Satu minggu kemudian.
Jeffrey tidak keluar dari apartemen selama satu minggu ke belakang. Dia hanya makan lewat layanan pesan antar saja. Dia bahkan tidak mandi dan melakukan apa-apa kecuali rebahan di atas ranjang Joanna. Di dalam kamar yang ditempati wanita itu sebelumnya.
Sandi dan Jessica jelas khawatir dengan keadaan anaknya. Karena Jeffrey sudah tidak mau lagi bekerja. Tidak mau mengangkat telepon dan membalas pesan pula. Apalagi bertemu mereka.
Seperti anak kecil yang sedang tantrum sungguhan. Padahal, usia Jeffrey sudah cukup dewasa. Namun dia masih saja bersikap kekanak-kanakan ketika gegana, alias gelisah galau merana.
Wkwkwkw, relax dulu gengs!!! 😂
Ceklek...
Pintu apartemen Jeffrey terbuka. Sandi dan Jessica sengaja membobol pintu dari luar mengingat Jeffrey tidak pernah mengizinkan mereka masuk ketika datang. Hingga seperti inilah puncaknya.
Jessica yang selama seminggu ini tidak nafsu makan nekat melakukan ini pada anaknya. Memanggil pengurus gedung untuk membuka unit Jeffrey menggunkan kunci masternya. Sebab dia takut anaknya bunuh diri di dalam sana.
Mengingat akhir-akhir ini sering terjadi peristiwa bunuh diri di sekitar. Degan rentang usia akhir dua puluhan seperti Jeffrey pula.
"Jeffrey!!!"
Pekik Jessica setelah menatap Jeffrey yang sedang tidur tengkurap di atas ranjang. Dengan kedua telinga yang tersumpal earphone hitam. Sehingga dia tidak sadar jika orang tuanya datang.
"Kenapa kalian masuk!?"
Jeffrey langsung membalikkan badan. Menatap orang tuanya kesal. Atau justru marah karena telah diganggu privasinya.
"Seharusnya Mama yang bertanya padamu! Kenapa kamu seperti itu!? Hanya karena anak supir itu! Di luar sana banyak wanita yang mau denganmu! Jangan bodoh hanya karena wanita seperti itu!"
Jeffrey langsung bangun dari ranjang. Menatap ibunya yang sudah berkaca-kaca. Wanita itu jelas khawatir akan keadaannya. Mengingat dia adalah anak satu-satunya yang dipunya.
"Kalian sudah tahu kalau aku suka dia, kan? Lalu kenapa kalian memecatnya? Tidak bisakah kalian pura-pura tidak tahu saja selamanya!? Sama seperti aku yang harus pura-pura tidak tahu akan semua pekerjaan kotor kalian! Dari kerjasama dengan mafia minyak, membodohi para penulis tidak terkenal dan menumbalkan Ayah Joanna dalam kecelakan Mama!"
Sandi dan Jessica menegang. Mereka tidak menyangka jika Jeffrey telah tahu hal kotor mereka. Padahal, mereka telah berusaha menyembunyikan ini dari anaknya.
"Bagus kalau kamu sudah tahu. Jadi Papa tidak perlu susah-susah menjelaskan lagi padamu."
Sandi maju satu langkah. Mendekati Jeffrey yang tampak begitu berantakan. Rambut acak-acakan dan wajah berminyak karena tidak mandi berhari-hari lamanya.
"Kamu sudah besar, sudah saatnya kamu tahu ini semua. Mama dan Papa melakukan ini demi kamu juga, supaya kamu bisa hidup enak seperti sekarang. Supaya kamu bisa---"
"Supaya aku hidup tidak tenang selamanya? Karena terus dihantui oleh rasa bersalah pada orang-orang!? Pada semua orang yang kalian rugikan! Pada Joanna yang telah kalian buat sengsara hidupnya!"
PLAK...
Jessica menampar Jeffrey untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat Sandi terkejut tentu saja. Sebab selama ini, Jessica memang hanya berani menggertak anaknya menggunakan ujung sapu saja. Kalaupun kena, itu pasti tidak sengaja.
"JOANNA JOANNA JOANNA! APA HEBATNYA WANITA ITU, HAH!? KALIAN BARU MENGENAL! BISA-BISANYA KAMU TERUS MENYEBUT NAMANYA DI PERBINCANGAN SERIUS KITA! RENDY DAN ANAKNYA HANYA SEGELINTIR ORANG YANG PERNAH KITA SINGKIRKAN! MEREKA TIDAK BERARTI APA-APA! DI MASA DEPAN, KAMU AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA PADA ORANG-ORANG YANG MENGHALANGI LANGKAHMU JUGA!!!"
Jeffrey tersungkur di bawah ranjang. Dia juga mulai memegangi pipinya. Membuat air mata Jessica mengalir begitu saja. Sebab sebenarnya, dia tidak tega melakukan ini pada anaknya.
Apalagi saat ini Jeffrey tampak begitu menyedihkan. Tubuhnya kurus karena hanya makan sehari sekali saja. Penampilannya juga berantakan. Tampak seperti gelandangan jika saja dia keluar sekarang.
"Jeffrey, berhenti bersikap kekanak-kanakan dan mulailah jadi dewasa! Mama dan Papa akan merestui hubungan kalian, jika memang kamu sungguhan menyukainya!"
Sandi dan Jeffrey terkejut akan ucapan Jessica. Tidak menyangka jika perkataan seperti itu akan keluar dari mulutnya. Karena meskipun terlihat garang di luar, Jessica sebenarnya sangat menyayangi anaknya. Tidak tega ketika melihatnya tampak menyedihkan seperti sekarang.
"Mama pikir Joanna akan menerimaku jika aku berkata seperti itu? Tidak!"
"LALU KAMU MAU KITA MELAKUKAN APA!!!???"
"Minta maaf padanya! Tebus kesalahan kalian!"
BUGH...
Kali ini Sandi yang beraksi. Dia memukuli Jeffrey yang menurutnya tidak tahu diri. Sebab telah begitu berani menentang orang tua hanya demi wanita ini.
"ANAK KURANG AJAR! KAMU PIKIR KAMU SIAPA TANPA KITA!? KAMU AKAN MENJADI GELANDANGAN! KAMU AKAN KELAPARAN DAN BAHKAN BISA SAJA MENJADI LEBIH JAHAT DARI KITA!"
Jeffrey langsung melepaskan diri. Menjauh dari Sandi yang sudah berkaca-kaca saat ini. Kecewa sekaligus sedih karena telah kelepasan memukul anaknya sendiri.
"Papa salah. Aku tidak akan hidup seperti kalian. Jika sedang kelaparan, aku tidak akan menjadi jahat supaya kenyang. Tapi aku akan mati saja. Setidaknya aku tidak merugikan orang dan menahan perasaan bersalah hingga akhir hayat."
Setelah berkata seperti itu, Jeffrey langsung pergi. Menuju kamarnya sendiri. Mengunci dari dalam rapat-rapat saat ini. Sebab tidak ingin bertemu orang tuanya lagi.
11. 30 PM
Tidak sulit untuk menemukan Joanna bagi Sandi dan Jessica. Saat ini, mereka sedang berada di rumah Teressa. Bersimpuh di depan Joanna yang kebetulan membukakan pintu untuk mereka.
Sandi dan Jessica meminta maaf pada Joanna. Akan apa yang telah dilakukan di masa lalunya. Karena telah membuat hidupnya yang malang menjadi semakin menyedihkan.
Namun sayang, bukan Joanna namanya jika hanya puas dengan permintaan maaf saja. Karena bukan hal itu yang diinginkan sekarang. Namun bentuk pertanggungjawaban mereka. Bukan hanya permintaan maaf yang sudah tidak berguna apa-apa baginya.
"Kalian pikir aku akan dengan mudah memaafkan? Tidak! Aku tidak akan pernah memaafkan jika kalian tidak bertanggungjawab atas apa yang telah kalian lakukan! Membersihkan nama baik Ayahku yang telah kalian nodai dengan bangga!"
Setelah berkata seperti itu, Joanna langsung pergi. Kembali memasuki rumah Teressa sembari tersenyum getir. Sebab tidak menyangka jika Jessica dan Sandi bisa menyerah semudah ini. Bahkan ketika dirinya baru memulai pembalasan dendam ini.
200 comments for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST PARADISE [END]
Mystery / ThrillerSurga itu ada dan tidak hanya diisi oleh orang-orang baik saja.