3. Kakak

22 6 0
                                    

Satu minggu sudah berlalu, itu artinya minggu kedua dalam bulan Maret ini adalah jadwalnya Citra untuk latihan naskah. Setelah kelas Citra selesai, siang hari sekitar pukul 11.00 siang ia melanjutkan aktivitas nya yaitu berkumpul bersama rekan rekan satu projectnya, lalu mereka semua mulai menghafal dan mempraktekkan naskahnya hingga waktu selesai.

"Terimakasih untuk kerja keras kalian hari ini, semoga dihari-hari selanjutnya terus tetap semangat dan lebih baik lagi ya."

"Baik kak, terimakasih." Semua orang diruangan itu bertepuk tangan untuk latihan mereka hari ini. Lalu satu persatu mulai meninggalkan ruangan tersebut. Citra melihat jam ditangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 sore.

Ia lalu membereskan perlengkapannya, dimasukkannya kedalam tas. Ketika ia sedang berjalan menuju pintu, sebuah kepala menyembul dari balik pintu tersebut dan cukup mengagetkan Citra hingga ia berteriak.

"AAAAAAAAAA" teriaknya kencang sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kepala menyembul tadi lalu menampakkan wujudnya, ternyata dia adalah Nertaja. Gadis berambut hitam bob pendek itu, tertawa terbahak-bahak melihat respon sahabatnya.

Citra sedikit mengintip dari balik jari jemarinya, ia melihat Nertaja memegangi perutnya sambil tertawa. Citra pun langsung menurunkan kedua tangannya, dan bersidekap dada kesal.

"Enak ya jahilin orang.." ejek Citra

Nertaja pun berhenti tertawa dan menyengir kearahnya. Citra yang kesal pun mulai berjalan mendahului keluar dari pintu, dan disusul oleh Nertaja.

"Mau ngapain kamu ikut-ikut?" tanyanya dengan nada yang kesal

"Hehe aku mau ajak kamu makan, Ci. Pasti kamu laper kan?" jawab Nertaja sambil menaik turunkan alisnya

Citra mendelik kesal, tetapi dalam hati memang ia sangat lapar, karna latihan tadi begitu menguras habis semua energinya.

"Ayo laah, aku tau kok kamu pasti laper. Aku traktir deh tenang ajaa" kata Nertaja lagi sambil menggandeng Citra menuju tempat makan yang sudah menjadi langganan mereka, yang jaraknya tak jauh dari kampus.

****

"Terus-terus gimana?"

"Yah..mau gimana lagi Ci. Reza bakal tunangan dalam waktu dekat ini, malahan dia ngasih undangannya yang pertama khusus buatku. Nyebelin banget."

Mereka berdua sedang membicarakan sahabat Nertaja, Reza namanya. Nertaja bercerita kalau ia sudah menyukai lelaki itu dari jaman SMP, namun datang berita tak terduga, ternyata Reza akan bertunangan dalam waktu dekat ini.

Yang membuat Nertaja kesal ialah, lelaki itu sama sekali tidak bisa dihubungi selama beberapa bulan terakhir, lalu tiba-tiba saja saat bisa dihubungi kembali, lelaki itu malah mengabari Nertaja bahwa ia akan segera bertunangan dengan sahabat masa kecilnya. Tentunya kabar itu membuat Nertaja sakit hati sekali mendengarnya.

"Emang ya cowok itu makhluk yang paling gak peka sedunia." ujar Citra sembari terkekeh pelan

Nertaja merengut kesal, "Udah lah, gausah bicarain lagi. Makin sakit hati aku dengernya." Citra pun mengangguk sebagai tanda setuju.

Kasihan juga sebenarnya melihat sahabatnya itu. Cintanya ternyata bertepuk sebelah tangan selama ini. Ya, memang Nertaja menceritakan bahwa ia sudah berusaha dari dulu mengkode Reza, tetapi lelaki itu tidak pernah menganggapnya serius. Ia menganggap Nertaja hanya sebatas sahabatnya saja tidak lebih. 

"Oh iya, gimana tadi latihannya?" tanya Nertaja mengalihkan topik pembicaraan, sembari meminum jus alpukat yang ia pesan. Keduanya sudah selesai makan, kini yang tersisa tinggal minuman yang mereka pesan saja dimeja makan itu.

"Yah gitu deh, lumayan berat juga project kali ini, Ja. Tapi tadi latihannya seru kok." jawab Citra sembari tersenyum

Nertaja mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "Trus tadi dialog nya dimulai darimana? Aku penasaran banget, ceritain dong Cii!!" ujarnya dengan nada memohon dan kedua matanya ia buat-buat seperti puppy eyes.

Citra menyeruput jus jeruknya dan menggelengkan kepalanya, "Gak mau spoiler. Tunggu aja nanti pentas nya 3 bulan lagi, biar suprise."

Nertaja cemberut mendengar hal itu, ia menyenderkan bahunya ke punggung kursi dari kayu, "Yahh gak asik ah kamu." Citra pun jadi tertawa

Mereka pun melanjutkan obrolan membahas topik lain sebelum pulang. Mereka juga membahas masa lalu, awal mereka bertiga bertemu dan menjadi sahabat sampai sekarang, yaitu Citra, Nertaja, dan Abimanyu.

Kala itu mereka tak sengaja bertemu ditempat makan bakso yang tak jauh dari kampus, lalu Nertaja mengoceh dan terus mengutuk salah satu dosen yang membuatnya badmood hari itu. Lalu tanpa diduga, Abimanyu ikut bergabung dengan Nertaja dan mengutuk juga, menyumpah serapahi dosen yang sama yang membuatnya kesal setengah mati.

Citra pun lantas ikut bergabung juga, dan mereka bertiga pun mengoceh sampai bakso pedas masing-masing mereka habis tanpa sisa. Siapa yang tak menyangka, bahwa awal pertemuan mereka yang absurd itu, bisa membuat mereka menjadi sahabat sampai semester 3 ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang, sebelum itu mereka membayar terlebih dahulu ke kasir. Lalu mereka berdua berjalan sampai parkiran kampus.

Setelah sampai diparkiran, keduanya menaiki motor masing-masing lalu saling melambaikan tangan tanda berpisah. Mereka lalu melajukan motor itu kearah yang berlawanan.

****

Sementara itu, lampu disetiap sudut-sudut setiap rumah di perumahan menemani seorang gadis yang tengah melajukan motornya dengan pelan. Setelah sampai didepan sebuah gerbang, terlihat seorang satpam membukakan gerbang hitam itu sembari tersenyum dan membungkuk memberi salam.

Gadis itu membalas tersenyum lalu melajukan motornya masuk ke dalam, dan suara dari decitan gerbang terdengar. Sang satpam, pak Jaya menghampiri dan bertanya,

"Non, kenapa pulangnya larut sekali?" Ujarnya dengan raut wajah khawatir. Karna biasanya, anak dari majikannya itu selalu pulang tidak lebih dari pukul 15.00 sore.

Gadis itu tersenyum, sambil turun dari motornya dan meletakkan helm dijok motor, "Aku ngobrol dulu tadi sama temen, pak. Bapak udah makan belum? Bi Indah sama Pak Bejo dimana, pak?"

"Saya sudah makan kok, Non. Bi Indah ada didapur lagi masak, kalo Pak Bejo lagi bantuin Bi Indah."

Gadis itu tersenyum lagi, ia lalu mengambil plastik putih yang tergantung dimotor, plastik itu berisi sebuah martabak  "Ayo pak kita makan bersama, kebetulan aku mampir dulu tadi beli martabak kacang." tuturnya

Pak Jaya tersenyum dan membungkuk, "Baik Nona." Lalu mereka berjalan menuju pintu dan membukanya. Semerbak wangi masakan dari dapur menyambut kedatangan mereka, seketika membuat perut gadis itu keroncongan.

"Non maaf, boleh saya pamit ke belakang dulu?. Saya baru ingat ada hal yang belum saya kerjakan. Nona tidak keberatan saya tinggalkan disini?" Ujar pak jaya dengan sopan

Ia mengangguk, "Boleh kok pak. Gapapa, lagian aku juga mau keatas dulu. Udah lengket hehe" pak jaya membalas tersenyum lalu ia berjalan menjauh menuju pintu belakang yang mengarah ke taman.

Gadis itu menatap punggung pak jaya yang menjauh, ia menghembuskan nafas pelan dan memandang sekeliling ruang tamu yang didominasi oleh warna putih itu. Rasanya hampa ditinggalkan oleh orang tua yang meninggalkannya saat ia berusia 10 tahun kala itu.

Sehingga ia terpaksa diurus oleh paman dan bibi dari keluarga sang ibu, hanya mereka berdua lah yang selalu peduli terhadap nya.

Pandangannya terhenti dengan sebuah lukisan seorang laki-laki berparas tampan, yang memakai perhiasan kerajaan lengkap dengan mahkota dirambutnya yang diikat. Gadis itu perlahan mendekati lukisan yang terletak disudut samping meja.

Seketika air mata nya jatuh, bercucuran tanpa henti. Ia berusaha menahan tangisannya, rasanya begitu sesak dan pedih. Ia mengelus lukisan itu dengan lembut sambil berkata,

"Kak…aku rindu kakak."

LAST CHANCE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang