Bab 9 Kecewa

3 5 2
                                    


Siang itu sepulang sekolahku, aku mampir sebentar di konter membeli nomer baru untuk menjalankan rencanaku nanti malam. Setelah selesai, langsung kulanjutkan perjalananku kerumah.

" Assalamualaikum " Ucapku pada penghuni rumah.

" Waalaikumsalam " Jawab ibuku dari dalam rumah.

" Gigi pulang bu, " Ucapku sambil melangkahkan kaki menuju kamarku.

" Iya, makan dulu Gi abis itu tidur siang, udah sholat dhuhur kan ? " Tanya ibu.

" Udah tadi di sekolahan, iya mau ganti baju dulu "

Ucapku berlalu membuka pintu kamar dan mengganti seragam sekolah dengan kaos oblong dan juga leging selutut. Lalu keluar kamar menuju dapur dan mengambil makan siangku. Setelah itu ke ruang tengah seperti biasa, makan siang akan sangat nikmat sambil menonton film kesukaan. Kali ini aku sedikit bersemangat karena sudah mendapatkan kabar Andi, setidaknya sedikit hilang segala rasa khawatir dan gundahku semingguan ini.

" Gugu sama bapak belum pulang bu? " Tanyaku pada ibu yang sedang menonton tv juga.

" Belum, bapak ada les anak2 katanya, Gugu lagi main kerumah temennya " Ucap ibuku.

" Oohh.. Lha bang Gaga nggak balik? " Tanyaku.

Bang Gaga memang jarang pulang, dia sedang kuliah di kota orang, jaraknya memang tidak seberapa paling hanya 1 jam, karena semester akhir sehingga jadwal semakin padat  akhirnya bang Gaga tahun ini memutuskan nge-kos di dekat kampusnya.

" Tadi jam 10 pulang, bawa lauk buat makan ntar malem katanya " Ucap ibuku.

Selesailah makan siangku dan setelah berakhir film kesukaan yang aku tonton, aku pun kembali kekamar, meninggalkan ibu sendirian di depan tv, jika terlalu lama disana dan ngobrol sama ibu aku takut akan terjadi pembahasan yang sedang aku hindari akhir2 ini.

***


Malam ini hujan begitu deras, semua penghuni rumah sudah memasuki kamarnya masing-masing terutama aku, malam ini aku akan mencoba menghubungi Andi. Sehabis isya aku mengunci kamarku, sebelumnya aku memang sempat sms dulu kenomer baru Andi tapi tidak ada balasan. Jadi ku pastikan dia tidak mau menerima nomer baru asing yang masuk. Aku meminta bantuan mba sofi yang hari ini sedang mudik, aku mengatakan lewat sms bahwa aku adalah mba sofi yang sudah ganti nomer, mau telfon bentar, penting kataku.

Dan tibalah detik ini, aku yang sedang berbaring diatas kasur mulai mengetik nama Andi di laman layar hpku, ku klik nomer tersebut dan muncullah tulisan memanggil, detik demi detik berlalu suara dering menunjukan bahwa panggilan telah tersambung namun belum ada tanda2 diangkat dari penerima disebrang sana. Kusabar menunggu mungkin dia sedang makan atau sedang ke kamar mandi biasanya sehabis isya kegiatan dia hanya seperti itu. Telfon pun mati tak ada sambutan, ku coba menelfonnya lagi dengan sabar menanti. Dan akhirnya yang di tunggu tiba.

" Assalamualaikum " Jawab seseorang dari sebrang sana dengan suara yang berat yang sudah sangat aku rindukan semingguan ini.

Aku masih diam tak bergeming, kubiarkan jeda sejenak untuk menormalkan pikiranku yang tiba2 buyar akan mengatakan apa.

" Hallo,, Assalamualaikum " Tanyanya lagi.

" Waalaikumsalam " Akhirnya suara ini bisa keluar juga dari mulutku.

" Siapa? " Tanyanya.

Aku sedikit kecewa mungkinkah dia semudah itu melupakan suaraku yang hampir setiap hari mengabsen pendengarannya.

" Entahlah " Jawabku kesal. Sungguh kurasa keputusanku salah menghubunginya duluan, atau sebenernya dia tidak masalah dengan tidak saling berkabar semingguan ini. Apa dia menikmatinya.

" Kenapa ? " Tanyanya lagi, yang membuatku lebih2 kesal, kenapa, why, dari sekian banyak kata hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya, setelah hilangnya dia dari bumiku kenapa hanya pertanyaan itu yang terlontar, apa hanya aku yang merindunya disini.

" Nggak apa2, kayanya aku salah orang deh, maaf ya, kumatiin aja deh, Assalamualaikum.. " Ucapku dengan putus asa. Berharap dia menjawab dan mengatakan jangan tapi lagi-lagi hanya kebisuan yang ku dapat, akhirnya dengan perasaan kesal kumatikan panggilanku dengannya.

Aku sungguh membencinya, sudah ku bela2 mengalahkan gengsiku yang tinggi untuk menghubunginya duluan, eh yang di sana malah terkesan masa bodo dan membiarkan, memang dasar buaya, laganya aja paling tersakiti tapi nyatanya dia menikmati kesendirian ini. Paling udah dapet pengganti lagi tuh, gumamku sambil mengumpatinya.

Dengan hati yang masih kesal namun waktu terus berjalan cepat, mengharuskanku untuk segera terlelap, aku sudah tidak berniat menghubunginya lagi, kumatikan handphoneku, memang hanya dia yang bisa seenaknya mengabaikanku bahkan sampai ganti nomer, tanpa mengatakan sepatah katapun, hanya kalimat yang mengambang dan membuatku terus merasa bersalah. Nyatanya dia yang memang tak seperduli itu pada hubungan ini.

Sebelum mematikan handphone aku ambil lagi sim card baru yang tadi siang ku beli, ku buang jauh2 dari hadapanku, percuma ganti nomer hanya untuk satu orang yang bahkan tidak inginkan hadirku. Lebih baik aku kembali dengan nomer yang lama yang menyimpan banyak kontak teman dan saudaraku. Bodohnya aku memang hanya karena seorang pria sampai dibutakan segalanya. Aku masih pelajar harusnya tidak seserius ini menjalin hubungan, jika sudah ya sudah biarlah jangan ditarik lagi karena akan semakin tersakiti nantinya. Memang dasarnya aku ini bodoh, jadi mengabaikan rasa sakit itu untuk hal yang belum perlu.

~ To Be Continue ~

Menjemput Buah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang