Bab 3 Malam Raya

21 6 0
                                    


Kegiatan Andi selama di kampung cukup menyenangkan, jika sore hari, dia akan bermain bola dilapangan dekat rumah, karena hanya saat itulah kami bisa bebas saling pandang, walaupun jarak kami dekat, aku tidak bisa bebas bertemu setiap saat dengannya, kami tetap membiasakan komunikasi lewat telfon dan message.

Tidak seperti sore-sore sebelumnya yang akan diisi dengan permainan sepak bola, Lapangan hari ini diisi oleh para pemuda yang sibuk menyiapkan malam raya nanti malam, Andi, Bang Gaga dan pemuda kampung yang lain mempersiapkan segala keperluan, dari membuat obor, petasan, minyak tanah, ada yang mencari gerobak untuk tempat bedug, dll..

Aku, Fani, dan Dilla melihat dari kejauhan, dan dalam jarak yang lumayan jauh aku dan Andi saling curi pandang, aku merasakan salah tingkah yang luar biasa, yang membuat dua temanku keheranan.

"Kenapa gi, heboh bener liat gitu doang" Ejek Fani.

"Iya liat siapa sih, kaya cacing kepanasan deh dari tadi" Dilla menimpali.

"Apa sih orang seru aja liat pada kompak begitu, kan jarang-jarang liat begituan" Balasku.

Aku hanyut dalam kegiatanku, dan Andi membuatku seakan mau terbang, dari tadi dia senyum senyum kearahku untung dila dan Fani tidak ngeh, batinku.

Tiba-tiba Dilla nyeletuk,
"Bang Andi dari tadi kaya ngliatin kearah kita mulu deh perasaan"

"Bang Andi yang mana emang Dil, masa iya liat kesini emang ada apaan?" Balas Fani.

"Itu loh yang pake kaos merah, celana treaning item, dari tadi kuperhatiin dia liat kearah sini mulu, iya kan gi?"

Aku yang ditanya hanya senyum-senyum sendiri dan tidak menimpali kekepoan Dilla.

"Eh ya kali, kan disini ada 3 bidadari ya wajar lah kalo dia ngliat ke arah kita" Ujar Fani dengan bangganya.

"Hahaha percaya diri banget si Fan " Balasku.

***


Dan diarah yang lain Andi pun sedang sibuk memperhatikanku, tepatnya kearah duduk kami, Aku Fani dan Dilla, yang berada di pojok lapangan dekat samping rumahku. Teman-teman Andi pun sadar akan tingkah Andi.

"Liat siapa si ndi, serius banget" Tanya Seno salah satu pemuda kampung kami.

"Lah Adeku si Gigi itu, ngapain lagi mereka bertiga disana, caper banget" Timpal bang Gaga.

"Pengin liat kegiatan kita la Ga, biarin aja si buat semangat2" Si Erno sang penengah bicara.

Tiba-tiba Bang komar ketua panitia datang,

"Eh udah jadi semua belum obornya, itu bedug udah ditaro, gerobak udah siap, entar start badha isya langsung ya, kabarin yang lain biar kita Takbir kelilingnya ramai2"

"Siap bang udah siap semua" Ucap para pemuda bersamaan.

Andi mengambil handphone yang ada disaku celananya, dia buka riwayat panggilan dan mengklik nama teratas yaitu namaku, detik itu juga aku yang masih di lapangan dan sedang bergurau dengan dua temanku mengernyit heran, lalu mengambil telfonku yang berbunyi.

"Assalamualaikum sayang" Andi disebrang sana menggodaku sambil cengengesan.

Aku langsung menyingkir dari Fani dan Dilla.

"Waalaikumsalam, apaan si, sayang sayang segala tumben banget, geli tau, biasa aja lagi." Protesku

"Kamu cantik banget si Gi, bikin pandangan saya tidak bisa berpaling," Goda Andi sambil berjalan menuju rumahnya.

"Gombal banget dasarr buaya kamu tuh,, " Balasku

"Hahaha jangan dong ngeri banget disamain sama buaya, " Protes Andi tak terima.

Menjemput Buah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang