Ih, ciuman!

8.9K 1.4K 63
                                        

Anwar memasuki rumah dengan perasaan lega. Ia tidak langsung menuju kamarnya, tapi lebih dulu mengecek kamar Qin. Putrinya itu sudah kembali ke rumah bersama Adara sejak sore tadi.

"Tidur?"

Anwar menatap Qin yang tengah diselimuti oleh Adara hingga sebatas dada. Kemudian Adara meraih botol susu yang sudah kosong dan membawanya menjauh dari kasur Qin.

"Iya. Qin kelamaan nunggu Bapak jadinya ketiduran," jawab Adara.

Adara membiarkan Anwar masuk dan mendekati Qin. Gadis itu memilih keluar dari kamar Qin dan menuju dapur. Selain mengurus Qin, Adara juga harus mengurus ayah Qin.

Para pelayan di rumah Anwar hanya bekerja sampai pukul 9 malam. Sedangkan kini hampir pukul 10 malam. Wajar saja kalau rumah Anwar tampak lengang.

Di dalam kamar, Anwar mengecup pipi Qin dengan gemas berulang kali. Ia begitu menyayangi bocah itu sampai rasanya tidak mau berjauhan. Tapi pekerjaan membuatnya harus merelakan waktu dan jarak memisahkan mereka.

Anwar tahu selama ini Qin pasti kesepian selama ia tinggal bekerja. Bocah itu juga pastinya bosan hanya bermain di rumah saja. Makanya saat Anwar pergi 3 hari ini ia meminta Adara untuk membawa Qin ke rumah gadis itu.

"Baru 3 hari Papi tinggal tapi pipi kamu makin bulat aja," gumam Anwar.

Ia mengecup kening Qin sebelum meninggalkan sang putri yang terlelap sambil memeluk boneka boba kesukaannya. Anwar menutup pintu kamar dengan pelan, lalu ia beralih memasuki kamar di depan kamar Qin.

Anwar menghela napas panjang saat tubuhnya mendarat di atas kasur. Ia hampir memejamkan mata saat pintu kamarnya diketuk. Anwar ingat kalau Adara masih di rumahnya.

"Pak, makanannya udah saya sajikan. Kalau gitu saya pamit ya," kata Adara saat Anwar membuka pintu kamarnya.

"Kamu balik? Udah jam... 10," ujar Anwar sambil memperhatikan jam di pergelangan tangannya.

"Iya. Besok saya harus ke kampus. Magang saya kan mau selesai, jadi harus ngurus beberapa berkas di kampus sebelum ke kantor. Saya besok izin masuk siang ya, Pak," jelasnya dengan cengiran.

"Oke. Sebentar."

Anwar berlalu ke dalam kamar. Ia meraih kunci mobil dan kembali ke ambang pintu kamar di mana Adara tengah menunggu.

"Ayo. Saya antar."

Adara menggeleng. "Qin sendirian, Pak. Dia suka bangun tengah malam mau pipis. Kalau nanti dia nyari Bapak gimana?"

Anwar menggaruk pelipisnya. "Tapi saya gak mungkin biarin kamu pulang sendirian. Sopir juga udah saya suruh pulang."

"Saya gak papa pulang sendiri, Pak. Saya bisa pesan taksi online."

"Kamu gak mau nginap?"

Adara meringis. Menginap? Sebenarnya ia juga mau menginap bersama Qin. Tapi kalau Anwar tidak ada di rumah. Kalau seperti sekarang rasanya Adara mendadak takut. Anwar pria dewasa yang sudah kesepian 3 tahun ini. Adara juga gadis yang pikirannya sudah dewasa dan tahu banyak hal tentang percintaan dewasa.

Yang Adara khawatirkan bukan tentang Anwar sepenuhnya. Tapi tentang dirinya juga. Adara suka tiba-tiba membayangkan Anwar 2 hari ini. Apalagi Adara mulai menyadari kalau ternyata ayah Qin itu sangat tampan dan panas.

"Besok sopir antar kamu pulang pagi-pagi dan ke kampus. Jadi, nginap aja malam ini," kata Anwar lagi.

Adara menelan ludah. Adara ingin mencari alasan lain untuk pulang tapi ia tidak menemukannya. Ditambah lagi saat perut Anwar berbunyi karena cacingnya kelaparan.

Love Curse (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang