Part 7# My secret

54 6 7
                                    

Pantai kecil ini menunjukan sunset indah yang tak boleh di lewatkan. Ya terlau indah.

Siluet seorang gadis berbadan mungil menghiasi sunset sore itu.

Namun tatapannya kosong, seperti mayat hidup.

Tubuhnya disana, namun jiwanya membara entah kemana.

Gadis itu Regina.

Regina POV—

Seseorang menepuk bahuku.
Terpaksa aku menoleh perlahan.

Aku diam melihat seseorang yang berdiri disana.

Refan disana.

Memasang senyum manisnya.

"Hai" sapa Refan

Aku cuma tersenyum kaku menanggapi sapaannya.

"Ngapain masih di sini? Masih pake seragam lagi" tanya Refan

"Apa urusan lo?" kataku mendadak sewot.

Mungkin bawaan perempuan yang lagi datang bulan kali ya.

"Santai dong. Lu temennya cewek gue kan? Yang waktu itu nabrak gue trus malah gue tuduh-tuduh itu kan? Yang abis itu nampar gue." Tanya Refan borong.

"Hm. Sorry. Yang gue nampar lo" kataku masih dengan tatapan kosong. Tak berniat untuk melihat dirinya.

Refan masih berdiri dan gak kunjung duduk.

"Lo kayak mayat hidup astaga. Paling cuma karena putus cinta" Celetuk Refan

Aku sedikit menggeram.

Tapi mungkin suaranya terlalu kecil dan di tutupi dengan suara deburan ombak sehingga Refan gak bisa dengar.

"Masa cuma gara-gara cinta sedepresi ini. Ga jaman kaleee. Palingan cinta lo cuma cerita cinta picisan doang." sambung Refan

Ingin sekali aku menamparnya.

Aku berdiri dengan muka marah.

"Lo.Ga.Tau.Apa.Apa" kataku penuh penekana sambil menunjuk wajah Refan tepat di depan mukanya.

"Apasih yang ga gue tau. Cewek kayak lo mah cintanya picisan semua. Atau mungkin elo yang ngejar tuh cowok. Bukan cowoknya yang ngejar lo." sembur Refan lagi.

Hatiku serasa mencelos saat itu juga.

"JAGA MULUT LO YA. LO TAU APA TENTANG GUE EMANGNYA?" Teriakku penuh emosi.

Refan terdiam sebentar.

Tak lama Ia kembali memasang wajah sok cool.

"Keliatannya ucapan gue bener ya? Hahaha. Cewek ngejar cowok. Lucu lo" katanya memasang tampang yang minta di tampar.

"Ref, lo dulu gak kayak gini." kataku pelan tapi aku yakin Tefan dapat mendengarnya.

Refan diam membeku mendengar perkataanku.

"EMANG SALAH YA GUE SUKA SAMA LO. LO CUMA COWOK BRENGSEK. MENDING LO TUTUP MULUT LO." kataku sambil berteriak penuh emosi. Tanpa sadar aku keceplosan.

Keceplosan tentang rahasiaku.

My secret.

Aku menutup mulut ku.

Memilih untuk pergi sambil berlari.

Air mataku sudah terlanjur membasahi pipiku.

Refan cuma bisa diem disitu.
Tanpa sedikitpun kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Refan POV--

Gue ga tau apa yang salah dari gue. Tapi gue berlari mengejar gadis itu.
Gadis yang bukan siapa-siapanya itu berhasil membuat darah gue berdesir mendengar ucapannya yang keceplosan itu.

Gue sendiri bingung ada apa sama gue. Kepala gue pusing.

Gue mencekal tangan Regina. Matanya sembab.

Pipi nya basah.

Keringat membasahi dahinya karena lelah berlari.

"Maafin gue" kataku singkat.

Regina diam.

Sunset semakin indah bila di lihat dari sini.

"Gue ga ngerti ada apa dengan diri gue. Gue bingung apa yang terjadi. Setiap gue coba nginget kepala gue rasanya berat dan pusing. Gue juga ga ngerti apapun re. Sorry" kata gue.

Sesuatu yang lebih mengagetkan.

Gue ngikutin kata hati gue.

Bibir gue menyapu pelan bibir mungil gadis itu.

Hanya hitungan detik.

Gue memeluk dia.

Dan gue bingung.

Ask our loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang