27. kegelisahan

1.7K 118 5
                                    

Mark menghembuskan asap rokoknya ke udara. Ia menatap jauh ke dalam langit yang gelap gulita. Jam menunjukan jam 1 malam dan ia masih menunggu haechan kembali pulang. Namun rasa resah menggerogoti nya sedari tadi. Tanpa pamit dan tanpa menatap ke arahnya haechan pergi begitu saja. Apa karena sikapnya yang dingin beberapa hari ini?

Perjalanan hidupnya sudah sangat sulit. Tekanan dari segala sisi membuat nya ingin mengeluh dan membebaskan dirinya. Sampai akhirnya sang ayah memintanya untuk menikahi seorang anak laki laki yang baru berusia 18 tahun demi mendapatkan cinta pertama nya; Ten. Ia di paksa dan di tarik ke jalan ini. Namun di sisi lain ia juga menginginkan kehancuran Johnny seperti dahulu. Ia tidak suka Johnny hidup nyaman sedangkan dirinya penuh kesulitan.

Lagi lagi asap putih terhembus dari bibir nya. Ia benar benar merasa kesepian saat haechan tidak lagi mengeluarkan sisi hangatnya. Mark memang mengagumi anak itu tapi untuk menikahinya ? Mark masih memikirkan itu seribu kali lagi.

Ia masih memikirkan cinta nya yang kini sudah tidak ada. Rasa itu masih menggebu di dalam hatinya, namun haechan berhasil mendobrak masuk ke dalam. Membuat nya bimbang.

Ia belum bisa melepaskan masa lalu. Walau seburuk apapun ibunya chenle, tetap saja ia merupakan cintanya yang belum sanggup ia lepaskan.

Matanya melirik ke arah pintu. Tidak ada tanda tanda haechan kembali. Ia berniat masuk dan membuang puntung rokoknya yang tinggal sedikit. Langkah kakinya terasa berat ketika ia melihat ke arah kamar. Kasur itu terasa dingin. Tidak ada haechan di sana.

Sial!

Mark menghempaskan tubuhnya ke atas kasur lalu memejamkan matanya.

Ia terbayang wajah haechan yang tampak putus asa saat menanyakan kapan ia akan mempersunting nya. Mark tidak bisa. Seberapa besar rasa kagumnya terhadap haechan ia belum mampu untuk menikahinya.

Untuk sekali ini saja biarkan ia berjalan dimana jalan yang dikehendakinya. Biarkan dia bernafas teratur tanpa harus memikirkan hal hal berat.

Suara ketukan pintu membuat rasa kantuknya pergi. Dahinya mengerut bingung. Siapa malam malam bertamu ? Jika haechan yang datang bukannya bisa langsung masuk saja ? Aneh sekali.

Langkahnya terasa sangat berat namun ia paksakan untuk pergi membuka pintu.
"Siapa ?" Matanya melebar setelah menemukan wajah sang ayah tepat di depan nya. Wajah itu terlihat datar dan sedikit ada guratan kesal di sana. Diam diam Mark meneguk ludahnya kasar.

"Apa ada masalah ayah ? Ini sudah terlalu larut untukmu berkeliaran"

Tanpa menanggapi pertanyaan Mark,
Taeyong bertanya tentang haechan.
"Dimana dia ?"

"Dia sedang pergi. Mungkin baru kembali besok"

"Begitu ya"

Taeyong duduk di sofa tanpa menanggapi Mark. Ia melihat ke sekeliling ruangan kecil itu. Mark hidup di sini tanpa perlawanan. Ia melihat sebuah foto di atas meja. Pemuda dengan senyuman hangat di sana. Seperti seorang malaikat, Taeyong mengakui bahwa anaknya Ten benar benar indah. Senyumannya, tubuhnya, matanya, semua yang ada di diri anak itu semuanya sangat indah. Bahkan terlalu indah, sangat cocok di sandingkan dengan putra semata wayangnya.

"Ayah ingin kopi ?"

Taeyong menggeleng, ia mengisyaratkan Mark untuk duduk di dekatnya. Dan pria dewasa itu memilih duduk di sebelah ayahnya.

"Bagaimana perkembangan hubungan kalian Mark ? Kapan kau akan menikahinya ?"

Dada Mark terasa seperti di timpa batu. Pertanyaan ini kenapa selalu datang padanya ?

"Ayah- "

"Aku benci menunggu terlalu lama. Untuk kedepannya biarkan aku yang mengurus semuanya !"

Mark menunduk, ia berharap ayahnya mengerti. Sebuah perasaan tidak bisa di paksakan. Ia mengagumi haechan melebihi apapun. Tapi, untuk menikahi pemuda muda itu akan sangat sulit rasanya. Ia sudah menikah sekali. Ia mengerti bagaimana hidup dalam rumah tangga yang penuh tekanan.

Om Melt [MARKHYUK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang