8. Disaster

422 93 221
                                    


Jeffrey membaca apa yang baru saja temannya kirimkan. Semua data tentang Joanna pada 10 tahun ke belakang. Terkait pendidikan hingga semua rencananya.

Iya. Jeffrey meminta salah satu teman hackernya untuk mencari informasi tentang Joanna. Membuatnya tahu hampir seluruh hal yang wanita itu lakukan. Termasuk ponselnya yang telah disadap.

"Sejak awal dia memang sudah mengincarmu!"

Jeffrey diam saja. Saat ini sambungan telepon dengan temannya masih belum diputuskan. Hingga seperti inilah akhirnya. Jeffrey harus menahan marah dua kali lipat. Satu karena kenyataan pahit yang didapat. Dua karena ocehan temannya.

"Ini perbedaan orang pintar dan orang bodoh! Selama ini kau tidak curiga? Dia---"

Pip...

Sambungan telepon dimatikan. Jeffrey langsung rebahan di atas ranjang dengan pakaian yang sudah melekat di badan. Namun dia masih belum mandi karena malas. Serta, masih lemas sebab baru saja mendengar informasi yang begitu mengejutkan dari Joanna.

Jeffrey masih fokus membaca data-data Joanna dari ponselnya. Sesekali dahinya berkerut tegang. Seolah terkejut dengan apa yang dibaca. Sebab dia memang tidak menyangka jika kehidupan Joanna begitu berat pasca ditinggal ayahnya.

Iya. Joanna tidak langsung bertemu Teressa setelah ayahnya dipenjara. Karena mereka bertemu kembali pada dua tahun kemudian pasca Rendy dinyatakan meninggal.

Joanna bahkan tidur di kantor polisi selama berhari-hari. Karena dia memang tidak memiliki tempat tinggal lagi. Apalagi orang yang bisa ditumpangi. Membuat beberapa polisi iba dan akhirnya mengadopsi.

Iya. Joanna diadopsi oleh salah satu polisi. Namun hidupnya tidak lantas enak setelah ini. Sebab dia harus hidup bersama istri dan anak si polisi ini yang tidak jauh berbeda dari Jessica dan Sandi.

Joanna memang disekolahkan. Di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Diberi uang jajan per bulan juga. Namun uang ini selalu direbut oleh ibu angkatnya. Membuatnya harus menahan lapar dan jalan kaki cukup jauh jika ingin ke sekolah.

Setiap hari, Joanna juga harus mengerjakan pekerjaan rumah. Bersih-bersih dan memasak. Hingga mengurus si ayah angkat yang tiba-tiba saja sering sakit juga. Terlambat dia tahu jika pria ini ternyata diracun oleh istrinya. Hingga meninggal lima tahun kemudian. Meninggalkan harta untuk istri dan anak kandungnya saja.

Beruntung Joanna yang saat itu sudah bertemu Teressa bisa kembali selamat dari kemiskinan. Membuatnya bisa melanjutkan kuliah dengan bantuan si teman. Hingga dirinya bisa menjadi asisten menteri pendidikan selama delapan bulan. Menggantikan saudara Teressa yang memang sedang cuti melahirkan.

Soal Rendy, Jeffrey benar-benar dibuat terkejut dengan fakta ini. Karena orang tuanya telah begitu tega melakukan ini. Mengambing hitamkan supir yang tidak bersalah akan hal ini.

Jeffrey kira, selama ini orang tuanya membenci Joanna karena dia adalah anak dari supir yang telah menewaskan dua pejalan kaki pada 10 tahun silam. Begitu pula sebaliknya. Jeffrey juga mengira jika Joanna membenci orang tuanya karena dulu pernah diusir pasca ayahnya dipenjara. Bukan karena fakta yang baru saja dibaca.

Sebenarnya, Jeffrey sudah tahu jika orang tuanya memang sejahat inu. Tega menghabisi orang demi kepentingan pribadi. Namun Jeffrey tidak menyangka jika korbannya akan orang-orang seperti Rendy.

Apalagi sebelum ini, orang tuanya pernah menjanjikan hidup enak pada Joanna jika Rendy mau mengorbankan diri. Namun mereka justru ingkar janji dan mengusir anak ini. Enggan melihat Joanna tumbuh menjadi anak pintar yang bisa mengancam ketenangan mereka suatu saat nanti.

11. 20 AM

Joanna sudah kembali di apartemen Jeffrey. Ingin berkemas lagi. Sebab dia memang telah memutuskan untuk mengakhiri ini.

Tidak ingin berurusan dengan Jeffrey lagi setelah ini. Mengingat rencana awalnya sudah gagal total dan tidak bisa diselamatkan lagi. Membuatnya kesal setengah mati. Apalagi setelah tahu jika Jeffrey telah meminta tolong hacker untuk mengakses seluruh informasi tentang dirinya selama ini.

Ceklek...

Pintu kamar Joanna terbuka. Jeffrey masih berada di sana. Rebahan di atas ranjang dan membaca setiap informasi yang didapat dengan hikmat. Seolah segala informasi tentang Joanna adalah novel misteri yang sangat menarik untuk dibaca.

"Joanna---"

Jeffrey langsung bangun dari ranjang. Berniat meminta maaf pada Joanna. Akan perbuatan orang tuanya yang begitu jahat pada si wanita.

"Anda sudah tahu semuanya, kan? Jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk saya tetap tinggal!"

Joanna kembali mengemasi barang-barangnya. Memasukkan sisa pakaiana secara asal di dalam koper besar. Sekaligus barang-barang lain ke dalam kardus yang masih terbuka.

"Aku benar-benar minta maaf. Kesalahan orang tuaku memang benar-benar tidak bisa dimaafkan. Mereka begitu jahat hingga tega berbuat seperti itu pada kalian. Tapi Joanna, kamu tidak bisa pergi begitu saja. Aku tidak bisa kamu tinggalkan. Aku---"

"Anda pikir saya peduli? Tidak sama sekali! Selama ini saya hanya terpaksa melakukan ini! Bersikap baik untuk menarik empati agar bisa memanfaatkan anda nanti!"

"Aku tahu dan aku tidak keberatan akan hal itu. Jadi jangan pergi dan meninggalkan aku seperti ini. Ayo manfaatkan aku lagi! Jangan---"

"Anda gila, hah!? Anda masih tidak sadar? Tujuan saya datang hanya untuk membalas dendam! Untuk mencari keadilan mendiang ayah saya! BUKAN UNTUK BERSENANG-SENANG DENGAN ANAK DARI ORANG YANG TELAH MEMBUAT HIDUPKU SENGSARA!"

"Aku tahu dan aku akan membantumu. Aku juga ingin menghukum orang tuaku. Aku ingin mereka sadar dengan apa yang telah mereka perbuat padamu, pada orang-orang yang mereka anggap pengganggu."

"Anda pikir saya akan percaya?"

Jeffrey diam saja. Karena apa yang baru saja dikatakan memang hanya bualan saja. Sebab dia tidak mungkin tega menghukum orang tuanya seperti apa yang telah dikatakan.

Anggap cinta itu buta. Karena seperti itu nyatanya. Seperti apa yang Jeffrey lakukan. Karena dia masih saja memohon dan meminta agar wanita itu tetap tinggal. Tidak meninggalkan dirinya. Setelah tahu serumit apa masa lalu si wanita.

Joanna sudah pergi dari sana. Sembari membawa barang-barangnya. Dibantu Teressa yang memang telah menunggu di depan pintu sebelumnya. Sebab dia tidak tidak ingin mengganggu adegan melodrama mereka.

Ya. Teressa tidak buta. Dia tahu jika Joanna juga memiliki rasa. Mengingat selama lima tahun ini hidupnya dihabiskan untuk mengintai Jeffrey Iskandar. Hingga akhirnya memiliki kesempatan untuk tinggal bersama selama satu bulan. Rela melakukan itu pula.

Padahal, selama ini Joanna tidak suka didekati pria. Selalu menghidar dengan alasan suka wanita. Teressa. Siapa lagi memang? Karena dia satu-satunya teman yang Joanna punya.

Cinta dan benci itu beda tipis garisnya. Seperti apa yang sedang Joanna rasakan. Dia sama sekali tidak sadar akan perasaannya.

Dia sedang menangis sekarang. Ketika dalam perjalanan ke rumah Teressa. Bukan karena gagal menjalankan rencana, namun karena harus meninggalkan Jeffrey yang baru saja bersimpuh di kakinya untuk momohon agar dirinya tetap tinggal.

200 comments for next chapter.

Tbc...

LAST PARADISE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang