"Mau apa?"
Calvin berdecih sinis mendengar apa yang keluar dari mulut Giorgino, pertanyaan macam apa itu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, Calvin menggenggam tangan Zoya dan langsung menariknya menjauh dari Gio.
Gio yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menatap Calvin dengan penuh permusuhan, yang menjadi abang kandung Zoya kan dia bukan Calvin.
Dengan perasaan kesal, Gio melangkah mengikuti Calvin dan Zoya dengan tatapan yang terus mengarah kearah Calvin.
Tatapan kebencian.
Sebaliknya, suasana hati Calvin sepertinya jauh lebih baik ketimbang Gio.
Yang tidak tahu, pasti akan mengira bahwa Calvin dan Zoya adalah sepasang kekasih. Sedangkan Gio? Orang yang menyedihkan, karena mengikuti sepasang kekasih yang terlihat harmonis.
"Abang kesana aja, Zoya mau kesitu!"
"No!" Seru Calvin dengan tegas tanpa mau dibantah.
Di belakang, Gio memutar bola matanya. Terlihat sekali bahwa Gio merasa jengah atas sikap sepupunya itu.
"Ih abang ... Zoya ini udah gede!" ucap Zoya dengan wajah memberenggut lucu "Jadi Zoya pengen sendiri!" lanjutnya dengan suara tegas dan mendongak menatap tajam kearah Calvin.
"Tidak!" balas Calvin tanpa ekspresi.
Zoya melemaskan bahunya, matanya menatap Gio. Oh iya, mereka kesini kan bertiga, kenapa bisa ia melupakan keberadaan abang yang satunya lagi.
Zoya berjalan mendekati Gio dengan senyuman aneh, sedangkan Gio mendengus kesal karena tau apa yang akan dilakukan oleh adik perempuannya itu.
"Abang Gio ... "
"Hmm"
Zoya memegang lengan Gio dan menggoyangkannya dengan pelan, ia mendongak menatap Gio dengan wajah memelas. Sementara Gio masih bertahan dengan raut muka datarnya.
"Zoya mau keliling sendiri ya? ya ya ya ... boleh ya?"
Gio melirik kearah Calvin yang sedang menatap dirinya dengan tajam. Hei, dia ini lebih tua. Beraninya Calvin menatap kearahnya dengan penuh peringatan. Tak lama, senyuman miring terbit di wajah tampan Gio. Ia beralih menatap Zoya dengan senyuman.
"Boleh, apapun untukmu"
Zoya memekik senang, ia berjinjit untuk memberi kecupan di pipi Gio.
"Zoya sayang bang Gio banyak-banyak!"
"Zoya janji nggak ilang, eumm janji juga nggak nakal" lanjutnya dengan menunjukkan deretan giginya.
Gio hanya mengangguk, ia sama sekali tidak peduli dengan aura sekitar yang mulai terasa berbeda.
Hingga akhirnya, Zoya menjauh dari kedua manusia tembok yang kini beradu tatapan tajam. Seolah keduanya sedang berbicara lewat mata, lebih tepatnya bertengkar lewat tatapan itu.
"Bangsat!" Umpat Calvin.
"For what?"
Calvin mengepalkan tangannya erat, ingin sekali rasanya membanting Gio hingga titik bumi paling dalam.
"Aku akan menghabisimu!"
Gio bersedekap, mendongakkan kepalanya kemudian menatap Calvin dengan remeh "Coba saja, aku tidak peduli"
"Gio!"
"Bersikap sopanlah dengan orang yang lebih tua!" Gio menimpali dengan sinis.
"Ada apa dengan matamu itu hah?!" Lanjut Gio dengan tidak santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOYA | (Squel Brothers)
Fiksi PenggemarSequel dari BROTHERS Setelah mengalami suatu hal paling buruk dalam hidupnya, akhirnya Zoya bisa tersenyum bahagia bersama keluarganya. Kesembuhan Calvin membuat semuanya merasa amat senang, setelah koma selama 6 bulan akhirnya Calvin sadar. Dan sek...