[16] Kamu Mengecewakan ku

326 17 0
                                    

Ketika Daichi membuka mata, dia melihat ruangan serba putih.

"Apakah aku disurga?" dia bergumam.

"Sayang sekali kamu belum mati. Jadi ini bukan surga." Seseorang menyahut.

Tirai disamping tempat tidur Daichi tersibak, dan muncullah seorang pria berusia sekitar 30 an dengan kacamata berbingkai hitam dan rambut sedikit berantakan. Dia adalah dokter di klinik sekolah. Pria itu jugalah yang berbicara dengan Daichi tadi.

"Apa maksudnya dengan 'sayang sekali'? Jadi, akan lebih baik kalau aku mati?" Melihat senyum di dokter yang mengesalkan, Daichi tidak bisa tidak berkata sinis. Pemuda itu bangkit dari tidurnya dan duduk di kepala tempat tidur.

Dokter itu tidak tersinggung dengan kesinisan Daichi. Pria berjas putih dengan tag nama Asano Abe duduk di tepi tempat tidur.

"Yo, kasar sekali sih kamu, wahai pemuda terpopuler di Sakuraoka. Jika para penggemarmu tahu kamu sebenarnya sekasar ini, aku khawatir mereka akan kecewa dan tidak akan menyukaimu lagi."

Ekspresi main-main tak pernah lepas dari wajah Asano Abe. Tetapi, untuk siswa Sakuraoka, hal itu bukanlah sesuatu yang baru. Semua orang tahu Asano Abe adalah orang yang suka bercanda dengan kata-kata yang hampir tidak di filter.

Daichi tentu saja juga tahu ini.

"Sudahlah. Lalu, apakah Abe-sensei sudah memeriksa? Aku sakit apa?"

"Kulit pucat, tekanan darah rendah, dan kamu pusing serta mual-mual di pagi hari. Aku yakin itu gejala kehamilan."

Daichi memutar matanya. "Hentikan itu, Abe-sensei."

Asano melirik wajah Daichi yang kesal, lalu menggelengkan kepalanya. "Aih, anak muda jaman sekarang, mengapa sulit sekali diajak bercanda."

"Masalahnya, candaan sensei tidak berbobot!"

"Apa? Apakah jaman sekarang candaan bahkan ada aturannya?" Asano tampak kaget, yang dibuat-buat.

"Setidaknya, lihat dulu situasinya apakah lawan bicaramu ingin bercanda juga atau tidak." tukas Daichi. "Kesimpulannya, Abe-sensei, aku sakit apa?"

"Galak sekali! Baiklah, dengan terpaksa aku akan mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya kamu mengidap penyakit ... tidak ada."

Daichi tercengang. "Hah? Apa maksudnya?"

"Maksudnya, itu bukan penyakit yang serius. Tekanan darah rendah karena kamu tidak beristirahat dengan baik akhir-akhir ini. Katakan, apakah kamu sedang mengalami tekanan tertentu sehingga kamu merasa stress?"

Daichi terdiam sejenak, tak langsung menjawab. Itu karena tebakan Abe si dokter sekolah benar.  Meskipun begitu, Daichi tidak mengungkapkan apa kekhawatiran yang dia alami belakangan ini.

"Aku ... Aku hanya stress karena memikirkan akan melanjutkan kuliah di mana. Pilihannya benar-benar sulit," Daichi memilih menjawab dengan alasan lain.

Tampaknya, dokter Abe percaya. "Ah, begitu rupanya. Nasehat ku, nak, jangan dipendam sendiri. Kamu bisa meminta pendapat orang tuamu atau guru wali kelasmu untuk itu. Jadi kamu tidak akan terbebani sendirian."

"Terima kasih, Abe-sensei."

"Sama-sama. Kamu bisa pergi sekarang. Ini, vitamin untukmu."

Begitu Asano Abe 'mengusirnya' secara halus, Daichi juga tidak ingin lagi berlama-lama di klinik.

-

Daichi tiba di kelas. Sayangnya, sudah dua jam pelajaran terlewatkan. Begitu pemuda itu  masuk, dia ditatap oleh berpasang-pasang mata penasaran dari seisi kelas.

Penjara Cintamu Terlalu Menakutkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang