Ayumu, kepala pelayan keluarga Uzumaki mempersilakan Uchiha Mikoto dan Uchiha Fugaku masuk. Dengan langkah kaki yang anggun, Mikoto melenggang masuk ke dalam ruang keluarga tempat di mana tuan rumah tengah berada.
Hinata berpaling, menoleh ke arah pasangan Uzumaki tepat ketika pasangan paru baya itu menyapa tuan dan nyonya Uzumaki. Hinata terpana, Uchiha Mikoto dan Uchiha Fugaku punya aura yang kuat. Hanya dengan kehadirannya saja manpu membuat orang-orang terpana.
"Wow... sedang ada pertemuan rupanya." Mikoto berucap dengan lembut setelah pandangannya menyapu seluruh ruangan, dan menemukan kehadiran Hinata di sana.
"Kalian tidak memberitahu kami sebelum datang ke sini." Sapa Kushina dari tempatnya duduk.
Minato dan Fugaku bertukar tatap. Tidak lama, hanya dua menit kemudian Fugaku menarik senyumannya. "Kau pasti Hyuga Hinata..." Ujar Fugaku yang mengambil posisi duduk di dekat Hinata.
Hinata terlihat menahan senyumannya, kemudian perempuan itu dengan anggun mendongak. Menatap Fugaku yang tengah memperhatikannya. "Ini sebuah kebanggaan. Siapa sangka wali kota Tokyo bisa mengenaliku, tanpa perlu sebuah perkenalan?"
"Putraku, Sasuke dan Itachi sudah memberitahu kami mengenai keberadaanmu di kota ini." Mikoto menyahuti, matanya yang sehitam bulu buruk gagak meneliti penampilan Hinata.
Hinata hendak menjawab ucapan Mikoto, andai saja pelayan keluarga Uzumaki tidak lebih dulu datang dan menyajikan anggur ke semua gelas kosong yang ada di meja. Setelah pelayan selesai menuangkan anggur suasana menjadi hening dan tegang. Semua orang yang ada di ruangan tersebut seperti merenungi isi gelas masing-masing.
Hingga akhirnya Minato selaku tuan rumah mengangkat gelasnya. "Jadi," Minato menggantungkan ucapannya, menatap bergantian Mikoto dan Fugaku "Apa yang terjadi sampai wali kota datang ke kediamanku?" Minato bertanya dengan suara khasnya yang hangat.
"Sepertinya pak Uchiha datang ke sini, karena tahu saya berada di sini."
Belum sempat Fugaku menjawab, Hinata lebih dulu menjawab. Jawaban Hinata yang lantang itu memancing perhatian dari pasangan Uzumaki dan Uchiha. Mikoto menarik napasnya dalam-dalam lalu tersenyum hangat kepada Hinata.
"Sayang.... Kau benar-benar mirip dengan ibumu. Kecuali gaya bicaramu, karena gaya bicara Hikari sangat teratur, dia tidak senang untuk berdebat."
"Istriku," Tuan Uchiha menggenggam tangan istrinya, berusaha memberikan ketenangan kepada istrinya yang tampak resah. "Hinata, maafkan istriku. Dia tidak bermaksud untuk menyinggungmu."
Hinata tertawa pelan. Anggun dan cantik. "Saya sama sekali tidak merasa tersinggung. Ciri fisik saya memang mirip dengan Ibu saya, tapi delapan puluh persen saya adalah copy paste nenek saya." Kata Hinata dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Kushina dan Mikoto diam-diam bertukar pandangan, hal tersebut disadari oleh Naruto yang sejak tadi diam mengamati suasana.
"Kudengar kau belum menikah," Fugaku memandang Hinata yang tengah menyesap anggurnya. "Kedua putraku pun sama."
Mendengar ucapan Fugaku membuat Hinata menarik sebelah alisnya. "Saya tidak tertarik untuk menikah."
"Dulu di usia yang sangat muda, Hikari punya banyak relasi dengan lawan jenis. Dan dia beruntung karena dicintai banyak pria."
"Bibi Mikoto," Untuk pertama kalinya Naruto angkat bicara setelah kebungkamannya. "Hinata tidak mengatakan dia kekurangan pria. Dia pemilih yang baik." Ujar Naruto seraya mengangkat gelasnya, dia bertukar tatapan dengan Hinata setelah pembelaan yang dia lakukan untuk perempuan itu.
"Satu lagi," Senyuman Hinata tertahan. "Saya tidak tertarik dengan pernikahan politik."
"Oke cukup," Minato tidak ingin ada perdebatan di rumahnya yang selalu damai. "Naruto tolong bawa Hinata berkeliling. Dad ingin bicara dengan pak wali kota."
.....
Ketika ia dan Naruto menyusuri mansion Uzumaki, Hinata memandang sekitarnya. Dinding koridor area lantai dua dilapisi cat berwarna aquamarine dan dipenuhi berbagai foto berbingkai yang menampakkan keharmonisan keluarga Uzumaki. Di langit-langit ada lampu gantung kristal yang besar. Sepanjang ruangan didominasi oleh perabotan bergaya viktoria yang mewah.
"Rumah yang bagus." Komentar Hinata setelah puas melihat-lihat.
"Suka rumahku?" Tanya Naruto. Dia dan Hinata sama sekali tidak menyadari bahwa tangan mereka saling menggenggam.
"Ini rumah kakek dan nenekku dari pihak Ibu. Dad menerima ini sebagai hadiah pernikahan."
Hinata mengangguk-anggukan kepalanya. Seisi rumah ini pasti didesain oleh sang nyonya rumah. "Mertua yang baik hati."
"Dad miskin," Naruto berbisik pelan, takut bila Minato mendengar. "Dia menikahi mom atas desakan grandma dan grandpa tapi syukurlah pada akhirnya mereka saling mencintai."
Langkah kaki Hinata berhenti, dia memandang Naruto dengan pandangan yang sulit dimengerti. "Nyonya Uzumaki punya nasib yang lebih baik dari Ibuku," Kata Hinata dengan suara parau, sejujurnya Hinata tidak bisa menerima fakta bahwa dia adalah hasil kecelakaan yang menimpa Hikari. "Ibuku berakhir menikah dengan pria yang tidak dia cintai, dan mati di tangan orang yang dicintai."
Hinata punya fisik yang terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan. Naruto tidak bisa sedikit saja mengalihkan pandangannya dari tubuh Hinata yang sempurna. Sekarang Naruto paham kenapa ada istilah surga dunia. Perempuan yang punya tinggi tubuh lebih rendah darinya ini adalah bukti nyata dari surga dunia itu. Tangan Naruto terasa gatal, dia ingin menghapus air mata itu dari kedua pipi Hinata dia ingin memeluk dan mendekap perempuan bernama Hyuga Hinata itu dengan erat.
"Aku berterima kasih pada Tuhan karena sampai hari ini aku masih hidup."
"Maksudnya?"
Naruto melepaskan genggaman tangannya, tanpa ada kergauan dia memeluk Hinata dan membaui aroma parfum black opium yang disemprotkan oleh Hinata ke pakaiannya. "Aku bersyukur aku dilahirkan karena hari ini aku bisa memelukmu."
Pelukan itu tidak bertahan lama, Hinata menolak untuk dibuai oleh kata-kata dan perlakuan manis yang Naruto lakukan. "Tolong jaga batasanmu." Kata Hinata setelah dia berhasil melepaskan diri dari dekapan Naruto.
"Kenapa?"
"Aku datang ke Tokyo bukan untuk mencari pacar," Tatapan Hinata yang semula lembut berubah menjadi tajam dan menukik. "Sayang sekali bahwa aku sama sekali tidak tertarik denganmu Uzumaki Naruto. Saat aku menemukan keterlibatan keluargamu dengan kematian ibuku maka itu akan jadi hari terakhir untukmu bisa melihatku."
"Keluargaku tidak terlibat! Demi Tuhan dad dan mom tidak ada sangkut-pautnya dengan kematian Bibi Hikari."
Amethyst Hinata yang rapuh dan hampa bertemu dengan sapphire Naruto yang menggebu-gebu dan penuh pengharapan.
"Hasil penyelidikanku akan membuktikannya Naruto."
"Hinata, meskipun aku harus berjalan melalui lembah kematian, aku tidak akan takut. Karena aku dan orang tuaku tidak bersalah."
"Kalau begitu mari kita lalui lembah kematian itu bersama-sama Naruto, jika kau dan aku berhasil melaluinya dengan selamat maka kuanggap Tuhan memberikan kita waktu yang tepat."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Veil
FanfictionEmpat pria dari klan yang berkuasa berusaha keras untuk menghalang-halangi Hinata dalam mengungkapkan kasus pembunuhan Ibunya. Namun hanya satu di antara empat orang pria itu yang akan berhasil membuat Hinata menyerah.