Cavendish x M!Reader : Ayah, kau milikku.

2K 109 3
                                    

Jangan lupa vote dulu.
Jangan lupa dikomen juga:)

Rasa marah, muak, sedih, bercampur aduk di dalam benak pria dewasa tersebut. Ia menatap keji pada pria bersurai pirang panjang yang sedang terduduk sambil tersenyum riang. Tak ada terlihat rasa penyesalan setelah ia membunuh seorang ibu dan anaknya.

Penampakan mengerikan tercetak jelas pada pada semua orang yang berada ditempat kejadian. Potongan tubuh manusia yang sudah di mutilasi dengan brutal. Bahkan, kepala sang anak hampir terbelah dua.

"BIARKAN AKU MEMBUNUH MU, BAJINGAN CAVENDISH!"

Bawahan pria itu segera berusaha menahannya. "M-m/n -san, ayo keluar dulu. Tenangkan pikiranmu, kami tau bagaimana perasaan mu. Kami pastikan untuk ia mendapat hukuman setimpal"

Pria itu, M/n, detektif terkekemuka di Jepang. Pria yang hampir berkepala 4 yang telah memiliki seorang istri dan anak yang sangat ia cintai.

Ia sudah sering bekerja mempertaruhkan nyawa menangkap buronan internasional, bahkan menghentihkan teroris. dan sekarang ia diturunkan untuk menangkap penjahat pembunuhan yang tengah menjadi buronan diberbagai negara. Bajingan keji yang berasal dari bangsa eropa dan telah membunuh 67 orang dalam kurun 4 bulan saja.

Entah bagaimana ia bisa mengecoh dan melumpuhkan FBI elit yang berada di Amerika.

Dan sekarang pria itu melarikan diri ke Jepang dengan membawa kabur pesawat tempur dan membuat resah Negara Sakura tersebut. Apalagi incarannya hanya keluarga bahagia. Semakin bahagia keluarga tersebut, semakin ia buat menderita targetnya agar kehilangan nyawa.

"Hi ayah, kamu datangnya cepat sekali. Istri dan anakmu telah selesai ku potong untuk makan malam kita. Tapi aku belum  menyelesaikan masakan ku, hidangannya adalah...-----

----kepala istrimu"

Cavendish terkekeh senang. M/n menatap tak kuat kearah dapur yang memang terlihat dari arahnya berdiri. Terlihat kepala istrinya masih direbus dan bahkan kulitnya telah berubah menjadi coklat. Rambutnya telah di bersihkan sebagian dengan cara di cabut kulitnya, dan sebagian masih menjuntai keluar dan bahkan terbakar mengenai api kompor.

Pantas saja ia tak melihat kepala istrinya disana.

M/n memegang baju didadanya kuat, ia merasa sesak tak kuasa melihat pembantaian dirumahnya. Dan pelakunya adalah anak yang pernah ia tolong dulu sekali karena kasihan saat ia berada disalah satu tempat di Eropa.

Ia sangat tak menyangka bahwa anak yang ia tolong malah mencelakai keluarganya. M/n meneteskan air mata, ia menatap tajam pria pirang yang masih tersenyum dan bersenandung kecil.

M/n berdiri dari jatuhnya, ia tak bisa hanya meratapi nasib. M/n harus membuat Cavendish merasakan apa yang bajingan itu lakukan pada istri dan anaknya. Di dorongnya bawahan-nya hingga terjatuh, ia segera berlari mencoba menangkap Cavendish. Baru saja mendekat, tubuhnya kembali didorong jauh oleh salah satu bawahannya. M/n menangkap pria itu dan meninju pipinya hingga terjatuh, tapi detektif lain dengan sigap menahannya dari berbagai sisi.

M/n menatap kesal bawahan sekaligus rekannya itu, dibantingnya badan pria di kanannya dan menendang pria dikirinya. Ia menatap Cavendish yang tersenyum menjijikkan melihatnya penuh minat.

Detektif lain mencoba mengambil alat kejut untuk melumpuhkan M/n, tapi tak ada pengaruh karena M/n dengan sigap melepasnya. Ia kembali meninju rahang yang menembak dan membuat pria itu terpelanting karena tenaga sang MC yang memang tak main-main.

Kembali ia mencoba meggapai Cavendish yang sedang duduk santai, tapi suara tembakan di Kakinya membuat M/n kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Tak menyerah ia kembali bangkit, hanya rasa amarah lah yang menguasai tubuhnya.

"Hentikan M/n. Jangan kau lupa bahwa kita Detektif. Ia masih memiliki hak dimata hukum. Jadi kita tak bisa main hakim sendiri [Fullname]!"

"HUKUM SIALAN! IA DIHUKUM JUGA TAK AKAN MEMBUAT MEREKA YANG BAJINGAN ITU BUNUH KEMBALI HIDUP!"

"JANGAN BERTERIAK PADAKU! Memang begitulah peraturan dinegara ini. Aku juga tak kuasa M/n."

M/n terduduk lemas dengan sekujur rasa sakit ditubuhnya, ia menangis sejadi jadinya tepat dihadapan Cavendish. Sedangkan Cavendish terkekeh bahagia bersamaan dengan ratapan pilu.

"Pertunjukkanmu, membuatku bergairah, Ayah"

.

.

Bahkan setelah satu tahun berlalu, hukuman Cavendish belum dijalankan. Mereka masih merundingkan hukuman mati masih pantaskah untuk HAM setiap Individu?

Aku tertawa pahit menatap TV yang menampilkan berita tentang pembunuh gila yang pembunuhan terakhirnya terjadi dirumah ini.

Rasa emosi masih menguasai kepalaku, aku tak bisa, aku harus membuat bajingan gila itu membayar semua rasa sakit yang ia torehkan untuk orang-orang.

Mengapa hukum negara ini begitu lelet?

Dengan begitu aku memilih untuk membunuhnya seorang diri. Dengan begitu tak ada lagi rasa yang tak mengenakkan di dadaku terus membekas. Dengan begitu dendam untuk kematian istri dan anakku terbalas.

Tapi .... Apa benar begitu?

Aku menghela nafas kasar, aku tak peduli. Yang penting, Cavendish mati dan semua selesai.

Aku berjalan keluar rumah, tapi baru saja membuka pintu sosok pria yang paling kubenci menendang ku dengan santainya hingga aku jatuh seketika.

Aku menatap nya marah, segera aku berdiri dan menyerangnya secara membabi buta. Tapi, setiap gerakan ku tak ada artinya, Cavendish santai menangkis seranganku. Bahkan ia menguap sampai menghempaskan tanganku yang mencoba mencengkram nya.

Kakinya ia arahkan ke kakiku hingga membuatku kembali terjatuh, rasa nyeri tak membuatku jera untuk menghajar dia yang kubenci.

Dengan pakaian narapida, ia mendekat dengan tersenyum sinting.

"Ayah, aku tau kau akan mencariku. Tapi karena aku tak ingin mereka juga menyukaimu, jadi aku yang akan mendatangimu" Ucapnya sambil menduduki perutku.

Bahkan aku tak bisa bergerak seinchi pun.

"KAU! Dari mana kau tau aku akan menemui mu hah bajingan?! "

Ia tertawa, "Astaga ayah, aku kan hanya mengetahui segalanya. Aku berusaha untuk bertahan hidup saat kau berbaik hati menolongku yang sudah sekarat. Tapi, kau yang sudah menjadi milikku diambil wanita buruk rupa. Aku marah dan mencoba mencari tau dimana kau tinggal. Hingga, aku datang ke negara ini mencari titik dimana kamu ada. Dan yaa membunuh mereka hanya bosan sih~"

Aku langsung mengeratkan rahangku, amarahku kembali memuncak. Tapi si bajingan pirang ini menyuntikkan sesuatu disaat aku mencoba lepas dari kukungannya.

"Kau bajingan licik sialan, sesudah ini kupastikan kau mati CAVENDISH" Ucapku perlahan menutup mata.

.
.

"Nghhh, ahh"

Aku mengigit bibirku disaat pria gila itu sedang menggagahi ku. Aku tak dapat melihat apapun karena ia menutup mataku, tapi dapat kurasakan benda keras hangat terus menerus menubruk didalam analku.

"K-kau ngh, bajingan ahhh!"

Aku tak kuasa berbicara, apalagi ia terus menubruk titik nikmat didalam sana. Cavendish mengerang, ia memegang kedua tangan ku agar aku tak mencoba melepaskan diri.

Penis besarnya membuat nya dengan mudah menusuk hingga bagian paling dalam. Aku hilang akal, rasa hawa ingin membunuhku hilang entah kemana.

Entah karena cairan di suntikkan, entah karena sodokannya.

Aku hanya ingin nikmat ini.

End.

Hi guys, gj kan? Hahaha emang.

One Piece x Reader 'Oneshoots'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang