FY | BAB 4

1.4K 224 14
                                    

Berhubung lagi mood, jadi aku rajin up deh. Dua lapak lagi. Mbak Di sama Iris 🤣

Yuk, di vote sama komen 😘

***

BAGIAN 4

***

Diana gila.

Entah apa yang merasukinya hari ini sampai nekat bersikap di luar dugaan. Selain menolak perjodohan, dia juga telah melakukan hal menakjubkan lainnya.

Yaitu mendatangi rumah Adrian dan meminta pria itu untuk menikahinya.

Gila bukan?

Namun demi kebaikan masa depan, dia pun rela menghilangkan rasa malu dalam diri. Setelah memikirkannya berulang kali pun, tetap Adrian yang terbaik menurut versinya. Daripada menghabiskan sisa umurnya bersama Rudi si manusia lebay sejagat raya, lebih baik ia habiskan sebagai istri dari Adrian kendati pria itu telah memiliki seorang putri.

Seperti yang adiknya bilang, dia pasti bisa menjadi ibu sambung yang baik. Meski belum memiliki pengalaman pribadi sebagai seorang ibu, namun dia sudah terbiasa berada di dekat anak-anak.

Sungguh, seandainya tidak sedang didesak oleh keadaan, dia tidak akan pernah mau mendatangi rumah seorang pria hanya untuk mengemis dinikahi. Dia hanya tidak punya pilihan lain sekarang. Dan yang bisa menyelamatkannya keluar dari belenggu perjodohan hanyalah Adrian.

"A--apa dia.. Ah, maksudnya Shamika. Apa tidak masalah ditinggal bersama Rona?" Diana bertanya kikuk begitu Adrian kembali masuk ke dalam rumah lalu ikut duduk disalah satu single sofa.

"Sha terlihat senang main sama Rona."

Adrian mengintip dari balik jendela hanya untuk melihat putrinya yang sedang digendong oleh adik Diana. Tidak seperti biasanya, kali ini Shamika tidak merasa takut bertemu orang baru. Bahkan putrinya terlihat senang saat diajak main oleh Rona.

"Sepertinya Sha tipe anak yang mudah akrab dengan orang baru."

"Justru sebaliknya. Sha cukup sulit didekati orang baru, tapi kalau sudah akrab dia akan tenang meskipun aku tinggal berjam-jam."

Diana manggut-manggut sambil memainkan kuku jemarinya lantaran masih merasa gerogi.

"Apa kamu suka minum teh? Saya bisa membuatkannya dulu."

"Tidak usah. Kita bahas yang tadi saja."

Tolak Diana cepat yang membuat Adrian mengurungkan niat untuk berdiri.

"Baiklah," angguk pria itu yang sama geroginya. Bahkan pusing di kepala sudah tidak lagi dirasa lantaran kegugupan sedang merajai saat ini.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf mengenai perkataan lancang yang kemarin saya utarakan. Semua terjadi begitu saja. Bahkan saya sendiri juga tidak menyangka bisa meminta hal itu sama kamu."

Bahu Diana langsung merosot. Wanita itu menatap pria dihadapannya dengan sorot sendu.

"Jadi, jadi Mas Adrian tidak benar-benar serius?"

"Maafkan saya Diana."

Diana tersenyum tipis lalu memberikan anggukan pelan.

"Seharusnya aku memang tidak perlu menanggapi perkataan Mas Adrian dengan serius. Aku hanya berpikir jika kita saling membutuhkan pernikahan, untuk itu aku datang kemari. Ternyata aku hanya salah paham." Diana terkekeh pelan dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang