Bab 8 Hilang

3 6 0
                                    

Purbalingga, 2015

Hari berlalu seiring waktu, bulan demi bulan terlalui, banyak kejutan yang terjadi dalam hidupku, dari ketahuan orang tua akan hubunganku dengan Andi, segala macam fitnah yang menjurus untuk kami, hubungan yang sulit padahal jarak kami begitu jauh, terbayang-bayang masa lalu, ketidaksiapan orang tua menerima anaknya berkenalan dengan lawan jenis, harapan yang begitu besar yang dibebankan kepada sang anak, kriteria yang begitu tinggi, berbagai macam problematika hadir begitu saja bahkan sebelum diriku siap menerimanya.

Kuceritakan segalanya pada Andi, kutanyai apakah perlu kita akhiri, sebelum semuanya semakin tersakiti, dia bilang terserah aku saja, jika perasaanmu hanya sebatas ini tidak apa aku relakan saja dirimu pergi ucapnya kala itu. Aku bingung mengapa sesulit ini menjalin hubungan, apa bedanya diriku dengan anak seumuranku yang lain, yang sama2 memiliki romansa sepertiku. Kenapa harus aku, kenapa harus hubunganku dan Andi yang menjadi perbincangan tetangga, apa mereka tidak sadar anak gadis mereka pun punya pacar, kenapa mereka lebih tertarik dengan kisah kasih anak orang lain.

" Tak perlu banyak berfikir Gi, memang masa depanmu masih panjang, dan jauh lebih baik daripada harus kamu habiskan dengan saya, masa depan saya belum jelas, pekerjaan saya pun tidak menjamin, pantas jika orang tuamu tidak menyetujui kita " Ucap Andi diujung telfon malam itu.

Aku hanya menangis ditemani keheningan malam,

" Harusnya dari awal saya sadar sebelum mendekati kamu, kamu memang angan saya yang jauh, harusnya sedari dulu saya akhiri kisah ini. Kamu masih muda masih belia, sedangkan saya hanya tinggal menanti siapa yang mau saya nikahi. Untuk kamu, tidak sepantasnya saya merusak mimpi kamu Gi " Ucapnya lagi dengan penuh penyesalan.

" Maafin saya ya Gi, jika selama ini kehidupan kamu yang tenang yang penuh dengan semangat, penuh keceriaan, telah hilang setelah kamu dekat dengan saya, maaf karena terlalu mengekang kamu bahkan sebelum kamu menjadi milik saya, maaf karena sikap ini yang lancang mengejar2 kamu hingga kamu merasa bosan dan jengah " Ucapnya lagi.

Aku belum sanggup bicara, hanya air mata yang terus saja menetes dipelupuk mataku.

" Masa laluku yang semua orang tau, segala fitnah yang ditujukan kepadaku, membuat kedua orang tuamu semakin ragu Gi, aku memang seburuk itu, " Ucap Andi dengan menghela nafas.

" Terima kasih karena kamu telah membantu saya bangkit dari keterpurukan masa lalu saya Gi, terima kasih karena sudah percaya dengan saya dari banyaknya yang menghujat saya dan keluarga saya. " Ucapnya.

" Kamu ngomong apa sih, aku aja belum bicara apapun " Ucapku lirih.

" Saya hanya butuh ke ikhlasanmu, relakan saja kepergian saya, meski berat berpisah darimu, semua demi masa depan saya dan kamu, Doakan saya Gi, Assalamualaikum.." Ucapnya untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu telfon pun mati.

Andi mematikan telfonnya, hingga pagi menjelang, dia benar2 hilang bagai ditelan bumi, tidak ada kabar, tidak membangunkan subuh, tidak menyemangatiku ketika akan berangkat sekolah, tidak menelfonku hanya sekedar mengatakan semangat, dia benar benar pergi dan menghindariku.

***


Seminggu setelah komunikasi kami yang terakhir, seminggu juga aku tak mendengar kabar darinya, aku rindu suaranya, Andi yang kukenal hilang, dia tak memberi celah siapapun untuk mengetahui keberadaannya, aku bahkan sempat meminta bantuan bang Gaga tapi nihil, teman2nya tidak ada yang bisa menghubunginya. Aku takut Andi kenapa2, aku takut dia melakukan hal bodoh, aku takut bahkan hanya dengan membayangkannya saja aku tak sanggup.

Saat masalah rumit ini terjadi aku sudah di kelas 2, berharap memiliki kisah kasih semasa SMA malah berujung duka lara, hal yang tak pernah kubayangkan akan serumit ini, campur tangan orang ketiga, segala kata yang menjelek2n Andi dan keluarganya selalu saja kudengar dari mulut orang2 yang dekat dengan ibu dan bapakku, seakan meracuni pikiran2 mereka untuk menghancurkan Andi. Entahlah dosa apa sehingga mereka sebenci itu pada Andi, bahkan mereka masih termasuk saudara Andi, kami bertetangga dekat sangat dekat hingga satu RT pun tau hubungan rumit kami, dan selalu dikait2kan dengan masa lalu Andi.

" Gi, Andi itu nggak diterima dikeluarganya si wanita, kenapa kamu malah yang nerima, dia udah bekas, si wanita juga udah nggak bener mau dibawa sana sini sama cowo, bearti sama Andi kan udah, " Ucap tetanggaku.

" Dia kan dulu beli motor bagus karena nggak jadi nikah, dilarang sama keluarga si wanita, bearti ada yang salah sama Andi. " Ucap mulut berbisanya yang terus meracuni otak seluruh keluargaku.

Ingin rasanya kubalas perkataan nenek sihir ini, kalau bukan karena dia lebih tua dariku udah aku tarik mulutnya, ku usir detik itu juga, bikin racun saja pikirku.

Aku sudah tidak sanggup mendengar fitnah demi fitnah yang terus dilontarkan untuk Andi, aku tau Andi melebihi mereka mereka, apa yang dituduhkan kepadanya adalah salah. Andi memang terlalu baik kepada pasangannya, mau dibodohi, di khianati berkali kali pun tidak tau, tapi di tuduh bahkan saat jaraknya jauh diribuan kilo sana, hanya karena dia punya status dengan sang mantan, segala kesalahan mantan dibebankan untuknya. Mantannya yang berganti-ganti cowo yang melukai dirinya karena seorang lelaki, yang disalahkan Andi bahkan dengan ketidak tahuan dia. Aku tau segalanya dari Tari saat itu, dari saudara Andi yang ada di Jakarta yang satu kontrakan dengan Andi, aku tau bagaimana kisah itu. Dan aku percaya kepadanya.

" Assalamualaikum mbak, ini Gigi, kabar Andi gimana di Jakarta, sehat kan mbak? " Tanyaku lewat sms kepada saudara Andi di Jakarta.

Selang berapa jam smsku dibalas.

" Waalaikumsalam, ya begitulah Gi, kalau nggak melamun ya main gitar, kerja juga kaya males2n, kalian lagi berantem? " Tanyanya.

" Sedikit mbak, hehehe " Ucapku pada mbak Sofi.

" Kalian nggak telfonan ya , aku udah lama nggak liat Andi telfonan, biasanya setiap hari telfonan sama kamu? " Tanyanya lagi.

" Udah semingguan mba, nomer Andi nggak aktif " Ucapku terus terang.

" Dia udah ganti nomer kayanya lho Gi, 2 hari lalu dia chat bilang ganti nomer, yang dulu hapus aja ke blokir katanya, kamu mau? " Ucap mbak Sofi.

Sengaja diblokir mbak, biar ngehindarin aku, ucapku hanya di batin tidak ku utarakan di sms.

" Boleh mba, kirim ya mba " Pintaku.

Selang beberapa detik.
" Oke, ini nomernya Gi 0896xxxxxxxxxxx "

" Makasih ya mba, maaf ngrepotin, kalo bisa jangan cerita ke Andi ya mba kalo aku minta nomernya dia. " Ucapku.

" Siap...." Balas mbak Sofi.

Dan berakhirlah smsku dengan mbak sofi hari itu, aku sudah lega mempunyai nomer Andi yang baru, aku akan menghubunginya besok dengan membeli nomer baru terlebih dahulu untuk mengawali segalanya agar semakin baik ku ganti nomerku yang dulu mengikuti jejak Andi, dan akan ku ungkapkan semua unek-unekku padanya yang sudah kubendung selama seminggu ini.


~ To Be Continue ~

Menjemput Buah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang