Epilog : Kehancuran Empat Cincin

122 7 6
                                    


Forbering

~Baeksoo : 12~


Masih ingat pertama kali kita bertemu?



Baekhyun memberikan surat tulisan tangan Kyungsoo kepada Chanyeol setelah ia selesai menerima panggilan telepon.


"Chanyeol! Jieun!". Baekhyun memekik tertahan ditengah jantung yang memburu.

Baekhyun melangkahkan kakinya terburu. Berlarian ke mobilnya diikuti oleh Chanyeol. Entah, sejak kapan mereka berdua dekat akhir-akhirnya, atau karena mereka berdua mempunyai tugas yang sama --- menjaga Jieun. Semua berlalu begitu saja.

Baekhyun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Chanyeol disampingnya memilih diam, tidak sanggup mengeluarkan suara ditengah waktu genting.



Aku ingat ketika usia 15 tahun.
Kita tanpa sengaja menatap satu sama lain.


Begitu sampai dirumah sakit, Baekhyun segera turun dari mobil diikuti Chanyeol didetik berikutnya.

Entah, kenapa rumah sakit hari ini begitu ramai?

Baekhyun sampai berusaha keras menghindar untuk tidak menabrak orang-orang disana. Terlebih kepada orang sakit.

Chanyeol membututi dari belakang. Keringat sebesar biji jagung keluar dari pelipisnya. Chanyeol takut sekarang.




Aku masih ingat tarian konyolmu sebagai hukuman karena kalah dalam permainan.
Juga telingamu yang memerah menahan malu atau mungkin juga kesal.

Baekhyun menajamkan pandangannya. Tubuhnya gemetaran karena pikiran buruk semakin mengambil alih kewarasannya.



Terlepas dari perkenalan siswa. Tanpa tahu nama, kita selalu dipertemukan tanpa sengaja.

Kau yang berbalutan baju basket dan aku selalu memperhatikan didalam ruang Jurnalistik.



"Baekhyun, Jieun".



Wanita baya itu memanggil Baekhyun yang sudah ada didepan matanya. Datang dengan wajah kalut yang kentara. Baekhyun melihatnya, wanita --- Ibu Jieun sudah menangis histeris ketika menyambutnya datang. Wajah wanita baya itu yang sudah pucat bertambah kuyu karena ketidakurusan pada diri sendiri.

Chanyeol juga tergugu. Lemas semakin terasa di tubuhnya.

Aku suka kau, Baekhyun. Sejak hari itu. Cemburu ketika Jieun selalu dekat denganmu.


Baekhyun memeluk wanita paru baya yang kini bertambah menangis.



Baekhyun, maafkan aku.



Karena ku kau menderita.




Baekhyun menangis. Ketika masuk keruang kamar pesakitan itu. Tergugu dengan langkah yang dipaksakan untuk kuat.

Aku sudah terlalu jauh menyakitimu.


Aku sudah memaksakan kau terus bersamaku.


Meski kau tak ingin.


Dengan tangan gemetar, Baekhyun menangkup wajah itu yang kini sudah dingin. Air matanya turun deras membasahi wajahnya walau Baekhyun tahan sekuat tenaga.

Baekhyun tidak sanggup. Baekhyun mengingkari janji untuk tidak menangis lagi. Tapi, biarkan kini Baekhyun menuntaskan rasa sakitnya.


Maaf segala hal Baekhyun.


Forbearing (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang