6. D Day

355 97 206
                                    


Jeffrey ternyata sakit sungguhan. Bahkan, malam ini dia harus menginap di rumah sakit bersama Joanna. Mengingat tekanan darahnya tinggi dan membuatnya hampir pingsan.

"Seharusnya anda bilang sejak awal kalau sakit. Agar saya bisa sedikit melonggarkan jadwal anda hari ini."

Jeffrey tidak menyahuti ucapan Joanna. Karena dia benar-benar merasa pusing sekarang. Tubuhnya juga terasa lemas dengan perut mual.

"Maaf, Tuan."

Ucap Joanna sembari memakaikan selimut pada tubuh Jeffrey. Mengingat pria itu sudah rebahan di atas ranjang rumah sakit. Di ruangan VVIP yang tentu saja mewah sekali.

"Bukan salahmu. Ini salahku karena tidak bilang padamu."

Suara Jeffrey melemah. Kedua matanya juga terasa berat. Hingga akhirnya terlelap begitu saja. Meninggalkan Joanna yang kini sudah menatap sendu dirinya.

1. 10 AM

Jeffrey bangun tengah malam. Ketika dia merasa lapar sebab semalam belum makan. Membuatnya lekas meraih ponsel di atas nakas. Berniat memesan makanan. Karena Joanna sedang tidur di atas sofa.

Ctak...

Joanna membuka mata setelah mendengar benturan ponsel dan nakas. Karena Jeffrey agak kesusahan menjangkau ponselnya. Mengingat Joanna agak menjauhkan ponsel dari kepala si tuan agar tidak terkena radiasi nantinya.

"Tuan butuh apa?"

"Lapar, aku mau makan."

Joanna langsung merogoh saku celana. Mengambil ponselnya. Berniat memesan makanan dari sana. Makanan yang paling cocok dimakan oleh orang penderita darah tinggi seperti Jeffrey sekarang.

"Saya saja yang pesan."

Joanna langsung menduduki kursi di dekat ranjang. Menatap Jeffrey yang kini mulai meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Lalu menatap Joanna yang tampak begitu khawatir padanya.

Hampir satu jam mereka hanya saling tatap dan diam. Tidak ada pembicaraan apapun lagi hingga makanan datang. Karena selain menahan lapar, Jeffrey juga masih pusing meskipun tidak separah sebelumnya.

Jeffrey makan disuapi Joanna. Karena wanita itu yang memaksa. Mengingat Jeffrey masih lemas dan tampak begitu menyedihkan.

"Sudah. Aku sudah kenyang."

"Sedikit lagi, Tuan. Tambah tiga kali suapan, supaya genap sepuluh suap."

Jeffrey akhirnya mengalah. Mengunyah dengan pelan. Sembari menatap Joanna dalam diam. Menelisik raut wajahnya yang begitu menyejukkan baginya.

Setelah makan, Jeffrey minum air banyak-banyak. Lalu menelan obat yang Joanna berikan. Obat yang sebelumnya diresepkan untuknya.

Setelah menelan obatnya, Jeffrey kembali merebahkan badan. Berniat kembali tidur sekarang. Seolah tidak takut pada Joanna.

Padahal, seharusnya dia harus waspada pada si wanita. Sebab Joanna telah dijahati di masa lalunya. Tidak hanya olehnya. Namun oleh orang tuanya juga.

7. 10 AM

Jeffrey baru saja membuka mata. Dia menatap orang tuanya yang sudah ada di sana. Jessica langsung menangis menatapnya. Memeluknya yang masih terbaring di atas ranjang. Begitu pula dengan Sandi yang ikut mendekat ke arah dirinya.

"Kamu tidak apa-apa, Nak?"

"Wanita itu tidak menjahatimu, kan?"

"Kamu tidak diapa-apakan, kan?"

"Mama kenapa? Aku baik-baik saja. Mana asistenku?"

Jessica langsung melepas pelukan. Lalu menatap Jeffrey marah. Sebab kehadirannya tidak dihiraukan. Karena si anak justru mencari Joanna.

"JANGAN CARI-CARI WANITA ITU! DIA PENIPU!"

"Maksud Mama?"

Tanya Jeffrey penasaran. Saat ini dia sudah mendudukkan badan. Menatap penasaran ibunya.

"DIA ANAK SUPIR ITU! DIA ANAK RENDY YANG DIPENJARA KARENA MENYETIR DALAM KEADAAN MENGANTUK!"

"Aku sudah tahu. Mama tidak perlu terkejut begitu. Di mana dia? Mama tidak mengusirnya lagi, kan?"

Sandi dan Jessica saling tatap sekarang. Lalu menatap Jeffrey yang kini tampak biasa saja. Tidak ada rasa takut di hatinya bahkan setelah tahu siapa identitas Joanna yang sebenarnya.

"Jeffrey, kenapa kamu tidak takut padanya? Dia mencurigakan! Kamu tahu apa yang pernah dulu---"

"Apa? Memangnya apa yang telah Mama lakukan sampai-sampai aku harus takut pada Joanna? Dia kompeten dan baik, bahkan sangat baik. Selama satu bulan ini, aku bahkan tidak menemukan kekurangannya sama sekali!"

"Kalau dia tidak memiliki kekurangan, kamu tidak akan sakit! Mama yakin, makananmu pasti sudah diracun selama ini!"

"Ma, aku sakit karena aku sendiri! Aku sering merokok dan minum di kamar setiap hari! Mama pikir aku tidak stress karena harus seperti ini? Menekuni bisnis Papa bukan passionku sama sekali! Aku tidak menyukai ini! Iya, ide yang kuberikan adalah milik Joanna! Wanita itu yang telah membantuku terlihat hebat selama satu bulan! Tanpa dia, aku tidak akan bisa apa-apa!"

Jessica memegangi dada. Sedangkan Sandi tampak tidak terkejut tentu saja. Sebab dia tahu akan kedekatan mereka.

Sudah menebak juga jika Joanna yang telah menyumbang ide sebelumnya. Jeffrey? Sebenarnya hanya boneka saja.

"Di mana dia? Di mana Joanna sekarang!?"

Jeffrey meraih ponselnya. Karena orang tuanya tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Membuatnya lekas mendial nomor Joanna dan untungnya langsung dijawab.

"Halo? Kamu di mana!?"

Saya sedang mengemasi barang di apartemen, Tuan. Saya baru saja dipecat.

"TIDAK! TIDAK BOLEH ADA YANG MEMECATMU SELAIN AKU! TUNGGU DI SANA! JANGAN KE MANA-MANA!"

Pekik Jeffrey sembari melepas jarun infusnya. Lalu menuruni ranjang. Meraih kunci mobilnya, lalu berlari menuju parkiran tanpa alas kaki apa-apa. Tidak lupa dengan tubuh yang masih dibalut kemeja putih dan celana kerja yang dipakai semalam.

Sandi dan Jessica yang melihat tampak shock di tempat. Mereka merasa jika Jeffrey memang sudah menyukai Joanna. Mengingat mereka telah tinggal bersama selama satu bulan.

Hubungan mereka juga tampak begitu dekat sampai-sampai Jeffrey mau menurut padanya. Hingga mampu bertahan masuk kerja selama satu bulan. Ditambah, Jeffrey begitu marah ketika mendengar wanita itu dipecat.

"Sepertinya dugaan kita benar, Pa. Jeffrey sudah menyukai dia."

Ucap Jessica pada suaminya. Dia tampak bingung sekarang. Bingung ingin melakukan apa untuk menjauhkan mereka.

Di tempat lain, Joanna tampak sedang meminum wine dengan tenang. Sembari duduk di atas sofa dan menatap kemacetan kota dari atas. Senyum tipis juga tersungging di bibirnya.

Seolah puas dengan apa yang baru saja dikerjakan. Membalas dendam pada Sandi dan Jessica karena telah membuat ayahnya meninggal di dalam penjara. Melalui Jeffrey, anak mereka.

150 comments for next chapter!

Tbc...

LAST PARADISE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang