f i f t e e n

11K 906 49
                                    


//

"Aku mau cerai."

Nerissa masuk ke dalam ruangan pribadi Sagara, ia tahu sandinya sedangkan Naura hanya terdiam di luar melongo tidak percaya dengan keberanian wanita itu yang melarang masuk siapapun kecuali dirinya sendiri. Bahkan kini pemandangan yang terlihat hanyalah kekacauan yang dibuat Sagara, penyebabnya kini tengah duduk di kursi kerja sambil mengangkat wajah.

"Are you serious?" tanya Sagara seolah tidak yakin.

"Kamu pikir aku bercanda?"

"Nerissa, I don't want it!" Suara Sagara mencekam dan matanya menatap tajam pada dua manik Nerissa yang terang namun terlihat sendu. "Apa yang kamu pilih akan jadi hal yang kamu sesalkan di masa depan nanti. You know, kalau kita bercerai aku tidak akan memberi apapun untuk kamu--dan anak yang ada di kandunganmu, kamu juga akan berpisah dengan Sakala karena dia akan ikut denganku, jadi pikirlah lagi. Jangan sampai salah mengambil keputusan."

"Kamu egois. Kamu menahan aku, tapi kamu membuat aku kesakitan dan kamu sengaja untuk buat aku gak nyaman berada di dekat kamu."

"No divorce," Sagara menggeleng. "I need you."

"Nggak dengan kamu punya anak hasil perbuatanmu dengan Naura dan seharusnya aku memang harus pergi dari sini. Hope that I will not meet you again."

"Then you will not meet Sakala again, Ris."

Nerissa menatap Sagara. "Ya, hari ini terakhir kalinya aku bertemu dia. Silakan urus hak asuh Sakala ke tanganmu, aku akan urus perceraian kita secepatnya aku akan pergi dari kehidupan kalian."

"Mommy macam apa kamu?" tanya Sagara menghentikan langkah Nerissa yang hendak keluar ruangan.

"Back to you, Daddy macam apa kamu?" tanya Nerissa berbalik.

Sagara bangkit dari duduknya dan jalan terburu-buru hanya untuk meraih tangan Nerissa.

"Ris."

"Gar, sorry for messing up your beautiful plan with your ... partner."

//

***

//

Palu yang diketuk oleh hakim, membuat dua orang yang menghadap ke arah yang sama itu menunduk. Nerissa yang memakai baju longgar karena kandungannya yang mulai membesar hanya bisa mencoba bersikap lebih tegar saat hakim memutuskan bahwa kini ia sudah tidak berstatus sebagai istri dari Sagara Alaric. Ia membetulkan letak surai rambutnya yang turun karena diikat satu sambil menahan tangis. Matanya sudah memerah, tapi tekadnya tidak ingin menampilkan wajahnya di hadapan Sagara.

Bahkan pria itu kini masih terdiam di kursi yang sejajar dengan Nerissa menatap kosong lantai ruangan, pakaian yang dikenakannya tentu membuat beberapa orang disini menundukkan kepala jika melihatnya--Sagara adalah orang berada dan sidang ini berhasil dengan mudah dimenangkan olehnya dengan hak asuh Sakala yang jatuh ke tangannya.

"I'm okay, Rin, I'm okay. Bawa aku pergi aja dari sini."

Itu saja perkataan yang Sagara dengar untuk terakhir kalinya, ia juga bisa melihat Karin yang melirik padanya namun tidak lama. Keluarganya juga ikut berderet di kursi belakang, mungkin kini mereka juga bisa melihat rapuhnya seorang Nerissa yang dihancurkan oleh Sagara tanpa ampun, tapi tidak ada respek sama sekali justru Bu Ana dan Merly tersenyum begitu sidang selesai.

"Aku ada meeting siang nanti, tolong jaga Sakala," ujar Sagara melangkah begitu saja melewati Bu Ana dan Merly. Namun ketika ia berpapasan dengan Pak Sanjaya, Sagara berhenti dan berkata, "Dan tolong undur planning pernikahan aku dengan Naura, Dad. Aku baru saja bercerai, gak mungkin langsung menikah lagi. And I beg you, aku butuh waktu untuk sendiri, tolong jaga Sakala. Aku gak bisa untuk kasih penjelasan sama dia bahwa Daddy and Mommynya sudah gak bersama. Tadi aku sudah bicara sama Daniel untuk urus sebagian keuanganku dan maximal siang nanti sudah diterima oleh Nerissa."

Should Be Love? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang