→ chapter 1

1K 105 14
                                    

9 | cowards — chapter 1 - ending
[p.n.] people who lacks the courage to do things

***

"Jungkook," Jungkook menoleh menatap pintu ruang kerjanya yang terkuak, menampilkan seorang gadis yang masih menggunakan gaun pengantinnya, hanya riasan pada wajah yang telah dihapus dan rambutnya terurai sedikit berantakan. Gadis itu adalah istrinya sejak beberapa jam yang lalu.

"Ada apa?" Jungkook berujar lembut meski wajahnya terlihat jelas tak tertarik.

"Aku membuka kado-kado pernikahan kita dan menemukan ini." Gadis itu mengangkat sebuah amplop persegi panjang berwarna putih. "I think this belong to you and you only." Dia terkekeh di akhir kalimatnya sembari mendekati meja kerja Jungkook.

Jungkook hanya diam melihat surat itu. Terdapat tulisan tegak bersambung yang indah di bagian depannya bertuliskan For Jeon Jungkook Only.

"Terimakasih." Ujarnya seraya melirik istrinya. "Kenapa kau belum berganti pakaian?"

Gadis itu mengamatinya selama beberapa detik lalu tersenyum. "Aku menunggumu." Godanya sambil mengedipkan sebelah mata dan terkikik melihat Jungkook yang menghela nafas, terlihat jengah. "Kidding! Aku masih mau membuka kado-kado pernikahan kita. I got lot of lingeries, for your information." Lagi dia terkikik dan keluar dari ruang kerja Jungkook setelah puas menggoda sang suami.

Setelah kepergian istrinya, Jungkook mengambil surat itu dan menghempaskan punggungnya di sandara kursi, membolak-balik amplop putih itu untuk mengamatinya. Selain tulisan bahwa surat itu ditujukan hanya untuk Jungkook yang seolah menekankan bahwa hanya Jungkook yang berhak atas surat itu, tak ada tulisan lain di amplop putih itu. Lilin berwarna ungu dengan cetakan kura-kura yang seolah-olah membawa bunga mawar menjadi perekat surat.

Jungkook memiringkan kepalanya, dia masih menebak-nebak siapa dan apa isi surat itu saat dibawanya mendekat amplop surat itu dan wangi rempah yang manis bercampur wangi citrus dan musky yang familiar menyerang penciuamannya.

Otaknya langsung memikirkan satu nama pemilik aroma parfum ini. Jantung Jungkook berdetak cepat dan tiba-tiba saja dia menjadi sangat gugup. Tatapannya yang semula tajam dan menyorot datar mulai memunculkan emosi.

Jungkook mengenal banyak orang yang menggunakan parfum dengan wangi serupa tapi ntah mengapa, dari sekian banyak nama yang ia tau, otaknya hanya memikirkan gadis itu. Tapi, jejak wangi madu bunga yang menjadi base parfumnya memanglah karakter khas milik gadis itu.

Rasanya sesak dikarena banyaknya emosi yang tiba-tiba menyerang dadanya membuatnya sulit menarik nafas dan mata Jungkook berair.

Beberapa lama Jungkook hanya memandangi surat dalam genggamannya.

Jungkook yakin bahwa itu dia. Tapi Jungkook tidak bisa menebak alasan gadis itu memberinya surat ini.

"What is this for, Kim Yeri?" Gumam Jungkook, memandang nanar pada surat itu.

Tanpa mau memikirkan lebih banyak tentang surat itu, Jungkook melepaskan amplop itu begitu saja dan bangkit dari kursi kerjanya meninggalkan ruang kerjanya.

Jungkook tau Yeri memang orang yang sedikit lebih puitis dan gadis itu mungkin saja mengirimkan ucapan selamat atas pernikahnnya. Jungkook tersenyum kecut.

Namun, baru juga selangkah dia keluar dari ruang kerjanya, Jungkook memaku tubuh. Tangannya menggenggam kuat handle pintu, meski wajahnya tetap datar dan nampak tegas, tapi kerutan samar di kening dan alisnya tak bisa untuk tak terlihat.

Lelaki itu menghela nafas, membalik badannya dan kembali masuk ke dalam ruang kerjanya lalu mengunci pintu. Langkah Jungkook tegas saat berjalan menuju meja kerja dan kembali duduk di kursi kebanggaannya, berbanding terbalik dengan kondisi hatinya yang dilanda gusar.

evighedenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang