"jadi gimana dok?" tanya seorang wanita yang hampir berkapala 4 itu.
sedangkan sang pria dengan jas bewarna putih khas itu tersenyum dengan sangat lebar, laki-laki itu tidak bisa menutupi rasa bahagianya.
"Jihan, Cassie udah sembuh total!" jawab laki-laki itu dengan semangat. Kedua tangannya dengan refleks menggenggam bahu sang wanita.
Dan tentu itu membuat Jihan merasa sedikit kebingungan. "maksud anda?" tanya wanita itu tidak percaya.
"cancer yang Cassie punya dari kecil udah 100% hilang." jawab dokter itu lagi, bahkan saking bahagianya Ia sampai menutup mulut menggunakan jari-jari kekarnnya.
Jihan menatap tidak percaya kearah dokter sekaligus sahabatnya itu. "jangan bercanda anda." ujar Jihan dengan serius.
Dokter itu tersenyum tipis. "apa soal pasien saya bisa bercanda?" tanya pria itu dengan tersenyum manis.
Jihan juga ikut menutup mulutnya saking tidak percaya apa yang dikatakan dengan pria dihadapannya ini. Setelah itu Jihan dengan cepat tersenyum lebar dan sedikit berloncat-loncat kecil.
Melihat sang sahabat sangat bahagia pria itu pun ikut loncat dengan semangat dan tidak lama kemudian Ia dengan tidak sengaja memeluk tubuh ramping Jihan dari samping, lalu dengan cepat Jihan berhenti dari acara loncatnya dan melepas pelukan sang dokter.
Pria berjas putih itu pun dengan cepat terdiam dan menggaruk tekuk belakang tubuhnya merasa malu.
Saat ini kedua orang dewasa itu terdiam canggung. "sorry." gumam pria ituyang masih jelas didengar oleh Jihan.
Jihan tidak memberi respon, lalu wanita itu mengalihkan pandangannya kearah gadis cantik yang sedang duduk dibrangkar kamar rumah sakit saat ini. "my Cassie.." gumam wanita itu dengan lembut.
Satu-satunya keluarga yang Ia punya saat ini. Sudah banyak hal besar yang gadis itu lewati dimasa kecilnya dan Jihan tidak ingin Ia mendapati itu lagi dimasa dewasanya. Pada saat itu Jihan merasa tidak pantas menjadi seorang ibu untuk seorang Cassie dan Jihan berjanji untuk terus membahagiakan gadis itu bagaimana pun caranya.
Pria dihadapan Jihan ini membersihkan tenggorokannya dengan lembut. "jujur aku juga gak tau bagaimana caranya dia bisa bertahan sampai sini bahkan sembuh total dari penyakit yang sudah lama Ia deritanya, dan itu semua gak akan mungkin terjadi tanpa kamu Jihan." ujarnya ikut menatap Cassie dari luar kamar.
Jihan terdiam, wanita itu menunduk seketika. "anda tidak berbohong kan? saat itu anda mengatakan jika Ia tidak akan mungkin bertahan. Tolong jangan kasihan kami terus." ujar Jihan dengan serius.
Dokter itu tertawa pelan. "benar, memang saya pernah mengatakan itu tetapi jika takdir mengatakan sebaliknya? boom, terjadi lah." Pria itu mengalihkan tatapannya menjadi kearah Jihan.
"kamu tau? keajaiban itu selalu datang dengan sangat tiba-tiba. Sudah dari akhir pekan kemarin aku melihat perkembangan yang bagus dari Cassie. Dibawah nanti ambil seluruh berkas perawatan Cassie dari dia umur 7 tahun ya." ujar pria itu dengan lembut, senyumnya terus mengembang saat berbicara dengan Jihan.
Wanita itu tersenyum tipis lalu mengangguk sebagai jawaban, Ia sangat bahagia tentu saja, tetapi pria dihapannya ini yang membuat Ia menahan seluruh kebahagiaan yang Ia dapati hari ini.
"Cassie selamat ya cantik, kamu gadis hebat yang sudah menghadapi semua ini dari lama dan hari ini adalah akhirnya." ucap dokter itu menyelamati sang gadis dengan sejuta senyuman.
"terima kasih om Jeff, Cassie senang sekali!" jawab gadis itu, tubuhnya begerak mendekati sang dokter lalu dengan lembut Ia memeluk tubuh yang lebih tinggi darinya. "terima kasih sudah mau rawat Cassie dari kecil ya om." ujar Cassie lagi secara tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mom?
FanfictionCerita seorang wanita dengan 2 anak gadis jagoannya, tinggal seatap tanpa seorang ayah? Ya jelas siapa juga yg mau menikah dengan laki-laki pikir Juan. Lebih baik tidak sama sekali, bukan? Tetapi seorang wanita karir yang dulu pernah meninggalkan ny...