BAB III

15 1 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

LOREN LO IKUT GW K RUANGAN OSIS SEKARANG"

ucap BHASKARA sang ketua OSIS SMA negri 1 Jakarta.

Suara kara menggelegar di dalam kelas , membuat Loren dan putri terdiam tak melanjutkan pertengkaran.

"Gw tunggu kalian berdua d ruangan OSIS , kalo sampai 5 menit kalian ngk Dateng , siap siap pak Wira yang nyeret kalian". -Bhaskara

Kara berjalan meninggalkan putri dan Loren di kelas , mereka masih melemparkan tatapan sinis ny . Lalu putri berjalan keluar kelas untuk menyusul kara yang udah marah karna pertengkaran tadi .

"Ren , kamu mau saya antar k OSIS , biar masalh kamu ngk terlalu panjang , aku bakal bantu kamu" -rendi

"Iya ren , mending ketua bantuin Lo buat nyelesain masalah sama si putri , ntar hukuman Lo nambah ren , apalagi berurusan Ama OSIS ".-winda

"Ngk ! Makasih , gw bisa nyelesain sendiri". -loren

Loren berjalan melewati meja meja yang tersusun rapi ,dan menuju k arah ruangan OSIS yang berada di belakang kantor guru .
Loren berjalan menyusuri lorong yang mengarah k ruangan yg di tuju .
Loren bukalah anak yang nakal tetapi banyak orang yang tak suka dengan tingkah laku Loren , mereka selalu membuat masalh dengan Loren , sedang kan notabe ny Loren bukan lah anak yang menye menye sambil menangis jika di tindas, ia akan melawan maka dari itu permasalahan akan berujung pada wali masing masing siswa yang bersangkutan, akibat tidak adil ny sebuah penyelesaian sehingga membuat Loren kalah .
Tapi tak masalah Loren tak memikirkan itu , selagi hidup ny aman sampai k depan ny ia tak akan mengambil pusing .

Sampai Loren berdiri di depan pintu ruangan OSIS yang di beri tatapan nyalang oleh anggota OSIS yang tak menyukai diri ny .

"Masuk aja , kara udah nunggu d dalem,".

Kata Dimas yang menjadi tangan kanan ny kara ,
Dimas termasuk cowok idaman di sekolah , tak terkecuali adik kelas maupun yang SE angkatan mereka juga menyukai Dimas , karna Dimas orng yang care terhadap sesama ny tak membanding bandingkan , tutur ny yng sopan dan juga lembut , Dimas bisa di sebut softboy lah .

Loren masuk k dalam ruangan yang berisikan jajaran petinggi OSIS . Pintu OSIS di tutup setelah Loren masuk .
Loren bak di sidang yang berdiri di tengah meja yang melingkari Sisi ruangan .
Nampak jelas bendera OSIS ,papan tulis , serta lambang sekolh juga berada di ruangan itu .
Di depan ny terdapat kara yang duduk memandangi ny serta satu kertas ntah apa yang isi nya membuat kara berkali kali memastikan lembaran itu .
Di samping kara terdapat putri selaku sekretaris OSIS yang berperan penting di sekolah , dan di samping ny lagi terdapat Dimas Mahendra yang baru saja duduk untuk bergabung di sana .

"Gw rasa Lo tau kesalahan yg Lo buat dari Kita bertemu sampai kejadian tadi ". -Kara

Loren mendelik seolah olah jenuh dengan pertanyaan kara yang membuat ia sedikit menahan sabar .

"Gw kasih kesempatan buat Lo membela diri di sini , tenang aja anggap kita sebagai murid yang sedang menyelesaikan masalah". -kara .

Loren menatap tajam pada kara dan dengan pose tubuh yang sedikit mengejek .

"Jika kita sesama murid , beri gw kursi ! Di sini ngk ada pangkat kan?". -Loren

Kara tak percaya jika Loren bakal bertindak di luar ekspetasi ny . Lalu kara memberi kode pada Dima untuk memberikan Loren kursi di depan sana .

"Yang pertama gw memang salah , manjat pagar , tapi gw udah berusaha ngk telat , serasa itu takdir mungkin itu jalan satu satu ny yang gw lakuin , dari pada gw ngk sekolh kan". -Loren

SATU TUBUH BERIBU BENTUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang