i n t r o

34.1K 1.1K 15
                                    

S H O U L D  B E  L O V E ?

Character 1:

Sagara Alaric Herangga

Sudah terhitung dua botol cairan bening yang ia teguk, namun segitu belum apa-apa karena pada kenyataannya Sagara merupakan orang yang kuat minum hanya saja ia harus menahannya karena harus pulang dan menyetir dalam keadaan sadar.

Beberapa kali fokusnya teralihkan pada suasana bar yang semakin malam malah semakin ramai, ia juga sesekali tersenyum kecil saat rekan kerjanya yang lain tertawa-tawa padahal Sagara tidak tahu apa yang dibahas mereka karena terlalu asik bergelung dengan pikirannya sendiri. Sagara melihat jam tangan saat jarum jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Ia akhirnya mengembuskan napas ketika di waktu yang bersamaan ponselnya berdering dan menampilkan kontak yang memanggil.

Nerissa is calling ...

"Cabut duluan," ujar Sagara bersiap bangkit pada seorang teman yang tadinya asik ikut tertawa ria.

"Hey! Baru juga jam segini, Gar!" sahut temannya.

"Nerissa nungguin lo?" tanya temannya yang lain.

Sagara mengangguk singkat sambil bersalaman untuk pamit pada rekan-rekan kerjanya.

"Nerissa sudah nungguin lo pake lingerie di kamar? Makanya mau langsung cabut," celetuk pria yang cukup jangkung dari yang lainnya, Calvin.

"Don't talk nonsense, Sialan," balas Sagara dengan sudut bibir naik.

"Gue sekarang tahu alasan Sagara rela menikah dengan Nerissa," Semua pria di sana mulai membentuk wajah penasaran serta senyum seringai. "Ya karena body-nya yang perfect, lah. Gue juga kalau jadi Sagara gak akan sia-siain gitu saja Nerissa."

"Betul. Walaupun sudah beranak satu, Nerissa bisa dibilang istri ter-perfect setelah istri gue."

Gema tawa kembali terdengar tapi Sagara tidak begitu mempedulikan omongan teman-temannya, pandangannya kini beralih lagi pada ponsel yang menyala. Nerissa kembali menghubunginya. Ia membuang napas sambil bergerak cepat mengangkat telpon.

"Halo?"

"Gar? Dimana?"

"Masih di bar."

"Terlalu kelamaan, pagi nanti aku harus bangun lagi."

"Kamu boleh tidur duluan."

"Really? Just go home, I'm waiting."

"Sleep, Rissa."

"Gar, aku tunggu kamu."

"Nerissa."

"We haven't seen each other for almost three weeks, and we haven't had sex that long, right? Don't you miss me, Sagara?"

***

Character 2:

Nerissa Pamela Wijayanti

Suara yang timbul dari televisi merupakan satu-satunya yang membuat Nerissa merasa tak sendiri. Sudah lebih dari lima jam ia hanya berkelut dengan berbagai kegiatannya seperti mandi malam, luluran, berkeramas lalu berakhir memakai hair mask serta vitamin rambut, memakai face mask lalu skincare routine dan kini duduk dengan santai di satu sofa yang cukup untuk satu orang saja yang menghadap ke halaman rumah. Ia juga sempat ketiduran dan kembali terbangun jam 2 pagi hanya untuk terus menghubungi Sagara, suaminya yang pergi bekerja mengurus proyek di negara lain selama hampir satu bulan.

Kedua matanya membuka perlahan begitu mendengar deru mobil di halaman rumah. Nerissa perlahan bangkit dan melangkah menuju toilet dan berkaca pada penampilannya yang sudah ia coba sesempurna mungkin untuk menyambut sang suami.

Kali ini pendengaran Nerissa diganggu karena suara pintu kamar yang terbuka. Ia berbalik badan dan kembali melangkah menuju kamar tidur. Sagara yang sedang membuka jas kerja kini mengangkat pandangan ke arahnya membuat mereka saling tatap dalam beberapa detik tanpa kata.

"Semua orang rumah sudah pada tidur." Nerissa mendekati Sagara, tangannya dengan sengaja mendarat di dada pria itu sambil mendekatkan pula tubuhnya. "How are you, Sagara?"

"All is not fine for me," balas Sagara sambil menunduk membalas tatapan Nerissa yang datar namun menggodanya. Sagara menempatkan satu tangannya pada sebelah bokong Nerissa membuat wanita itu menahan napas.

"Oh my God," pekik Nerissa reflek namun tertahan. Ia tersenyum miring. "You miss me, don't you?"

Sagara menciumnya, lalu melepasnya kembali, menciumnya lagi, lalu melepasnya lagi. Nerissa pasrah mendongak dengan dua bibir terbuka, matanya masih menatap Sagara hanya saja kini sorotan matanya berubah sendu. Lalu Sagara kembali menempelkan bibir mereka dan mencium dengan waktu yang lama. Kilatan mata pria itu dipenuhi oleh nafsu, mata Sagara terlihat lebih legam dan tajam di saat-saat seperti ini.

"Sagara ..."

Panggilan itu diabaikan karena Sagara terlihat fokus sendiri menurunkan tali gaun malam yang dikenakan Nerissa sampai luruh lepas ke bawah membuat wanita itu kini hanya bersisakan bawahannya saja.

"Besok aku harus bangun pagi, gak boleh terlambat. Mommy bakal marah-marah kalau aku kesiangan," ujar Nerissa memejamkan mata saat Sagara menundukkan wajah sehingga sejajar dengan dadanya.

"Aku akan bangunkan kamu nanti. Kita main cepat."

"Besok kamu kerja?"

Terdengar suara kecupan membuat Nerissa menahan kuat desahannya.

"Libur."

"Oke."

"Kenapa?"

Nerissa menggeleng. "Aku senang kalau kamu libur."

Benar apa yang diucapkan Sagara bahwa mereka main cepat, tidak ada part-part selanjutnya karena mereka selesai pun pukul 4 pagi. Kini ruangan yang tadinya berisik berubah hening hanya ada suara televisi karena dua sosok yang tadi membuat bising kini sudah terlelap dalam mimpinya masing-masing. Nerissa hanya bisa berada dalam pelukan Sagara setelah mereka berhubungan intim, karena lepas dari itu Sagara benar-benar sosok dingin yang parah.

"Gar, I love you."

Bisikan Nerissa yang seperti itupun hanya terdengar kecil karena ia belum mampu berucap lebih lantang, pada sosok yang bisa saja berubah-ubah sifat kepadanya di setiap waktu. Sagara adalah orang yang susah ditebak sekaligus susah untuk didapatkan. Nerissa sama sekali belum bisa meraih hatinya, meskipun kini mereka sudah menikah bahkan memiliki seorang anak.

***

Should Be Love? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang