8. Bocah Kecil dan Andre

6 2 0
                                    

12.00 PM, Jakarta - Bandung

"Kalau begitu Bu, kami pamit ya" keluarga Citra pamit untuk pulang. Seluruh anggota keluarga yang lain sudah lebih dulu pulang tadi pagi, tinggal merekalah yang terakhir berpamitan.

Sri—sang ibu sekaligus nenek dari Citra tersenyum dan mengangguk mengiyakan. "Hati-hati ya dijalan. Cucuku kapan-kapan kau main kesini ya."

Citra tersenyum manis dan mengangguk setelah berpelukan pada neneknya. "Iya, nek."

Sri dan Rudi—suaminya mengantar anak dan cucu mereka sampai depan rumah. Melambaikan tangan ketika mobil hitam itu sudah keluar dari pekarangan rumah. Meninggalkan mereka berdua—ralat bertiga dengan kucing putih kesayangan Sri dirumah kayu antik ini.

"Kurangi sifat heboh mu itu. Dasar, sampai seluruh anak-anak kita datang kesini. Membuat ku malu saja!" Sri berkata dengan nada yang kesal. Kesal karna suaminya itu selalu saja heboh sendiri. Ia melenggang pergi sambil menggendong kucing putih yang seolah menatap Rudi dengan kesal pula.

Rudi yang melihat istrinya tengah kesal itu hanya bisa menghela nafas pelan. Ingin marah tapi tak jadi karna tahu dirinya yang salah. Ia menggaruk tekuknya yang tidak gatal, dan ikut masuk kedalam rumah dengan malu.

"Maafkan aku, sayang."

Setelah melewati perjalanan yang lumayan lama antara Jakarta ke Bandung. Akhirnya Citra dan keluarga nya sudah sampai dengan selamat dirumah. Citra meregangkan otot-otot nya yang kaku, menghirup dalam-dalam udara dihalaman. Rasanya begitu lega sekali.

"Kamu rindu rumah kita, nak?" Tanya Hadi—Papahnya sambil merangkul bahu putrinya yang semakin tumbuh dewasa.

Citra tertawa kecil dan mengangguk. "Iya Pah, rasanya rinduuu sekali." Hadi ikut tertawa sambil mengacak-ngacak rambut putrinya.

"Sudah ayo kita beres-beres dulu, nak." Citra mengangguk dan membantu kedua orangtuanya memasukan koper dan bawaan lainnya dibagasi mobil ke dalam rumah.

Hampir 15 menit mereka habiskan untuk membereskan itu semua. Kini Papah sedang mandi, dan Mamah berada di dapur memakai celemek siap untuk masak. Sementara Citra sudah siap untuk pergi keluar, ia berganti pakaian lebih santai. Memakai atasan kaos putih dan celana training biru, tak lupa tas slempang putih yang ia sampirkan di bahu.

"Kamu mau kemana, nak?" Tanya Ayu sambil memotong sayuran ketika melihat putrinya sudah bersiap memakai sneakers.

Citra menoleh dan mendekat ketika ia sudah memakai sepatunya. "Aku ingin pergi sebentar keluar, jalan-jalan dan membeli camilan manis. Boleh kan, Mah?"

Ayu menganggukan kepalanya tersenyum. "Boleh nak. Tapi hati-hati dijalan ya nak. Jangan lupa bawa payung, katanya hari ini akan hujan." Jelasnya dengan khawatir

Citra mengangguk dan mencium pipi Mamah sebelum dirinya keluar dari rumah, tak lupa membawa payung lipat yang digantung di pintu. Ia berjalan santai sambil melihat pemandangan di jalan Setia Budi melalui trotoar. Melihat beberapa pejalan kaki yang sibuk dengan aktivitas nya masing-masing.

Sesekali dirinya memfoto satu dua pemandangan yang menurutnya indah. Seperti anak-anak yang sedang bermain, ataupun jalanan kota yang ramai dan indah. Semua hal kecil itu membuatnya senang.

Ia terus berjalan dengan lancar di trotoar, ia membuka resleting tas slempang nya. Niatnya ingin memainkan ponsel sambil memakan jajanan yang baru saja dibelinya, tapi setelah dicari-cari ternyata ponselnya tidak ada didalam tas. Dan gadis itu baru ingat kalau ponselnya tertinggal di kamarnya.

Mau pulang lagi pun ia terlalu malas kalau hanya sekedar membawa ponsel. Seharian tanpa ponsel pun bukan masalah baginya, yang penting dirinya menikmati kegiatan hari ini dengan baik saja sudah cukup.

LAST CHANCE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang