Bab Empat : Perjanjian

11 3 3
                                    

Semalam Hjie Na memikirkan tentang harus darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu. Apa yang harus dia jual, tidak mungkinkan dia jual diri dan itu tidak akan dia lakukan. Mau meminjam sama Ara atau Hyung pun, Hjie Na merasa tidak enak karena Hjie Na tau keadaan mereka pun sama dengan Hjie Na sama-sama membutuhkan uang untuk hidup.

"AAAKKKHHHH.. Lama-lama aku gila dalam semalam kalau gini ceritanya" Ucap Hjie Na kesal.

"Aku bisa gila.. Ya Tuhan, tolong hamba. Hamba ingin sekali melunasi utang orang tua hamba tapi hamba saja baru keterima diperusahaan beberapa minggu yang lalu dan hamba belum gajian. Hamba harus dapat dari mana uang sebanyak itu dalam waktu yang sudah sempit ini.. Tolong hamba tuhan" Ucap Hjie Na sambil menangis.

Waktu terus berjalan dan matahari pun sudah terang menerangi seisi nya. Waktunya Hjie Na berangkat ke perusahaan, yang biasa nya Hjie Na semangat pergi ke perusahaan sekarang tidak karena otaknya masih berputar tentang bagaimana caranya dia mendapatkan uang sebanyak itu.

Sesampainya di perusahaan pun tatapan Hjie Na kosong, ketika dia masuk lift Hjie Na tidak sengaja menekan tombol 45. Dengan begitu lift pun naik ke lantai 45 tempat pria aneh yang membuat Hjie Na ketakutan kemarin. Tapi saat ini Hjie Na tidak mengetahui dimana lift itu akan berhenti.

Lift pun berhenti dan terbuka, Hjie Na keluar dengan tatapan yang masih kosong. Namun tiba-tiba Hjie Na terduduk sambil menangis, Hjie Na menangis sangat keras meluapkan semua yang ada didalam hatinya.

"Aku.. Harus bagaimana" Ucap Hjie Na sambil menangis.

Hjie Na mendengar suara langkah kaki mendekat kearah nya, Hjie Na tidak memperdulikan itu semua yang saat ini dia pengen menangis terus menerus.

"Anda siapa?" Ucap seseorang dibelakang Hjie Na. Mendengar suara yang tidak asing ditelinga nya, Hjie Na pun berhenti menangis lalu mencoba berdiri dan membalikkan badannya.

"Kau lagi?? Sudah ku bilang beberapa kali, jangan kesini lagi" Ucap pria itu dengan sinis. Hjie Na pun mulai menangis lagi dan membuat pria itu terkejut.

"A.. Aku, tidak tau.. Kalau tadi aku menekan tombol dilantai ii.. Ini" ucap Hjie Na sambil menangis

"Hhuuhhh.. Berhenti lah menangis, dan pergi dari lantai ini" ucap pria itu lagi. Hjie Na pun makin keras tangisannya dan membuat pria itu pusing mendengar suara tangisan Hjie Na.

"Ck, harus pake cara apa supaya aku mengusir wanita sinting ini dari sini" ucap pria itu di dalam hati. Dan tiba-tiba pria itu mempunyai ide yang membuatnya sedikit geli.

"Nona, anda kenapa menangis? Apa anda ada masalah?" ucap pria itu bertanya dengan manis padahal pria itu sangat tidak menyukai ucapan nya ini.

"Aa.. Aku ada masalah 😭, mereka mau memenjarakanku kalau aku tidak membayar semua utang orang tua ku" Ucap Hjie Na sambil terus menangis.

"hhhuuhhh... aku kira apa, menyusahkan aja" Ucap pria menyeramkan itu dalam hatinya.

pria itu menarik tangan Hjie Na.

"a..a..aku mau dibawa kemana, Tuan" Tanya Hjie Na sambil menangis

"Keruanganku" Jawab pria itu dingin.

Hjie Na memasuki ruangan pria yang sedang menarik tangan nya ini. Ketika memasuki ruangan itu Hjie Na merasakan ruangan ini sangatlah dingin.

"Ap..apa AC Tuan selalu On terus?" Tanya Hjie Na yang mulai menggigil

"kenapa emangnya?" Tanya balik pria itu

"aku rasa ruangan Tuan ini sangatlah dingin seperti es dikutub utara" Jawab Hjie Na sambil memeluk tubuhnya. Melihat Hjie Na menggigil seperti itu pria itu membuka jas nya dan memakaikan ke Hjie Na, Hjie Na yang tidak tahu apa-apa hanya terdiam dengan perlakuan pria menyeramkan yang ada di depannya ini.

"Duduk lah, dan katakan apa masalah mu" Tanya pria itu serius. Hjie Na pun duduk sesuai dengan permintaan pria yang ada di depannya ini.

"orangtua ku meninggal beberapa bulan lalu Tuan, tapi orangtua ku meninggalkan utang yang sangat banyak. aku hanya bisa membayar setengah dari utang itu dengan menjual rumah kami, tapi kemarin si penagih utang itu datang lagi karena sudah lewat dari tanggal pembayaran yang aku janjikan kepadanya" Jawab Hjie Na sambil mulai menangis lagi.

"berapa utang orang tua mu?" Tanya pria itu lagi

"3 miliar, Tuan" Jawab Hjie Na menangis.

pria itu mengeluarkan kertas cek di saku nya lalu menulis sejumlah uang dan menyerahkan kepada Hjie Na.

"Ini apa Tuan?" Tanya Hjie Na

"Ini cek, untuk melunasi utang orang tua mu" Jawab pria itu

"Tapi Tuan, aku tidak butuh bantuan dari Tuan dan silahkan Tuan ambil lagi cek ini" Ucap Hjie Na serius.

"Lebih baik kau ambil, atau ku bunuh kau saat ini juga" Ucap pria dingin itu dengan memasang wajah menyeramkannya. Hjie Na yang kaget mendengarnya mencoba mengambil cek itu dengan tangan bergetaran.

"Terima kasih, tapi aku.. aku belum tau nama mu" Tanya Hjie Na dengan hati-hati.

"Ha Joon.. Ahn Ha Joon, bos mu" Jawab Ha Joon serius

"HAHH.. BOS?" Ucap Hjie Na lebih kaget lagi

"mmmm..." Ucap Ha Joon lagi

"Maafkan saya Tuan, saya tidak tahu kalau anda adalah bos saya" Ucap Hjie Na menyesal.

"Tidak apa-apa, asalkan kau tidak berbohong dengan ucapan mu tadi" Ucap Ha Joon yang mengancam Hjie Na

"Saya memang tidak berbohong Tuan, orang tua saya memang mempunyai utang. Tapi saya belum bisa membayarnya" Ucap Hjie Na serius.

"Baiklah, sekarang kau boleh keluar dari ruangan ini. Dan jangan pernah kesini lagi" Ucap Ha Joon serius.

"Tapi Tuan" Ucap Hjie Na

"Tapi apa lagi?" Tanya Ha Joon

"Saya dikasih tahu sama orang tua saya dulu, harus balas budi kepada orang yang telah menyelamatkan kita. nah saya ingin balas budi kepada Tuan karena Tuan telah menyelamatkan saya" Jawab Hjie Na

"Tidak perlu balas budi" Ucap Ha Joon

"Tapi Tuan, itu tidak baik. Pokoknya Tuan harus menerima balas budi dari saya, TITIK" Ucap Hjie Na serius

"Terserah mu saja" Ucap Ha Joon mulai bete

"Bagaimana kita buat perjanjian?" Tanya Hjie Na sambil berpikir

"Aku tidak tertarik" Jawab Ha Joon dingin

"Jangan seperti itu Tuan. Pokoknya kita buat perjanjian, saya akan membalas budi kepada Tuan dengan menyicil semua uang yang anda kasih kepada saya. Bagaimana?" Usul Hjie Na

"Aku tadi bilang tidak tertarik dengan perjanjian seperti itu" Jawab Ha Joon

"Lalu, Tuan tertarik perjanjian seperti apa?" Tanya Hjie Na

"Darah.. aku ingin kau berjanji akan memberikan aku darah mu" Jawab Ha Joon ngasal saja karena dia memang tidak tertarik dengan perjanjian apapun dan dia bilang seperti itu untuk mengusir Hjie Na dari ruangannya.

"Baiklah.. aku akan memberikannya nanti" Ucap Hjie Na santai.

"APA KAU SINTING.. " Teriak Ha Joon marah.

"Tuan, itu sebagai tanda balas budi saya kepada anda. Jadi, ketika anda meminta saya akan melakukannya biarpun itu adalah nyawa saya sendiri" Ucap Hjie Na serius.

"Baiklah, akan ku tunggu janji mu itu. Dan cepat keluar dari ruangan ku sekarang" Ucap Ha Joon dingin.

"Baik Tuan, saya permisi" Ucap Hjie Na sambil menundukkan kepalanya.

Hjie Na pun keluar dari ruangan Ha Joon, sebenarnya Hjie Na nahan rasa takutnya dari tadi ketika Ha Joon bilang kalau dia menginginkan darahnya. Hjie Na kaget sekaligus takut tapi dia teringat oleh ucapan orang tuanya kalau kita harus balas budi kepada orang yang telah menyelamatkan kita. Dan Hjie Na harus bersiap kalau darahnya harus dikasihkan oleh Ha Joon bos besarnya yang menyeramkan itu.

.

.

_Bersambung_


The Silver BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang