20. Hubungan lebih?

3.9K 250 6
                                    

Thanks yang udah vote!
Mari kita lanjut!

.
.
.
.


Setelah mengirimkan beberapa foto haechan ke seseorang, mark segera memasangkan lagi baju pemuda itu dengan benar. Ia tertawa kecil membayangkan wajah marah teman se-angkatan nya itu.

"Hah~ menyenangkan sekali"

Setelah memyaman kan posisi haechan agar tubuhnya tidak sakit saat terbangun nanti mark berjalan pelan keluar kamar itu. Entah kenapa, aktivitas tadi membuatnya bersemangat untuk bekerja lagi. Keberadaan haechan benar benar menguntungkan nya.

Mata nya kembali fokus ke arah kertas kertas yang ada di meja. Membaca semua dengan teliti lalu menandatangani nya. Ia melirik ke arah pintu, ia merasakan keributan akan segera datang. Apakah johnny ? Atau siapa yang akan datang ?

Benar saja, tidak lama dengan perkiraan nya pintu itu terbuka dengan keras. Ia harap haechan tidak terbangun karena keributan ini. Jika haechan terbangun maka ia siap memotong jari mereka satu persatu karena sudah mengganggu waktu tidur pemuda cantiknya.

BRAK!!

"AYAH!!"

Itu chenle.

Wajah mark masih datar seperti biasanya. Ia menatap ke arah chenle yang tampak berantakan. Ia tidak pernah melihat chenle seberantakan ini.

Chenle berjalan terseok ke arah mark. Secara naluri sang ayah berdiri menghampiri putranya. Ia tidak tau mengapa, melihat sang putra seperti ini sedikit menganggu nya.

"Apa yang terjadi"

Air mata chenle mengalir deras, ia tidak pernah berfikir jika mark akan memperlakukan nya sebaik ini. Kakinya berlari begitu saja ke arah kantor ini dan Ia hanya menginginkan perlindungan dari ayah nya.

"A-ayah, tolong aku"

Mark berlari ke arah chenle yang sudah limbung. Untuk pertama kali ia memeluk erat tubuh kurus anaknya.

Ya! Chenle, putra semata wayang nya.

"Siapa yang melakukan ini ?!"

"To-tolong" chenle menarik kerah mark lalu memeluk sang ayah dengan sangat erat seolah tidak ada hari esok.

Mark merasakan tubuh putranya sangat panas dan menggigil ketakutan. Ia baru menyadari ada lebam di setiap pergelangan kaki dan tangan sang putra. Ia menggendong chenle masuk ke dalam ruangan yang masih ada haechan tertidur di sana.

Chenle di duduk kan di ranjang. Ia membuka baju putranya satu persatu. Tangan mark membasahi handuk yang ada di sana dengan air hangat lalu membasuh tubuh chenle yang tampak kusam. Kulit putih yang biasanya bersinar kini terlihat kacau dengan beberapa lebam di tubuhnya.

"Apa yang mereka lakukan ?!" Mark setengah berbisik. Chenle menyadari jika ada orang lain di ruangan ini tapi selebihnya ia tidak perduli. Ia masih menangis dengan perlakuan ayahnya. Seumur hidup ia tidak pernah di perlakukan selembut ini oleh mark. Ruang hati nya yang kosong seolah terisi dengan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan dari sang ayah.

"Ayah" suara chenle begitu gemetar. Tangan mungil itu menyentuh tangan yang lebih besar. Mark yang sedang sibuk membasuh tubuh anak nya dengan air hangat seketika berhenti. Ia menatap mata sang putra, menatap penuh kelembutan.

"A-ayah... ayah... hiks... ayaaahhh" chenle memeluk tubuh mark lalu menangis disana. Mark membungkus tubuh telanjang chenle dengan selimut yang ada di laci tepat bawah ranjang. Ia tidak ingin anaknya kedinginan.

Mark membawa chenle ke tempat duduk di sudut ruangan. Membiarkan chenle duduk di pangkuannya dengan nyaman. Memeluk tubuhnya dengan erat sambil memanggil namanya berkali kali seolah tidak percaya.

Om Melt [MARKHYUK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang