Pandangan Semu

121 19 12
                                    






Pemuda itu mengerutkan dahi ketika mobil berhenti dipinggir jalan. Bukannya ia akan diantar pulang eoh? Lagipula ini bukanlah daerah rumahnya.

"Ya! Kenapa berhenti? Jalan menuju rumahku bukan disini. Dan bukannya kau tahu rumahku eoh?". Tanya pemuda itu jengkel.

Yang di ajak bicara terdiam santai sembari melepaskan sabuk pengaman mobil.
"Kau turunlah". Ucapnya setelah itu turun dari mobil dan berjalan pelan ke toko di depan mobil terparkir di pinggir jalan.

"Mwo?" Walau dengan kejengkelan setengah mati, pemuda itu akhirnya turun juga dan menghampiri gadis sombong itu.

Tengah berbincang dengan karyawan toko. Lalu tak lama kemudian karyawan itu membawa satu buket bunga dengan kartu ucapan didalamnya. Gadis itu tersenyum sok manis dan mengucapkan terimakasih walau tak Terdengar tulus di telinganya.

Untuk apa kemari?
Untuk apa ia membelinya?
Apakah ia akan berkencan?

Kembali mengikuti memasuki mobil, demi tuhan kali ini ia seperti orang idiot walau nyatanya tidak. Terlihat gadis itu tersenyum sembari menghirup harum bunga itu lalu membuka kartu ucapan yang masih terlihat kosong.

"Seperti yang ku harapkan". Ungkapnya kemudian menoleh kearah cowok itu.

Kau? Mwo?
Ia berucap namun tak mengeluarkan suara.

"Sayang, aku ingin kau memberikan bunga ini kepadanya sebelum ia datang ke sekolah besok. Dan jangan lupa beri ucapan romantis untuknya di kartu ucapan kosong ini". Ungkapnya memerintah.

"Kau sudah berjanji". Tambahnya sekali lagi.


















"Forbearing"
~Baeksoo : 04 ~








Baekhyun menutup jendela kamar pelan-pelan yang membuat gorden kamar itu tersibak karena angin. Ini adalah kali pertama jendela kamar itu terbuka kembali setelah dua tahun lamanya kosong. Baekhyun berdiri dijendela kaca besar itu, berdiri tegap dengan tangan di dalam saku celana.

Sinar bulan tampak terang, wajah Baekhyun terpapar dan bayangannya terbuat terpantul di dinding. Mata jernih Baekhyun dengan hikmat menatap bulan itu seakan menatapnya pesona. Tapi nyatanya, tatapan itu sangat dingin dan seperti tertanamnya amarah yang besar. Rahangnya mengeras, tangan Baekhyun menarik gorden itu cepat.

Mendekati seorang yang sudah terlelap di kasur, di kamar yang gelap inipun Baekhyun masih bisa melihat bagaimana wajah cantik itu tertidur. Tapi, Baekhyun tak pernah bisa jatuh akan itu. Selimut itu tersibak saat Kyungsoo menggeliat di tidurnya, Baekhyun menarik selimut itu membenarkan. Ditatapnya lagi wajah tidur Kyungsoo.

"Sampai kapan Kyung?". Gumam Baekhyun. " Sampai kapan kau terus bergantung padaku". Lanjutnya.

Bagai orang gila, Baekhyun bergumam kepada Kyungsoo yang tertidur. Baekhyun sangat mengharapkan bahwa Kyungsoo mendengar semua perkataan itu, tapi Baekhyun juga tak ingin kembali pada posisi sulit. Baekhyun membiarkan, egonya ia tekan dengan mengelus surai hitam panjang Kyungsoo lembut.

Baekhyun bangkit, melangkahkan kakinya kepada meja nakas. Di lihatnya foto yang terbingkai disana. Ia begitu merindukan saat bersama. Kyungsoo tertidur di kamar adiknya yang sudah meninggal dua tahun lalu, dan Baekhyun untuk pertama kalinya kembali memasuki kamar ini.

Merutuk bergumam, Baekhyun sangat benci jika harus mengenang. Kenangan itu menghantarkan emosi dan berakhir perubahan suasana hatinya. Baekhyun berdecak samar, langkah kakinya mendekati pintu dan Baekhyun keluar begitu saja.

Forbearing (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang