah dengan sikapnya yang hangat membuat banyak orang senang dengan kehadiran Hikari. Tetapi tidak untuk Mikoto, kehadiran Hikari di lingkungan pertemanannya membuat Mikoto kehilangan banyak kesempatan yang seharusnya bisa dia dapatkan.
"Ibu, kau tidak menghabiskan steakmu."
Perkataan Itachi membuat lamunan Mikoto sirna. Wanita berambut hitam panjang itu melemparkan senyuman manis untuk putra sulungnya. "Ibu merasa senang akan kehadiran putri Hikari ke Tokyo. Salah satu dari kalian harus mengundang Hinata datang ke sini, makan malam, atau minum anggur bersama bukan hal yang buruk kan?"
"Omong-omong, apakah paman Minato sudah bertemu dengan Hinata?" Tanya Sasuke sambil memotong daging sapi ribeye yang dimasak dengan tingkat kematangan medium rare.
"Ya mereka sudah bertemu. Minato bilang, dia salah paham mengenai persidangan tentang kasus Ibunya. Saat itu kasusnya dipimpin oleh Danzo, tetapi saat itu Minato adalah sekretarisnya maka dari itu Minato beberapa kali mewakili Danzo dalam menjumpai pers."
Ternyata perempuan itu tidak main-main soal penyelidikannya. Di dalam hatinya, Itachi memuji kegigihan Hinata. Perempuan itu bahkan tidak membuang-buang waktu, dia menghabiskan hari-harinya di Tokyo sesuai dengan apa yang dia ucapkan di kantor Kakashi beberapa hari lalu.
"Apakah paman Minato mencemaskan kuasa yang Hinata dapatkan?"
Fugaku menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Itachi. Selama ini Fugaku mengenal Minato sebagai orang baik, dan Fugaku yakin jaksa muda seperti Hinata tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Minato. "Tidak. Minato menemuinya dengan tenang."
"Apa ayah tahu apa yang dibahas oleh Hinata bersama paman Minato?"
"Dia bertanya soal kecacatan mental Yakushi Kabuto."
"Oke sudah cukup perbincangannya," Mikoto menatap pria-pria yang ada di meja makan secara bergantian, dia tersenyum manis kepada suami dan putra-putranya untuk menyembunyikan rasa tidak nyaman yang dirasakan olehnya sejak tadi. "Habiskan makan malam kalian, kita bisa berbincang lagi saat menikamti makanan penutup. Dagingnya akan sia-sia jika dikonsumsi dalam keadaan dingin."
Lima menit setelah hidangan utama habis, para pelayan yang bertugas untuk melayani makan malam keluarga Uchiha mulai menyajikan hidangan penutup. Panacota dengan saus karamel disajikan untuk suami istri Uchiha, dan dua putranya. Setelah itu, para pelayan beranjak pergi menjauh. Isyarat tangan Fugaku menyatakan dia tidak ingin para pelayan mendengarkan perbincangannya dengan keluarganya.
"Aku tidak akan bertele-tele," Fugaku menatap lekat-lekat istri dan dua orang putranya. "Kedatangan Hinata bertepatan dengan waktu kampanye Itachi sebagai wali kota. Menurutku Hinata adalah ancaman yang berbahaya, satu saja skandal maka bisa membahayakan posisi Itachi."
"Kupikir kau benar-benar tenang, anata."
Fugaku menghela napasnya. Di depan Minato mungkin dia bisa bertindak seolah tidak terjadi apa-apa, tetapi di depan keluarganya Fugaku tidak akan bisa berpura-pura. "Mikoto, dia menuduh kita secara terbuka. Dia menantang kita secara terang-terangan."
"Tapi ayah, dia tidak punya informasi apa pin tentang kita. Dan kita tidak bersalah, kita tidak terlibat dengan pembunuhan bibi Hikari."
Ungkapan Sasuke semakin membuat Fugaku dan Mikoto frustasi. "Bagaimana kalau ternyata kita terlibat?"
"Ayah," Kini Itachi angkat suara, mata hitamnya menatap ayahnya dengan tajam. "Apa maksudnya?"
"Gadis itu adalah api dendam yang membara, Itachi. Ayah berani bertaruh bahwa semua dendam yang tercipta di dalam dirinya adalah perbuatan neneknya, Kaguya, wanita tua itu sangat membenci pertemanan mendiang Hikari dengan Ibu kalian."
"Lalu? Apa hubungannya antara dendam neneknya, dengan kampanye Itachi?" Sasuke menimpali, dia tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ayahnya.
"Sasuke ini adalah alasan ayah tidak mencalonkanmu sebagai wali kota. Ada satu saja skandal yang mencatut nama Itachi, tamatlah riwayat kita. Kita bisa kehilangan setengaj suara yang mendukung kita, kita bisa kehilangan kekuasaan kita di parlemen. Hinata harus ditangani dengan baik."
"Menangani?" Mikoto memandang Fugaku dengan alis yang bertaut. "Jangan katakan kau akan melibatkan putra-putra kita...."
"Kita tidak bisa menyuruh Hinata untuk pergi begitu saja," Fugaku menyuapkan panacotanya ke dalam mulut, rasa manis dari karamel dan tekstur lembut panacota memanjakan lidahnya. "Kita harus meyakinkannya bahwa kita tidak bersalah, kita haris membuat citra yang baik di depan jaksa muda itu."
"Menurutku itu berlebihan Ayah. Kita tidak bersalah, tidak ada gunanya kita meyakini Hinata."
Fugaku mengangkat kedua bahunya. "Karena kita tidak bersalah, tidak akan sulit untuk melakukannya Itachi...."
Keheningan melanda setelah Fugaku mengatakannya. Mikoto meremas kuat tangannya di bawah meja makan, mengapa, mengapa garis keturunan Hikari harus datang dan membuat masalah? Hikari dan putrinya adalah minpi buruk untuk Mikoto.
"Sasuke, Itachi..." Fugaku mengamati kedua putranya bergantian.
"Kalian yang akan melakukannya untuk Uchiha."
"Apa maksud Ayah?"
"Pikat dia."
"Pikat Hinata?" Membayangkannya saja sudah membuat Sasuke merasa tidak nyaman.
"Ayah, kupikir Hinata bukan tipe perempuan yang mudah untuk terpikat. Dia tidak akan tahan berada di dekat kita." Itachi menyuarakan keberatannya. Sebenarnya, Itachi lah yang tidak tahan untuk berdekatan dengan Hinata.
Fugaku menggelengkan kepalanya. Dia yakin salah satu di antara dua putranya mampu melakukan hal itu. "Buat dia terlena, mabuk kepayang oleh pesona kalian, maka dia akan lupa dengan tujuannya."
"Suamiku, aku tidak berpikir ini adalah gagasan yang bijak."
"Ini bagaikan menyelam sambil minum air. Perempuan pintar seperti Hinata dibutuhkan untuk melanjutkan garis keturunan Uchiha, salah satu dari kalian harus ada yang berhasil menghamili perempuan itu."
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Veil
FanfictionEmpat pria dari klan yang berkuasa berusaha keras untuk menghalang-halangi Hinata dalam mengungkapkan kasus pembunuhan Ibunya. Namun hanya satu di antara empat orang pria itu yang akan berhasil membuat Hinata menyerah.