Part 3 # Sunglasses x(

123 12 4
                                    

Regina--

"Pagi semuaaa" teriakku lantang sambil berlari di tangga

"Awas jatoh sayang" kata papa mengingatkan tepat ketika akuu sampai di lantai bawah lalu berlari kecil menghampiri papa.

Ya, tak lupa mencium pipi kanan papa. Dan papa hanya balas tersenyum.

"Yee masa papa doang yang di cium. Kakak gak nih?" tanya kak Alvo dengan seriangaian bodoh andalannya.

Dan aku cuma tertawa lalu mencium pipi kirinya.

"Kalo makan diem dong. Brisik elah" kak Vanessa mengingatkan

"Iya iya kak sorry" kataku

"Udah udah. Kita pergi sekarang aja ya" sela papa

Dan kak Alvo mengangguk semangat sedangkan Kak Venessa hanya memasang muka malas lalu berdiri meninggalkan meja makan.

Oke, biar gue kenalin. Mereka itu keluarga kesayangan gue.

Papa, Christopher James. Dia berasal dari Amerika Serikat-Belanda. Dan gak ada indonya sama sekali. Abis itu dia nikah sama mama yang labelnya adalah orang batak. So, bahasa Indonesia papa udah lancar sekarang. Dia pembisnis tapi gak workaholic. Dia selalu punya waktu buat ke-3 anaknya.

Kak Alvo, Kevin Maharanalvo.Dia anak ke-2 dari 3 bersaudara. Dia sekarang kelas 12, di SMA PC juga kayak aku. Dia tuh baik,asik,cogan, the most wanted,jago olahraga, bisa main drum piano dan gitar, kocak, dia juga fun, ramah walaupun dia populer, pokonya kriteria cowok idaman. Kalo bukan kakak udah di gebet kali.

Kak Vanessa, Vanessa Kimberly. Namanya indah bukan? Dia sama kak Alvo itu kembar. Tapi sifatnya sungguh" berkebalikkan. Dia jutek,asal ceplos, tapi dia gak munafik, kalo dia gak suka dia langsung ucapin, dia kutu buku, dia juga pinter. Sedikit yang tau kalau aku dan kak Alvo bersaudara dengan Kak vanessa. Ya, dianya yang ga mau. Dia juga anaknya simple, bukan anak yang glamour. Dia juga pake kacamata namun kacamatanya gak bisa nutupin kecantikan dia. Tapi jarang ada yang peduli sama anak nerd kan? Jadi gitu deh. Dia itu tinggi, lansing, matanya setajem elang(serius), rambutnya bergelombang bagian bawa(asli bukan dari salon), dia anaknya care dan friendly cuma temen dia dikit. Hualah perfect lah cuma jarang tersadari. Asal kalian tau dia jago main alat musik: 1. Piano 2. Gitar 3.Biola 4.Bass 5.Drum . Suaranya juga bagus. Kurang perfect apa?

Cukup sekian kawan kawan.

Dalam 46 menit mobil Pajero Sport kami sudah memasuki salah satu tempat olahraga terbaik. [nama sensor]. Baru kami turun dari mobil kami sudah di suguhi pemandangan orang berkelahi. Tak lupa teriakan seorang wanita paruh baya yang menyuruh anaknya berhenti. Pandangan ku tertuju kepada seseorang yang sedang berkelahi.

'Refan?' batinku

"Re ayoo" ajak kak Alvo

"Duluan deh kak" kataku

"Yodah kakak duluan ya. Kita ketemu di tukang bubur langganan ya? Awas sampai kamu terlibat sama mereka" kata Kak Alvo sambil menunjukkan kerumunan orang.

Aku menangguk sambil tersenyum manis. Lalu kak Alvo mengacak rambutku dan pergi.

'Itu refan bukan sih? Tapi kok cakep? Biasanya kan nerd gitu. Ini cowok banget, berantem pula' batinku bertanya-tanya

"Refann" nama itu keluar dari mulutku cukup kencang.

Semua orang kembali menoleh kearahku

Refan--

Tiba-tiba seorang perampok berlari mencopet tas orang yang kusayangi tak lain, mama.

Aku berlari dan kacamata hipsterku terlepas dari gagang hidungku tanpa tersadari dan terinjak.

Aku tetap berlari namun ada emosi yang berbeda.

Aku meraba bagian hidung dan mataku.

'Kacamata itu hilang' batinku

Aku ingin berhenti namun ada gejolak yang memaksa dan membuatku tetap berlari mengejarnya.

Sampai akhirnya aku mendapatkan perampok itu dan menghajarnya.

Seperti aku mencurahkan segala emosi yang selama ini terpendam karena kacamata itu.

Semua emosi yang terpendam kini seakan terluap.

Semakin lama emosi itu berkurang hinggal ada suara tak asing yang memanggilku.

"Refann"

Gue menoleh

"Siapa ya?" tanya gue

Hati gue tau itu Regina. Tapi otak gue berkata gue gak kenal dia. Dan mulut bekerja dengan otak, bukan hati.

"Kamu bukan Refan?"

"Kamu.. Kamu.. Kamu.. Emang gue Refan masalalh buat lo hah?" bentak gue tetapi seakan ada bom yang meledak ketika gue membentak cewek ini, regina.

'Re maaf.. Tapi otak dan hati gue berbeda karena kacamata itu hilang' hati gue membatin

"Oke, so.. Sor.. Sorry" kata Regina gelagapan.

"Sono lo semua pergi" kata gue dab kerumunan itu pun ikut bubar.

"Reff. Kacamata kamu.." kata mama tertahan

"Kacamata apaan?" tanya gue bingung

Tapi hati gue ngerti apa yang mama maksud.

"Mama mau pulang atau jogingnya di lanjutin?" tanya gue tenang dengan kedua tangan masuk ke kantong.

"Mama mau ke rumah Profesor Kevans" kata mama

"Oh ya udah ku anter?" tanya gue

Mama hanya mengangguk.

Lalu kami pergi menuju parkiran dan mobil gue langsung melaju dengan kecepatan 140 km/jam.

'Ref idup lo bakal berakhir sama kayak dulu lagi'

Tak butuh 25 menit mobil Marcedes benz gue udah memasuki perkarangan rumah prof.Kevans.

"Aku nunggu luar ma" kata gue

Mama mengangguk lalu masuk kedalam.

Gue masuk kedalam mobil lalu memasang radio dan membuka notif-notif. Dan dalam otak gue cuma ada tanda tanya. Dan yang tau jawabannya cuma hati gue tapi otak yang mempengaruhi tangan dan segalanya bukan hati.

"Sejak kapan notif gue kosong?" gumam gue.

Gue lalu membuka ask.fm dam melihat bagian jawaban.

Hanya ada jawaban dari ask.fm reregina76 dan gak ada yang lain. Waktu gue ngeliat home gue, gue kaget dan bingung.

'Gue gak pernah jawab ask di ask.fm?'

'Dan gak pernah ada yang ask gue?'

'What??'

Lalu gue membuka nama akun ask.fm gue.

Namanya refan82.

'Sejak kapan ask.fm gue namanya itu? Perasaan nama ask.fm gue itu refanns28. Kok bisa brubah?' batin gue bingung.

Dalam keadaan bingung gue me-log out ask.fm gue dan memasukkan akun gue yang refanns28 .

Beres.

Seperti biasa.

Notif penuh.

Ratusan pertanyaan, notif, jawaban tak terbaca serta terbalas.

Tapi hati gue serasa menolak semua ini.

###### ask ######

Inti cerita ini bakalan di mulai.. Bai bai dan thanks buat yang bacaa. Ai mau bobo dulu .wkwk.

Ask our loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang