s i x t e e n

11.4K 932 29
                                    


Di hidupnya hanya ada dua pilihan yang tersisa, menjalani semuanya sendiri atau berakhir dengan menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun itu. Nerrisa takut, ia ketakutan menghadapi hal yang terjadi dua kali dalam hidupnya bak terjerumus kedalam lubang yang sama layaknya orang yang benar-benar bodoh. Ada niat untuk mematikan rasa dengan melenyapkan diri saat kandungan yang sangat besar kala itu, ia mungkin berpikir kehidupannya sudah tidak ada gunanya lagi--apalagi mengingat anak kandungnya, Sakala, sudah bahagia dengan keluarga baru dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan-- namun beruntung ia masih memiliki teman yang menyayanginya. Nerissa hanya ingin terus bersama anak dalam kandungannya, tapi dorongan untuk bunuh diri itu nyaris tidak pernah menghilang dalam pikirannya. Mungkin hidup di alam lain bersama janinnya kelihatan lebih baik, begitu cara pikir kotornya bekerja. Kalau bukan karena Karin, Nerissa sudah tidak tertolong.

"Congratulations for you, Darling. I'm proud of you, she's babygirl, beautiful and looks like you. Always happy for both of you--you and little baby, I'm always by your side, okay, Ris?"

Itu kalimat pertama yang Karin ucapkan setelah Nerissa tersadar di kamar inap dengan perut yang sudah kosong--tidak buncit lagi--dan pada saat itu ia hanya bisa terdiam kaku tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Terakhir kali ingatan Nerissa muncul ketika menyebrang dengan sempoyongan di jalan besar setelah mengunjungi kindergarten --tempat Sakala sekolah-- ada hal yang membuat Nerissa down sampai tidak memikirkan kandungannya. Ia tidak terang-terangan menampakkan diri, toh selama ini Nerissa benar-benar menjaga jarak dengan segala hal yang berhubungan dengan Sagara dan Sakala. Ia hanya memperhatikan dari jauh, namun hatinya benar-benar tidak bisa menerima ketika Sakala tengah duduk bersama Naura di kursi tunggu sambil memakan sebuah kotak makan bento yang dibawa Naura. Kemudian tidak lama dari itu, mobil mewah Sagara memasuki parkiran sekolah, Nerissa benar-benar menyembunyikan diri ketika Sagara keluar dari mobil menghampiri Naura lalu mereka melakukan skinship seperti pasangan pada umumnya di publik. Mereka tersenyum bergembira, Sagara meraih Sakala ke dalam gendongan lalu mereka masuk ke mobil bersamaan dengan Naura yang berada di samping Sagara, mereka melangkah bersamaan diiringi tatapan orang lain. Terlihat seperti keluarga harmonis yang sempurna.

"How's it going, Sayang?"

"Sakala dapat luka kecil di lengannya, sedangkan anak itu wajahnya tergores karena Sakala mencakarnya. But I think it's fair, right, Love?"

"Orang tuanya bagaimana? Apa minta pertanggungjawaban?"

"Nope, aku bicarakan secara baik-baik dan tentunya aku juga minta maaf sebagai ibu dari Sakala, mewakili kamu juga. Jadi tadi kami sudah selesai bicara dengan damai."

"Thanks, sudah mengurus semuanya sendiri, maaf aku gak bisa menemani kamu karena tadi ada pertemuan mendadak, Sayang. Sakala ... sebelumnya juga bertengkar dengan anak itu. Kepalanya berdarah dan aku minta anak itu untuk dipindah kelaskan yang berbeda dengan Sakala, tapi entah siapa yang salah disini, kejadian itu terulang lagi."

"It's okay, semua sudah selesai. Gar, Sakala masih kecil--"

"What's wrong with you, Kala? Kenapa harus bertengkar terus?"

"Dia mengejek aku. Why daddy separated from mommy? Then now mommy Nora is taking me or picking me up from school, not my Mom again. He said, aku akan punya adik dari perut Mommy Nora, he said my Mom is dead because she left me alone. Is it true? My Mom is dead?"

Nerissa awalnya khawatir saat mendengar perbincangan yang kecil itu, Sakala lagi-lagi harus bertengkar. Hatinya mulai sesak saat sadar bahwa Naura bisa mengatasi masalah sepele seperti ini sendiri, tanpa campur tangan Sagara sekalipun, semakin membuatnya merasa tidak layak karena Naura lebih layak untuk melindungi Sakala. Tangannya gemetar hebat dengan air mata yang mulai menggenang saat tahu alasan Sakala bertengkar karena apa.

Should Be Love? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang