Bagian 2

16 3 0
                                    

Nathaniel Reynand Anderson, pria berkacamata yang mempunyai kulit putih, hidung mancung dan tinggi 180 Cm. Sangat sempurna bukan? Tidak hanya itu ia bahkan memiliki kecerdasan luar biasa hingga dapat menempati peringkat 1 umum di angkatannya. Sering sekali Nathan menjadi wakil sekolah untuk mengikuti olimpiade dan tentu saja ia berhasil membawa medali emas dan piala sebagai koleksi tambahan. Ia bahkan menjabat sebagai ketua osis.

Sedangkan pria di depannya diketahui bernama, Dean Joviandra. Pria jangkung 185 Cm yang memiliki tubuh atletis dengan dada bidang yang tercetak jelas di seragam di lengkapi bahu yang lebar, tubuh yang menjadi impian para cowo. Posisi Dean sebagai atlet basket nasional menjadikan ia sebagai senjata sekolah dalam turnamen basket yang sering diadakan antar sekolah. Kulitnya yang kuning kecoklatan menambah kesan masculine pria itu. Senyumnya yang manis mampu memikat kaum hawa.

Hubungan mereka berdua terjalin sejak kecil karena itu mereka berdua terlihat akrab. Kedua mahakarya Tuhan yang sempurna yang bersatu tentu saja menimbulkan tatapan kagum kaum hawa hingga mempunyai julukan yaitu 'gift form god'

Gisella menatap kedua makhluk yang menjadi pusat perhatian lalu menganggukkan kepala mendengar penjelasan panjang dari Karina yang hampir seperti biografi hidup menurut Gisella.

"Mereka itu idaman semua cewe bangettt" ungkap Karina antusias.
"Idaman lo kali" bantah Gisella.

"Lo belum kena pesona mereka sih Sel, kalau udah kena gue jamin lo bakal tergila-gila sama mereka" ujar Karina yakin.
"Gue ngga tertarik sama mereka, udah buruan makannya keburu masuk" ucap Gisella melihat tatapan Karina yang masih fokus menatap idamannya.

Gisella meminta agar Karina segera menghabiskan makan siangnya. Ia tidak tahan dengan suara yang terus menganggu pendegarannya padahal karina masih ingin menatap pujaan hatinya.

"Lo kenapa buru-buru amat, gue kan masih mau natap calon suami gue" keluhnya seraya membuat ekspresi sedih.
"Dih suami, mimpi kali Rin" ledek Gisell.

Pelajaran berlanjut dengan hikmad. Para guru yang mengajar menjelaskan kegiatan apa yang akan mereka jalani selama satu semester ke depan. Dan Gisella tau bahwa akan semakin banyak hal yang akan terjadi di dalam hidupnya.

"Wahh Gue mager banget tapi gimana lagi daripada dengerin ocehan Joshua, berandal kecil itu liat aja sampai di rumah gue rusakin komputernya" gumam Gisella berjalan dengan kesal.

Adik kecilnya, Joshua gio Valley yang terus mengoceh meminta untuk Gisell memberikan dimsum yang berada di dekat pasar. Gisella sudah menolak permintaan adiknya itu namun ocehan terus keluar dari mulutnya hingga membuat tidak tahan dan lebih memilih untuk mengalah menuruti keinginannya.

OUR HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang