Habis maghrib, Yeonjun datang ke minimarket terjauh berniat mau isi saldo akun online shop-nya. Sebentar lagi tanggal kembar, dia mau beli sesuatu.
“Mas, di sini bisa top-up saldo? Soalnya di minimarket deket rumah saya sama di minimarket depan polsek itu gak bisa mulu. Lagi eror katanya.”
“Di sini bisa kok, Mas.”
“Ah syukur deh.”
Sementara itu, Karina yang baru selesai belanja jalan ke kasir dan terkesiap melihat sang gebetan sedang mengeluarkan dompet belelnya.
“Yeonjun?”
“Karina?”
Telunjuk keduanya kompak menunjuk satu sama lain. Tak menyangka bertemu di sini. Karena hal itu Yeonjun jadi tambah yakin sama celetukan Beomgyu yang bilang kalau dia dan Karina itu memang semesta mendukung.
“Belanja ya, Rin?”
Karina mengangguk singkat menanggapi basa-basi itu cowok. Dia mulai dag dig dug lagi, dan berusaha mengatur nafasnya agar sesantai mungkin.
Maghrib-maghrib begini sepertinya Yeonjun baru mandi. Aroma sabun dan samponya masih tercium segar sekali. Mana gaya rambutnya juga baru, jidat cetarnya ditampakkin semua dan itu sesuatu sekali.
“Iya. Lo belanja juga?”
“Nggak. Lagi isi saldo doang.”
“Oh, gitu ya?”
“Iya.”
Hening. Bingung mau membahas apa lagi. Malah jadi awkward dan grogi-grogian begini.
Yeonjun curi-curi pandang ke arah belanjaan Karina yang isinya pembalut sama perlengkapan wanita semua. Tidak ada bahan buat basa-basi lagi. Ia pun menengok ke luar, dan kebetulan ada kursi kosong yang tersedia.
Nah, modus sedikit bisa nih!
“Rin?”
“Hmm?”
“Lo lagi buru-buru gak?”
“Nggak kok. Kenapa?”
“Suka ngopi gak? Duduk di sana bareng gue, mau?”
.
.
.
“Elo masih belum percaya juga sama gue? Gue bener-bener serius lho, Rin.”
Ucapan Yeonjun diiringi raut wajahnya yang 60% ganteng, 25% serius, dan 15% melas itu menyita atensi Karina dari aktivitas ngenyot kopi dinginnya.
Terhitung sudah tiga hari ini Yeonjun masih digantungnya seperti jemuran. Karina belum bisa memberi jawaban. Ia takut kalau ajakan Yeonjun tempo hari itu hanya untuk pelariannya saja.
“Pertanyaannya kenapa harus gue, Yeonjun?”
“Karena gue ada something sama lo. Gue nyaman ngobrol sama lo walaupun cuma lewat chat doang.” dijeda dulu sama ngenyot kopi, haus soalnya.
“Awalnya gue seneng aja godain dan bercandain lo perkara ciye-ciye itu, Rin. Lo tahu sendiri kan gue sering banget iseng nge-chat lo dan bikin lo kesel? Tapi makin ke sini rasa seneng gue itu berubah jadi suka. Gue suka sama lo. Lo bukan pelarian gue, Karina.” lanjutnya lembut tapi tegas sekali.
Orang-orang sering bilang kalau cinta itu datang karena terbiasa. Karina berpikir mungkin itulah yang dialami Yeonjun saat ini padanya. Mereka sering kontekan dan lama-lama jadi merasa nyaman.
“Elo krokodail, Yeonjun.” canda Karina sambil nahan senyum.
“Dih, krokodail katanya.” Yeonjun terkekeh karena cewek di depannya ini mulai malu-malu lagi. “Gue manusia, Karina. Pokoknya gue janji gakkan gampangan lagi sama cewek, tapi kalau ceweknya elo sih itu beda lagi ceritanya.”
“Jangan mulai deh! Tambah baper nih gue!”
“Hahaha... Sengaja kok. Gue emang mau bikin lo tambah baper supaya cepet-cepet mau nerima gue.”
Masih dalam kondisi bibir mesem, Karina garuk keningnya karena mulai dilanda andilau alias antara dilema dan galau. Di satu sisi dia senang yang ditaksir akhirnya ngajak serius, tapi di sisi lain dia masih ragu dan takut.
Yeonjun suka sama Yunjin itu tidak sebentar, yakin semuanya sudah lenyap begitu saja?
“Eumm... Yeonjun?”
“Kenapa, Sayang?”
“IH, APA SIH MULUTNYA GITU BANGET?!”
“Latihan. Supaya nanti kalau udah ciye beneran gue gak kaku manggilnya.”
Karina mendengus lalu manyun sedikit. Berlama-lama sama Yeonjun ternyata kurang sehat bagi kestabilan detak jantung.
“Yeonjun, gimana kalau kita pedekate dulu aja? Lo kasih gue waktu, itu juga kalau lo emang beneran serius sama gue.”
Mata seksi itu langsung berkedip-kedip seperti lampu tambler. Karina ngajak pedekate? Berarti ini artinya hilal jadian semakin nampak dong?
“Oke. Gue mau, Rin! Gue mau!”
“Biasa aja kali! Semangat banget.”
“Hehehe... Kan gue seneng. Eh ngomong-ngomong, elo ke sini jalan kaki?”
“Iya, rumah gue gak jauh dari sini.”
“Baliknya gue anterin ya?”
“Boleh.”
.
.
.
Pulang sekolah, nampak Karina sedang piket nyapu lantai di depan kelasnya. Yeonjun yang punya modus terselubung itu nyengir evil melihatnya. Dia pun berlari kecil menghampiri Karina, lalu menubrukkan pundaknya dengan sengaja.
Bruk!
“Aduh!”
Karina yang ditubruk oleh manusia sejenis Yeonjun itu sampai jatuh terduduk di lantai. Yeonjun kampret memang, tenaganya kegedean. Padahal niatnya cuma pura-pura.
“Waduh! Sorry, Rin. Gue gak sengaja.” mulai aktingnya, dia memegangi kedua lengan Karina dan membantunya kembali bangun. “Gue lagi buru-buru. Lo gak apa-apa kan?”
“Gak apa-apa kok.”
“Kaki lo nggak keseleo kan?”
“Nggak kok, aman.”
“Bisa jalan gak?”
“Bisa kok.”
“Oke, kalau gitu besok gue jemput ke rumah lo jam sembilan pagi. Dandan yang cantik! Bye!”
Krik! Krik! Krik! Krik!
Karina bengong sambil menyentuh dagunya yang tadi dicolek Yeonjun dengan genit. “H-hah?”
Giselle yang sedang membersihkan kaca menyikunya pelan lalu tersenyum menyebalkan. “Ciyeee... Diajakin jalan, ciyeee...” dia tahu ceesnya itu pasti hepi sekali.
“Sssttt... Jangan berisik.”
“Elo udah jadian sama dia, Rin?”
“Doain aja, Gi.”
Giselle mengangguk paham melihat Karina yang tersenyum penuh arti. Hubungan mereka sudah next level, diciye-ciyein juga tidak risih lagi.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciyeee... || YeonRina [END]
Humor[COMPLETE] [YEONJUN x KARINA] Yeonjun dan Karina, berawal dari ciye candaan ujung-ujungnya jadi ciye beneran. highest rank : [05/03/24] - #1 yeonrina [04/03/23] - #1 yoojimin [19/11/22] - #1 choiyeonjun [10/12/22] - #1 kpoplokal [04/03/23] - #2 kari...