Bab Delapan : Teror (2)

2 1 0
                                    

...

Tengah malam Hjie na terbangun karena suara yang sangat keras dari arah pintu kamar nya, Hjie na melihat sekilas ada bayangan di bawah pintu kamar nya. Hjie na otomatis menarik selimutnya lebih tinggi hingga tersisa matanya saja, jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya hingga membuat Hjie na merasa sesak.

 Suara demi suara yang ditimbulkan membuat Hjie na merasa ketakutan yang sangat dasyat hingga akhirnya Hjie na menarik kartu nama bos nya di meja tidurnya lalu menekan secara pelan tombol di handphone nya tidak lupa juga Hjie na sudah mengecilkan volume suara handphone nya. Tangan Hjie na bergetar sangat hebat didalam hati Hjie na terus berucap meminta pertolongan semoga yang di telponnya ini mengangkat telpon dari Hjie na.

Dan binggooo.. bos nya pun mengangkat telponnya.

"Halo ini siapa." Tanya bosnya diseberang telpon sana.

"Halo, maaf Tuan Ha Joon, ini Hjie na karyawan Tuan." Jawab Hjie na dengan suara sangat pelan.

"Hahh.. siapa? suara mu sangat pelan, aku tidak mendengarnya." Tanya Ha Joon lagi.

"Ini aku karyawan nya Tuan, Hjie na." Jawab Hjie na dengan suara seperti tadi, sesekali Hjie na mengecek bayangan-bayangan di bawah pintu kamarnya itu.

"Ck, siapa sih kau.. Sudah tau ini tengah malam jangan iseng, kalau kau iseng begini nyawa mu melayang bodoh." Ucap Ha Joon yang marah.

Hjie na yang mendengarnya pun juga ikutan marah, bagaimana bisa dia berbicara nyaring kalau di balik pintu kamar nya saja ada bayangan-bayangan yang tidak dia ketahui, kalau sampai Hjie na menimbulkan sedikit suara saja mungkin Hjie na sudah mati.

"Aku Hjie na, Ha Joon." Ucap Hjie na sedikit agak nyaring, ya tidak begitu nyaring tapi bisa di dengar oleh Ha Joon kali ini.

"Hjie na? Hjie na siapa?" Tanya Ha Joon bingung.

"Oh Tuhan, aku salah apa punya bos yang pelupa begini. Aku Hjie na Ha Joon, karyawan baru." Jawab Hjie na yang frustasinya.

"Oh karyawan bodoh, ada apa malam-malam begini menelponku. Dan dapat dari mana nomor ku, apa tadi kau bilang PELUPA lalu kau juga beraninya memanggil nama depan Ku, GADIS BODOH." Ucap Ha Joon sangat marah.

"Itu tidak penting sekarang, tolong aku.. di apartment ku sepertinya ada seseorang, aku tidak tau siapa. ku mohon tolong aku." Ucap Hjie na penuh dengan permohonan.

"Huuuhhh.. mungkin itu hanya maling yang ingin mencuri barang-barang mu saja." Ucap Ha Joon santai.

"Tapi ini sepertinya bukan maling, dari tadi suara nya seperti orang sedang memasang sesuatu di luar. Aku tidak tau itu apa, aku tidak berani keluar. Dan aku melihat dibawah pintu kamar ku bayangan nya ada 4, please tolong aku." Ucap Hjie na setengah menangis.

"Memasang sesuatu? maksudmu apa? coba kau dekatkan handphone mu di pintu kamar mu dan kamar mu selalu kau kunci kan." Tanya Ha Joon curiga.

"Iya, aku selalu menguncinya dan sebentar aku... aku sudah di balik pintu kamar ku." Jawab Hjie na dengan gugup.

"Letaknya handphone mu di dekat pintu dan jangan berisik." Ucap Ha Joon.

Hjie na melakukan apa yang disuruh oleh Ha Joon dan Ha Joon pun bisa mendengar suara-suara yang dibilang oleh Hjie na barusan.

Ada suara yang sangat dikenal oleh Ha Joon, dan Ha Joon pun sangat kaget lalu berlari menuju pintu kamar nya dan mengambil kunci mobil nya tidak lupa dia tidak mematikan sambungan telpon dari Hjie na, tapi di handphone lainnya dia menelpon Hyung untuk menanyakan alamat apartment Hjie na. Setelah mendapatkan alamat nya Ha Joon pun langsung bergegas tancap gas ke alamat tersebut.

The Silver BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang