Permintaan Qin

5.7K 732 79
                                    

"Hai! Kangen aku gak?" tanya Qin pada Onty-onty ecum🌚

Alhamdulillah ya gak ngaret lagi sampai 7 bulan🤣

Terakhir update 14 April. Skrg udah 10 Juni. Mayan cuma 2 bulan doang kali ini. Tapi tetap aja vote nya gak sampai serebuk😭

Masih mau baca gasih?🥲
Apa udahan aja 10 bab lgsg end?
Mayan sisa 1 bab lagi ini🥵

***

Adara melenguh pelan ketika merasakan pergerakan di dadanya. Meski matanya masih tertutup rapat dan enggan untuk terbuka, tapi ia tahu siapa pelaku dari pergerakan itu. Adara tidak ingin bersusah payah menyingkirkannya karena jujur saja, ia masih sangat mengantuk.

"Bangun,"

Bisikan serak disertai hembusan napas hangat di telinganya membuat Adara kembali melenguh. Ia kesal harus diganggu saat masih ingin menikmati tidurnya kali ini. Adara mengubah posisi tidurnya. Yang tadinya ia tidur menyamping membelakangi Anwar, maka kini dia menghadap pria itu.

Anwar menelan ludah saat wajah cantik Adara yang begitu polos tepat berada di depan matanya. Meski tadi malam sudah mereka lalui dengan begitu intim, tetap saja rasanya Anwar kembali gugup.

"Kamu capek banget?" tanyanya dengan serak.

"Hm."

Anwar tidak tega untuk kembali mengganggu Adara. Sambil menarik tangannya dari tubuh gadis itu, Anwar juga melirik jam di dinding kamar. Sudah hampir pukul 8 pagi dan ia masih saja betah berada di atas kasur bersama Adara.

Sejak tadi Anwar menunggu suara Qin memanggil dari luar kamarnya, tapi gadis kecil itu seperti mempunyai feeling kalau sang ayah sedang tidak ingin diganggu. Apalagi ada Adara bersamanya saat ini.

Menghela napas, Anwar bangkit berdiri. Ia akan membersihkan diri lebih dulu sebelum nanti kembali membangunkan Adara. Gadis itu harus memakan sesuatu terlebih dahulu pagi ini. Kalau pun nanti Adara memilih tidur kembali, Anwar tidak akan mempermasalahkannya.

Di bawah guyuran shower yang kini membasahi rambut serta tubuhnya, Anwar kembali dihantam bayangan intim hubungannya dengan Adara tadi malam. Gadis itu mungkin akan marah jika Anwar benar-benar melewati batas.

Untungnya kesadaran Anwar cepat pulih dan Adara selamat. Meski tubuh mereka sudah sama-sama telanjang dan peluh membasahi, tapi anwar benar-benar hanya makan sesuai porsinya.

"Kamu membuat saya gila, Adara," gumam Anwar saat ia selesai dari kamar mandi dan menatap Adara yang masih nyaman bergelung di dalam selimut.

Anwar mengenakan pakaian santai. Ia kembali ke atas kasur, lalu membelai rambut Adara yang tadi malam sempat ia jambak. Sial. Membayangkannya kembali sudah bisa membuat Anwar panas dingin.

"Adara, kamu harus bangun. Makan sesuatu dulu baru lanjut tidur," ujar Anwar dengan lembut.

Adara hanya bergumam pelan. Rasanya ingin sekali ia memaki Anwar. Apa pria itu tidak mengerti kalau Adara benar-benar mengantuk saat ini? Bahkan mereka tidak melakukan sesuatu yang benar-benar melelahkan, tapi entah kenapa tenaga Adara seolah habis total karena ulah pria itu.

"Papi! Daya!"

Anwar menoleh pada pintu kamar. Qin memang tidak mengetuk pintu itu, tapi suaranya membuat Anwar yakin kalau gadis kecil tersebut kini tengah berdiri di luar sana sambil kebingungan mencari Adara.

"Qin!" Adara sontak terduduk, lalu tanpa sadar turun dari kasur sambil berlari kecil menuju pintu.

Anwar dengan cepat meraih lengannya, lalu menarik Adara menjauh dari pintu. "Pak, Qin nyariin," kata Adara.

Love Curse (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang