Joanna selalu hidup dalam ketakutan. Dulu ketika ayahnya masih ada, dia takut jika ayahnya akan meninggalkan dirinya. Sama seperti ibunya yang sampai saat ini Joanna tidak tahu di mana keberadaannya. Mengingat wanita itu memang telah berpisah dengan ayahnya pasca dirinya masuk sekolah dasar.Iya. Joanna harus hidup mandiri sejak saat itu. Bahkan sejak kelas lima sekolah dasar dia sudah bisa memasak sendiri. Berani tidur di rumah sendiri dan tidak dititipkan pada tetangga lagi. Mengingat ayahnya kerja menjadi supir dan bisa tidak pulang selama berhari-hari.
Tidak heran jika Joanna bisa survive sendiri selama ini. Ditemani oleh Teressa yang ditemui pada beberapa tahun terakhir. Satu-satunya teman yang dimiliki. Sekaligus orang yang akan membantunya jika dalam masa-masa sulit.
"GILA KAMU, HAH!? APA YANG KAMU LAKUKAN!?"
Pekik Teressa ketika memasuki kamar Joanna. Di sana, dia melihat Joanna yang sedang duduk di tepi ranjang. Mengarahkan pisau buah pada pergelangan tangan. Seolah ingin mengakhiri hidupnya.
PRANG...
Teressa menendang tangan Joanna. Membuat pisau itu terlepar begitu saja. Serta, membuat Joanna meringis kesakitan karena tendangan Teressa jauh dari kata pelan.
"SAKIT!"
"SALAHMU SENDIRI!? KAMU KENAPA, HAH!? BUKANNYA RENCANAMU AKAN TERLAKSANA? JEFFREY SUDAH TERGILA-GILA PADAMU SEKARANG! BERSABAR SEDIKIT SAJA! SEMUANYA AKAN BERJALAN SESUAI RENCANA!"
Joanna masih memegangi tangan. Lalu menatap Teressa kesal. Sembari memungut pisau yang sebelumnya dijatuhkan.
"Aku tidak sedang macam-macam. Isi kepalamu saja yang berantakan!"
Joanna meletakkan pisau tadi pada meja. Di samping piring yang berisi buah-buahan. Apel dan anggur merah.
"SIALAN! KUKIRA KAU MAU MATI JUGA!"
Teressa mengusap dadanya kasar. Lalu ikut duduk di samping Joanna. Memeluknya begitu kencang. Sebab dia memang hanya memiliki Joanna sekarang. Mengingat orang tuanya sudah lama meninggal. Karena kecelakaan pesawat yang dialami beberapa tahun silam.
5. 40 AM
Jeffrey baru saja membuka pintu apartemennya. Dengan perasaan senang tentu saja. Sebab mengira jika yang datang adalah kurir makanan pesan antar yang telah dipesan. Bukan suruhan polisi yang ingin memeriksa tempatnya. Termasuk dirinya.
Setelah sekitar satu jam menggeledah, mereka akhirnya selesai. Lalu pamit pergi setelah mengatakan jika Sandi dan Jessica sedang berada di kantor polisi. Sebab mereka baru saja menyerahkan diri atas kasus tabrakan yang menumbalkan Rendy.
Jeffrey yang mendengar tentu saja terkejut. Tidak menyangka jika orang tuanya akan menuruti ucapannya yang dikatakan pada malam itu. Karena selama ini dia tahu jika orang tuanya selalu main bersih dan tidak akan mau mengorbankan nama baik yang telah dibangun bertahun-tahun.
8. 00 AM
Jeffrey baru saja tiba di kantor polisi. Dia datang dengan keadaan bersih dan tidak lagi berpenampilan buruk seperti semalam dan pagi tadi. Bahkan, rambutnya masih setengah basah karena setelah keramas tidak langsung dikeringkan menggunakan alat pengering.
"Di mana orang tuaku!?"
Jeffrey bertanya pada salah satu polisi yang sedang berada di depan pintu masuk. Dengan keadaan nafas tersenggal karena dia baru saja lari dari mobil ke arah pintu.
"Masih di ruang interogasi."
Jeffrey duduk di ruang tunggu cukup lama. Sebelum akhirnya Sandi dan Jessica keluar. Dengan raut sedih ketika menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST PARADISE [END]
Mystère / ThrillerSurga itu ada dan tidak hanya diisi oleh orang-orang baik saja.