10. Berangkat

6 1 0
                                    

Happy reading!🧡

Selasa, 13 Maret 2017

Tak terasa sudah tiba waktunya Citra akan berangkat ke Yogyakarta untuk pemotretan project teater nya. Beberapa hari sebelumnya ia sudah menyiapkan segala macam kebutuhan selama berada disana. Rencananya mereka semua akan menginap 4 hari 3 malam di kota istimewa itu.

Hari pertama menyiapkan segala peralatan, lalu besoknya pemotretan, lusa nya editing foto dan terakhir mereka putuskan untuk jalan-jalan dan menikmati hari terakhir di Yogyakarta. Yah, shopping dan foto-foto tentu saja. Itu tak boleh terlewatkan.

Sebagai bahan untuk diposting di sosial media, kan?

Hari ini, jam 17.00 sore Citra diantar ke kampus menggunakan mobil bersama Ayah dan Ibunya. Kedua orangtuanya ingin mengantar anak mereka dengan selamat sampai naik bus disana. Di perjalanan, tak henti-hentinya Ibu memastikan segala kebutuhan Citra yang tidak ketinggalan.

Seperti sekarang ini, terus menerus menanyakan. Apakah obat-obatan sudah dibawa? Snack dan cemilan? Baju tidur? Kaos untuk bersantai? Sampai Ayah menggelengkan kepalanya mendengar ocehan istrinya itu.

"Sudah, sayang. Putri kita sudah dewasa, ia juga pasti sudah mengecek barang bawaannya ratusan kali. Kamu gak perlu khawatir." Kata Ayah yang masih fokus menyetir mobil

Ibu mendengus kasar sambil menatap suaminya kesal. "Apa salahnya aku mengingatkan? Siapa tahu Citra tidak membawa salah satunya, kan nanti repot juga Mas."

Citra terkekeh mendengarnya, ia mengusap pelan lengan sang Ibu. "Ibu gak perlu khawatir, aku sudah berkali-kali cek, kok. Gak ada yang ketinggalan."

Ibu pun bernafas lega. "Baguslah, Ibu khawatir sekali mendengar kamu akan pergi ke Yogyakarta cepat sekali, sayang."

Citra mengangguk mengerti akan kekhawatiran ibunya. Ini kali pertama memang ia pergi jauh dari keluarganya, walaupun bagian dari tugasnya di kampus, tapi ia tahu bahwa sejatinya orang tua akan selalu khawatir ketika anaknya akan pergi namun tidak bersama mereka kesana. Ia mengerti hal itu.

Tak terasa 20 menit perjalanan dari rumah, akhirnya mereka bertiga sampai di depan kampus. Disana sudah terparkir beberapa bus berwarna biru, ada 3 bus disana. Citra pun turun, ia membantu Ayahnya yang mengeluarkan koper dan satu tas lainnya dari bagasi mobil.

"Halo, Om, Tante." Sinta menghampiri dengan ramah dan ikut menyalami orang tua Citra. Ayah dan Ibu citra mengangguk tersenyum sambil membalas salamnya.

"Ayo semua mulai masuk, sebentar lagi kita akan berangkat" suara ketua panitia dari pengeras suara itu menggema dan semua anggota dari klub teater tersebut mulai berbaris untuk memasuki bus.

"Yah, Ibu, aku pamit dulu ya. " Kata Citra sambil menyalami mereka sebelum dirinya ikut bersama Sinta ke dalam bus nomor 1.

Ayah dan Ibu mengangguk. Tetapi, raut wajah Ibu seperti ingin menangis melihat putrinya akan pergi jauh.

"Hati-hati ya, nak. Jangan lupa hubungi kami jika kamu sudah sampai disana."

Citra mengangguk. "Pasti, Bu. Ibu sama Ayah tenang aja."

Suara mesin bus mulai menderu, bus-bus itu akhirnya perlahan tapi pasti berjalan melaju meninggalkan area depan kampus. Pohon-pohon tinggi dan angin yang berhembus seakan ikut melambaikan tangan kepada mereka. Sesuatu yang indah mungkin akan menyambut mereka disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAST CHANCE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang