Lia dan Lio kini duduk berdampingan di hadapan penghulu, di sisi mereka terdapat keranda yang siap mengantarkan Ibu Lia ke peristirahatan terakhirnya.Seperti wasiat Ibu Lia,Dengan terpaksa mereka akhirnya melakukan ijab qobul sesaat sebelum Ibu Lia di kebumikan.
Tidak ada gaun pengantin, tidak ada texudo, tidak ada dekorasi, tidak ada jamuan dan hiburan seperti pesta pernikahan pada umum nya. Justru pernikahan ini di gelar dengan linangan air mata dan dalam lingkup kedukaan yang mendalam.
"Saya terima nikah dan kawin nya Adelia Maharani binti Hartawan dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai"
Lio mengucapkan ijab qobul nya dengan jelas dan lantang. Walau Ia sangat terpaksa melakukan pernikahan ini,namun dia sadar bahwa pernikahan bukanlah hal main-main. Bagi nya ketika ia telah mengambil keputusan, dia harus melakukan nya sebaik mungkin.
"Bagaimana saksi, Sah?"
"Saaaaaaah"
Ucap hadirin yang hanya terdiri dari beberapa tetangga dan kerabat Lia. Jangan tanyakan keberadaan kerabat Lio, bahkan bunda nya pun belum mengetahui pernikahan nya dengan Lia. Ayah nya melarang kala ia izin untuk meminta restu Bunda nya, alasan nya karena pernikahan ini harus segera di lakukan, sebab jasad Almarhumah harus segera di kebumikan,sehingga akan semakin lama prosesnya jika harus meminta izin sang bunda terlebih dahulu,apalagi jika harus menunggunya hadir disini.
"Bunda pasti merestui mu, Lio" ucapan ayah nya itu lah yang ia jadikan sebagai sumber keyakinan nya menjalankan pernikahan ini.
"Alhamdulillahirabbil 'alamin"
Pernikahan itu pun akhirnya selesai di laksanakan,segala doa telah di panjatkan.
Di susul dengan serangkaian upacara pemakaman Ibu Lia.Sedari tadi Lia terus sesenggukan bercucuran air mata. Entah apa yang tengah ia rasakan saat ini, rasanya kosong dan hampa. Bagaimana tidak? Sang Malaikat dalam hidup nya kini telah di panggil kembali ke pangkuan Nya. Meninggalkan nya seorang diri,tanpa pelukan dan kehadiran nya yang selama ini menjadi kekuatan baginya. Hari ini ia benar-benar runtuh,Bahkan ia tak dapat berfikir jernih kala Dr. Mahendra menanyai tentang ketersediaan nya menikah dengan Putera semata wayang nya yang baru ia kenal bahkan dalam waktu kurang dari 24 Jam. Dia hanya pasrah,bagi nya apapun yang bisa ia lakukan untuk ibu nya pasti akan di lakukan nya, apalagi pernikahan ini adalah persembahan terakhir nya.
"Ini semua di luar dugaan kami, Lia. Sebenarnya Om dan Ibu kamu ingin perjodohan ini berjalan dengan natural, kita berencana mempertemukan kalian terlebih dahulu agar bisa saling mengenal satu dengan yang lain, karena menurut perkiraan kami masih ada waktu satu bulan untuk merealisasikan rencana perjodohan ini. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, Ibu kamu harus berpulang lebih cepat dari yang kami perkirakan. "
Itu lah jawaban Dr. Mahendra saat Lia mempertanyakan mengapa pernikahan ini harus di lakukan terlalu mendadak. Dan Ia sangat memahami kondisi ini.
"Ibu mu menitipkan kamu pada Om, jadi Om mohon kamu mau bekerja sama dengan menerima pernikahan ini, karena hanya inilah cara yang terbaik untuk Om menjalankan amanah ibumu."
Dan permintaan itu pun tak mampu lagi ia tolak.Sedang Lio,sejak selesai mengucapkan Ijab qabul nya ia tak banyak bicara. Wajar saja,ia sangat terkejut dengan apa yang terjadi hari ini. Dimana ia harus menikahi seseorang yang baru ia kenal dalam waktu yang begitu singkat. Bayangan nya akan menikah dengan orang yang ia cintai dengan suasana bahagia dan pesta yang megah telah sirna,pada kenyataan nya ia harus melakukan pernikahan nya dalam suasana duka,bahkan tanpa kehadiran sang bunda.
Semua rencana dan cita-cita yang telah ia susun sebegitu rupa pun hancur begitu saja. Ia bahkan baru memulai perjalanan karirnya, banyak hal yang ingin di raih nya, namun kini fokus nya terpecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setipis Benang Sutera
Romance#Sinopsis Adelio Mahendra adalah pewaris tunggal Dr. Mahendra Pemilik Rumah Sakit terbesar di daerahnya. Adelio adalah lelaki yang tampan,sopan dan berpendidikan. Nyaris sempurna,dambaan setiap wanita. Suatu hari ia tak sengaja bertemu dengan Adelia...