Jendela Mata AndiSuasana malam ini begitu hening dan dingin, seminggu yang lalu terakhir saya dan Gigi berkabar, saya rindu suaranya, rindu ceritanya, dan apapun yang ada pada dirinya. Ingin hati menghubunginya duluan tapi apa daya tangan tak sampai, jika saya menghubunginya membuat saya semakin sulit untuk melepaskannya, sebenarnya saya ingin egois untuk tetap disamping Gigi bagaimanapun kondisinya saat ini, tapi apa yang perlu di pertahankan dari saya yang sudah buruk dimata semua orang, tidak sepantasnya saya menyengsarakan Gigi lebih dalam.
Saya scroll foto yang menyimpan banyak kenangan saya dengannya, miris rasanya patah hati kedua kali, bahkan sakitnya lebih dua kali lipat terasa, Gigi memang berbeda, dia tak seperti kebanyakan wanita yang lain, dia selalu menurut namun tidak menuntut, walau kadang sibuk dia mau saya repoti untuk setiap saat mengabari kapanpun dan dimanapun, selalu menghindari berfoto jika ada lawan jenis hanya untuk tidak membuat saya marah, dia selalu membatasi, selalu hati2 dalam tingkahnya seakan takut jika saya tahu, tapi dia tidak akan pernah mau cerita kesulitannya itu, setiap malam yang dia tampilkan hanya tingkahnya yang konyol, ceritanya yang selalu lucu dan saya bahkan tertawa akan segala kekonyolan yang Gigi punya.
Dering ponsel membuat kegiatan saya terhenti, nomor baru muncul dilayar handphone, biasanya pelanggan yang selalu nanya ini itu tapi untuk di jam segini saya tidak akan mengangkatnya. Nomor saya memang ganti tapi yang dulu masih ada dan masih aktif. Sengaja saya matikan dan sudah saya aktifkan kembali beberapa hari lalu. Dan banyak sekali notifikasi sms dari Gigi saat saya membukanya namun urung saya balas karena satu dan lain hal.
" Kiye aku Sofi, arep telfon, uwis turu? " Notifikasi dari nomer baru tadi, belum sempat saya balas, dering telfon berbunyi kembali dan langsung saya angkat detik itu juga.
" Assalamualaikum " Ucapku, namun tidak ada jawaban dari sebrang sana.
" Halo, Assalamualaikum " Ucapku lagi, cukup hening beberapa detik sebelum ada balasan dari sang penelfon.
" Waalaikumsalam " Ucapnya diseberang sana dan membuat hati ini menghangat, suara ini suara yang sudah seminggu hilang dari pendengaran, suara yang selalu mengisi malam2 saya, ingin rasanya mengatakan bahwa saya sangat rindu suaranya yang membuat lelah saya hilang saat mendengarnya. Tapi bibir ini kelu, bibir ini seakan menolak mengatakan rindu yang ada hanya kata yang terlintas dan membuat saya merutukinya.
" Siapa " Ucapku seakan bodoh, sudah tau sang pujaan yang menelfon masih bertanya siapa. Saya yakin Gigi juga kecewa dengan tanggapan saya.
" Entahlah " Jawabnya, dengan perasaannya yang kecewa.
" Kenapa ? " Tanyaku khawatir, bingung harus mengatakan bagaimana, hanya kata why yang terlintas dalam benak saya.
" Nggak apa2, kayanya aku salah orang, maaf ya , kumatiin aja deh, Assalamualaikum, " Ucapnya sebelum sempat aku membalas perkataanya dia sudah mematikan telfonnya.
Saya memang ragu, tapi bukan karena kesenangan pribadi, yang saya pikirkan selama semingguan ini adalah apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan Gigi, dan bagaimana caranya agar dia kembali namun tak tersakiti, saya selalu memikirkannya, apakah saya salah jika harus menjalin hubungan lagi dengannya, saya hubungi kembali nomernya namun suara operatorlah yang menjawab. Ya Gigi membalas dendam dengan mematikan handphonenya.
Saya menyesalinya, segala pertimbangan2 harusnya tidak ada, Gigi sudah menghubungi duluan harusnya saya bersyukur masih ada hati Gigi untuk saya, seharusnya saya kembali mengejarnya, mencecarnya dengan kata2 untuk tidak meninggalkan saya lagi tapi nasi sudah menjadi bubur, semoga masih ada harapan esok hari untuk memperbaiki segalanya.
***
Sang surya telah kembali, pagi ini hiruk pikuk kota sudah terlihat, cahaya mentari yang begitu silau menyinari bumi, cerah, indah, dan mengikat, namun berbeda dengan apa yang dirasakan seorang lelaki yang lagi2 merenungi nasib cintanya yang entah bagaimana akhirnya. Ya, setelah malam kemarin dengan segala gengsi membuat penyesalan yang luar biasa membekas hingga pagi datang, Gigi balik susah dihubungi, Andi meratapi segala tingkahnya yang sudah keterlaluan kepada Gigi," Aku rindu kamu Gi " Ucapnya dalam hening.
Dia memasang wajah lesunya didepan kamar kontrakan, memegang handphonenya berharap kekasih mengabarinya, kekasih...? entahlah dia juga tidak tau status apa untuk hubungannya dengan Gigi setelah lamanya mereka tidak berkabar.
" Andi..??? " Tanya seorang paruh baya, ya dia adalah bosnya Andi. Dengan suara yang agak meninggi dan membuyarkan lamunannya.
" Iyaa bos " Ucapnya dengan sedikit kaget.
" Iki lho dirampungna ojo ngelamun wae " ( ini lho diselesaiin jangan nglamun terus ) ucapnya sambil menunjuk pekerjaan yang belum selesai.
" Iya siap bos " Andi pun bergegas kembali ke pekerjaannya.
" Wis ora usah dipikir, nek wis dadi jodone ra bakal lungo " ( udah jangan dipikirin terus, kalau dia jodohmu ga akan pergi ) ucapnya menasehati Andi.
" Iya bos " Dengan suara yang lemah dia mengangguk dan melanjutkan kegiatannya.
Dan kembalilah Andi dengan kesibukannya, ya ini lebih baik untuk menghilangkan segala gundah, dia bisa meredakan perasaan menyesalnya dan kegalauannya dengan bekerja. Tapi memang cinta membuat buta sebagaimana dia berusaha tetap fokus tapi malah kecerobohan yang dilakukannya.
Andi terluka karena kecerobohannya dia melakukan kesalahan, tangan kanannya tidak sengaja tergores pisau mesin kayu yang sangat tajam, darah pun membanjiri dan mulai menetes membuat siapa saja panik melihatnya.
" Duh Gusti Andiiii...??? " Teriak bosnya kala itu.
" Ora papa bos, " Ucap Andi dengan wajah yang mulai memucat.
" Ora papa piye, getih ngucur akeh koyo ngono, ayuh puskesmas cepet " Ucapnya panik.
Dan Andi pun dibawa oleh bosnya ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
~ To Be Continue ~
Maaf teman2 saya upload kali ini lama, ada beberapa masalah dikehidupan nyata jadi membuat pikiran ngeblenk, doakan segera terselesaikan ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Buah Hati
Romance~ 11 Agustus 2022 ~ " Gi selama kita berkabar aku rasa dengan tidak abainya kamu terhadapku, mungkinkah aku boleh berharap lebih ?" " Aku suka kamu Gi, dari awal aku melihatmu, sejak pandang pertamaku, makanya kuberanikan diriku untuk berkenalan den...