Prolog

70 11 0
                                    

Seorang gadis yang sedang berjalan disekitar Candi Borobudur itu terlihat mencolok dan menjadi pusat perhatian para wisatawan juga warga lokal.

Bagaimana tidak mencolok? Gadis itu berpakaian bak seorang putri kerajaan di tanah Jawa zaman dulu, ia menggunakan atasan kemben berwarna ungu, dengan kain rok berukiran bunga ditepi bawahnya, berukiran emas, berwarna biru tua yang menjuntai panjang.

Ia juga memakai beberapa perhiasan yang umum dipakai oleh putri kerajaan. Disisi kiri-kanan nya terdapat selendang yang indah, berwarna kuning. Rambut hitam ikal panjangnya ia biarkan tergerai, dan dikepalanya terdapat mahkota dengan berlian berwarna merah ditengahnya.

Ketika mata dari gadis itu sedang sibuk mencari keberadaan seseorang, tiba-tiba orang asing berdiri tak jauh dari hadapannya. Membuat ia secara spontan menghentikan langkah kakinya.

"Nimas...?" Laki laki itu berbicara dengan nada yang lirih, raut wajahnya nampak terkejut, dan tatapan matanya sulit untuk diartikan. Seorang laki-laki jangkung bertelanjang dada, berpakaian seperti seorang raja yang juga lengkap memakai mahkota dan perhiasan ditubuhnya.

Cukup lama laki-laki itu menatap gadis yang kini kebingungan akan situasi yang sekarang sedang ia hadapi, laki-laki itu tak percaya akan keajaiban yang ada didepan matanya. Benarkah dia adalah gadis yang ia lihat dari lukisan yang indah itu?

Banyak sekali pertanyaan yang kini berada dibenaknya, namun yang jelas ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberi oleh Sang Hyang Widhi atas doa-doanya yang selalu ia panjatkan selama ratusan tahun lamanya.

Ia perlahan mendekati gadis dihadapannya, lalu mengenggam kedua tangan itu dengan lembut, dan berkata

"Bisakah Nimas...memberikan aku satu kesempatan lagi? Untuk menjelaskan perihal kejadian itu?" mata coklat dari sang lelaki menitihkan air mata setelah mengatakan itu. Beribu harapan terpancar dari kedua matanya, bercampur dengan rasa bersalah yang amat besar.

Sang gadis menatap laki-laki itu dengan tatapan bertanya-tanya, ia menarik kedua tangannya yang digenggam dan menjawab,

"Maaf, Anda siapa?"

Seketika dada laki-laki itu berdegup kencang, matanya sedikit membulat terkejut, tak percaya dengan jawaban yang barusan dikatakan oleh sosok orang yang istimewa didepannya itu. Ia tak percaya bahwa gadis itu tak mengenalnya.

LAST CHANCE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang