2

2.1K 245 42
                                    

Algara melangkahkan kakinya melewati para mahasiswa maupun mahasiswi yang sedang asik dengan dunianya masing-masing.

Ditengah perjalanan, seorang gadis berdiri menghadang Al dengan wajah yang berseri. Dia Viona, perempuan yang pantang menyerah selama 1 tahun untuk mendapatkan cinta seorang Algara.

Bagi Viona, Al adalah sosok lelaki yang menjadi idamannya selama ini. Karena ia tau, Al sangat menjaga jarak dengan yang namanya perempuan. Ditambah sikap Al yang cuek, membuat Viona semakin tergila-gila. Jika ia bisa menjadi kekasih seorang Algara, pasti ia adalah perempuan yang paling beruntung.

Kebalikannya, Al tidak suka dengan sikap Viona. Pertama, Viona menyebarkan rumor bahwa ia sangat mencintai Viona. Kedua, Viona mengatakan kepada semua temannya bahwa Al suka sekali datang kerumahnya. Faktanya, Al sama sekali tidak peduli tentang gadis itu apalagi sampai kerumah gadis itu.

Ketiga, Viona suka mengganggunya. Entah dimana pun Al berada, pasti akan secara kebetulan Viona juga ada ditempat yang sama. Keempat, Viona menyebarkan foto dirinya bersama lelaki. Tapi sayangnya, orang-orang mengira lelaki itu adalah Al dan Viona tidak menyangkal.

Kelima, Viona pernah sengaja melukai dirinya sendiri demi untuk disentuh oleh Al. Keenam, Viona suka merendahkan Zoya.

Viona mengenal Zoya? Tidak, gadis itu tidak tau tentang Zoya. Hanya saja, ada rumor tentang Al, Titan, Yoga dan Langit yang menjaga jarak dengan perempuan hanya karena satu perempuan yang entah ada dimana. Tidak ada yang tau tentang Zoya, tentang nama Zoya ataupun hidup Zoya. Kebanyakan orang hanya tau bahwa ada satu perempuan yang dekat dengan Al dan ketiga temannya, namun perempuan itu tidak ada disini.

Viona sering berkata bahwa ia lebih baik dari pada perempuan yang dirumorkan itu, faktanya Viona tidak tahu seperti apa perempuan itu bahkan namanya pun tidak. Tapi Viona merasa dirinya lah yang terbaik, karena disini ia adalah primadona.

"Pagi Al!" Sapa Viona dengan semangat.

Al mengabaikannya, ia akan melanjutkan langkah namun kembali terhenti.

"Lagi sedih ya? Mikirin perempuan itu? Udahlah Al, sama gue aja. Pasti dia udah punya cowok lain, makannya lo dibuang"

Tiba-tiba saja Viona mengapit lengan Al, hal itu membuat Al menggeram menahan amarah. Dengan kasar ia mendorong tubuh Viona hingga jatuh terduduk, membuat orang sekitar melihat kearahnya.

"Lo tega banget sama gue! Sakit, Al!"

Al sama sekali tak merespon apapun, bahkan menunjukan ekspresi emosi saja tidak. Wajahnya masih datar, ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Viona yang masih berteriak.

Karena alasan itu, tak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa Al adalah orang yang bisu.

Algara terus saja berjalan mengabaikan berbagai tatapan memuja yang tertuju kearahnya, mereka sangat mengagumi sosok Al yang memiliki sikap dingin yang cocok dengan wajah tampannya.

Tak tahu saja, bahwa sebenarnya dibalik wajah datarnya itu Al sedang memikirkan seseorang yang selalu ia rindukan.

Tiba-tiba seorang lelaki merangkul bahu Al dengan begitu akrabnya, dia adalah Titan.

"Pasti dihadang sama perempuan gajelas itu kan?"

"Hmm"

Titan terkekeh pelan "Mainin aja, ajak jadian habis itu tinggalin" ucapnya tanpa beban.

Al menghentikan langkahnya, menatap Titan dengan tatapan tajam yang menghunus tepat dimata lelaku itu.

"Aku milik Zoya!"

"Hei! Kita udah bahas ini ya, nggak boleh ada yang maksa Zoya untuk jadi milik salah satu dari kita. Liat aja nanti perasaan Zoya buat siapa"

"Yang pastinya sih buat gue!" Saut seorang lelaki dengan senyuman samar menatap Titan dan Al dengan pandangan remeh.

Titan berdecak pelan "Langit cocoknya sama Awan, lo pantesnya itu gay"

"Anjing lo!" Umpat Langit pelan.

"Kita udah punya prinsip untuk bersaing secara sehat, dan gue yakin Zoya nantinya bakal milih salah satu diantara kita. Meskipun begitu, gue cuma minta kalo persahabatan kita jangan sampai rusak. Kalo nantinya Zoya jadi istri salah satu dari kita, kita masih bisa jagain dia sama-sama kan?"

Ketiga lelaki yang berdiri disitu menatap kearah Yoga dengan pandangan berbeda.

"Lo nggak bakal nikah sama cewe selain Zoya?" Tanya Titan sedikit kesal.

"Nikah lah! Tapi kalo Zoya jadi istri salah satu diantara kita, gue bakal anggep dia sebagai adik" jawab Yoga santai.

Apakah perasaannya terhadap Zoya hanya main-main? Jawabannya tidak!, tentu saja Yoga memang memiliki perasaan dan ingin memiliki Zoya seutuhnya. Namun, ia sadar bahwa para sahabatnya juga memiliki perasaan yang sama. Ia tidak akan menyalahkan siapa pun, karena bagaimana pun perasaan itu tumbuh dengan sendirinya. Jadi, jika memang akhirnya Zoya bukan jodohnya maka ia akan menerima dengan lapang dada selama yang menjadi jodoh Zoya adalah salah satu dari ketiga sahabatnya.

Mengapa? Tentu saja karena Yoga tau seperti apa sifat para sahabatnya. Mereka tidak akan menyakiti Zoya apalagi berbuat kasar bahkan menduakan Zoya saja tidak.

Akan berbeda lagi jika yang bersama Zoya adalah orang lain atau orang baru yang datang di kehidupan Zoya, pastinya ia akan melakukan sesuatu begitupun dengan para sahabatnya.

"Gue setuju sama Yoga!" Ucap Langit.

Al sendiri marah tersenyum miring, ketiga sahabatnya itu terlalu berharap. Ia sangat yakin bahwa nantinya, Zoya akan menjadi miliknya. Hanya miliknya dan untuk selamanya, lihat saja nanti.

Kalaupun harus dengan paksaan, Al akan melakukannya. Salahkan saja Zoya yang selama ini telah membuat perasaannya campur aduk.

"Kenapa?" Tanya Titan menatap Al dengan tatapan aneh.

Al hanya mengangkat kedua bahunya lalu kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan ketiga lelaki yang hanya bisa menghela nafas pelan akan sikapnya.

Sikap Al benar benar dingin dan tidak peduli dengan sekitar, mungkin memang ada bagusnya tapi apakah lelaki itu tidak ingin berbicara banyak? Mengapa bisa Al lebih suka diam dengan wajah temboknya itu.

Titan juga tak habis fikir dengan sikap Al yang semakin lama, semakin bisu. Sangat menyebalkan baginya disaat Al hanya memberikan jawaban satu sampai dua kata jika ditanya atau dimintai pendapat, terkadang hal itu membuat Titan sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Baginya, Al benar-benar manusia kutub. Karena dengan keluarganya sendiri pun Al juga sama dinginnya, bahkan dengan Zoya dulu. Al jarang mengeluarkan kalimat, meskipun memberikan perhatian kecil tanpa adanya kalimat yang terucap kepada Zoya.

Jangankan Zoya, Titan saja masih sering bingung dengan sikap Algara.

"Udah, kita tau Al itu kayak gimana orangnya"

Langit berdehem pelan "Gue aja agak kaget sih kalo Al punya perasaan ke Zoya sejak SMA, ya aneh aja gitu. Dia aja ga pernah romantis ke Zoya"

"Setuju! Al itu aslinya misterius kan? Masih mending abangnya"

"El kan masih manusia normal" saut Langit dengan santainya.

"Jadi lo nganggep Al nggak normal?"

"Ya bayangin aja, selama ini cuma Zoya yang bisa buat Al kayak gini kan? Awalnya gue kira dia itu gay!"

Yoga menampilkan wajah datar, bahkan sangat datar. "Kita berempat itu baru deket sama satu cewek dan orangnya adalah Zoya! Jadi kita sama, sialan!"

"Oh iya, lupa!"

Plak

"Sikap lo kenapa jadi kayak gue waktu SMA sih?! Harusnya yang sikapnya agak tolol itu gue!!" Ucap Titan kesal dengan memukul pipi Langit.

Disitu, Yoga hanya bisa mendengus pelan.

"Stres ... " gumamnya lirih.

TBC*

Next????

Komen sebanyak banyaknya!!!!

ZOYA | (Squel Brothers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang