9. Adelia POV

24 0 0
                                    

Dan beberapa saat kemudian tiba-tiba wajahnya tampak terkejut,matanya membulat lalu memandangku dengan tatapan yang.....penuh keheranan? Entahlah.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" tanyaku pada Lia yang masih tercengang.

Dia menggeleng pelan.
"Engga kok, Mas." jawabnya kemudian.

"Bagus" batin ku menyeringai.

______________________________________________

Adelia POV

Aku di buat terkejut oleh pemandangan di layar handphone ku.
"What? Bisa-bisa nya dia simpan nomor nya di kontak ku dengan nama 'Suami Ganteng ku'? "
Sungguh membaca nya membuat aku geli sekaligus...bahagia? Entahlah.

Aku hanya bersyukur karena setidaknya suamiku yang mendadak bersikap bak kulkas dua pintu setelah pernikahan kami itu masih menyadari statusnya sebagai 'suami' dari seorang Adelia Maharani. Ya, walau dengan begitu pe-de nya dia menyematkan sifat 'ganteng' pada dirinya sendiri. Tapi ku akui, ketampanan mas Lio memang di atas rata-rata, membuatku tidak perlu bersusah payah untuk mencintai nya.

Akhir nya aku sampai juga di tempat ini. Di hadapan suami yang sejak pagi meninggalkan ku seorang diri dan tak kunjung kembali sampai malam hari.

Sejak semalam aku di buat heran oleh sikapnya. Dia yang menyendiri di malam pertama kita, lalu secara tiba-tiba mengajakku pindah untuk memulai hidup berdua, padahal kami baru saja menikah, bahkan aku belum sempat mengenal bunda nya.

Ah, berbicara tentang rencananya yang akan memulai hidup berdua seperti yang di katakan pada keluarga nya, sepertinya itu hanyalah alibi atas pelarian nya. Nyatanya dia malah meninggalkan ku hidup seorang diri sejak malam pertama kami.

Bahkan hari ini, dia malah menghabiskan waktu nya untuk bekerja, dimana seharusnya sepasang suami isteri yang baru menikah menghabiskan waktu untuk berbulan madu dan quality time.

Jujur sikap dingin nya membuat aku bingung, entah apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang pernikahan ini, tapi prasangka baik ku selalu mengatakan bahwa dia hanya membutuhkan waktu untuk mencerna semua ini. Dia butuh waktu untuk bisa menerima pernikahan kami yang absurd ini.

Dengan alasan itu lah aku selalu berusaha untuk membuka hati nya, mencoba menyentuh perasaan nya, dengan bersikap
baik selayaknya seorang isteri yang harus berbakti pada suaminya. Ya walaupun aku belum pernah mendapatkan timbal balik dari Mas Lio atas segala upayaku ini, tapi aku tetap ikhlas melakukan nya demi kebaikan pernikahan kami.

Seperti malam ini, saat dia lebih memilih menghabiskan makanan yang sudah di pesan nya di banding mencicipi makanan yang susah payah aku buatkan untuk nya.

"Ah, mungkin apa yang aku hidangkan tidak sesuai dengan selera nya, aku bisa mencoba menu lain untuk besok dan seterusnya" fitur prasangka baik dalam diriku kembali aku aktifkan demi menjaga hati dari rasa sakit nya. Memperbesar kesabaran adalah solusi terbaik untuk saat ini.

Aku yakin, semua akan indah pada waktu nya. Takdir Tuhan tak kan pernah salah, bukan kah untuk menggapai sebuah mawar yang indah kita harus melewati duri nya terlebih dahulu? Begitulah kira-kira Tuhan ingin agar aku bisa survive dan berjuang terlebih dahulu untuk mendapatkan kebahagiaan ku.
Aku yakin, aku bisa meluluhkan dan memenangkan hati Mas, Lio. Karena sejatinya dia adalah lelaki yang baik, kesan pertama pertemuan ku dengan mas Lio tak akan kulupakan begitu saja.

Malam ini akhirnya aku berhasil membawa suamiku pulang ke apartemen kami, meski dengan terpaksa karena dia harus mengantarku pulang. Suami kulkas ku itu tidak mengizinkan aku kembali seorang diri. Walau dia cuek dan dingin, tapi dia masih mengkhawatirkan ku.

"Lia,kamu dengar ya, Mulai sekarang saya tidak izinkan kamu keluar malam tanpa saya. "

Ucapnya padaku saat mobil yang kami kendarai baru saja melaju menuju apartemen. Ah manis sekali.

Setipis Benang SuteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang